10 || Summer Flower

67 11 3
                                    

• Summer Flower •

Ada gak hal yang lebih mengerikan daripada merasa malu? Untuk sekarang bagi Ezra gak ada hal lain yang lebih mengerikan selain itu.

Sejak kejadian dua hari yang lalu, baik Ezra maupun Kayla masih bersikap canggung. Khususnya Ezra. Cowok itu entah kenapa jadi kaku banget.

Seperti saat ini, ketika keduanya berpapasan lalu Kayla menahan lengan Ezra yang hendak berlalu begitu saja.

"Kenapa?" tanya Kayla bingung. Jujur saja, sejak kejadian malam itu Kayla bingung dengan sikap Ezra yang berubah drastis.

Ezra berdeham gugup. Walaupun pertanyaan Kayla ambigu, cowok itu jelas tau maksud Kayla. Tak mendapat jawaban dari Ezra, Kayla akhirnya memilih untuk diam saja.

Tapi, ketika Ezra berlalu begitu saja, Kayla semakin bingung dengan sikap Ezra. Sebersit rasa khawatir seperti muncul dalam dirinya, namun ditepisnya pikiran itu. Tidak boleh. Apapun yang terjadi dia tidak boleh goyah.

***

"Lo gila? Nyeritain itu semua ke Kayla, Zra?!" Dafa melotot.

Dafa sedang emosi sekarang. Ezra—teman bodohnya itu mengatakan kalau dia menceritakan rahasia terbesarnya pada Kayla. Dan ketika ditanya jawaban Ezra hanyalah desahan nafas kepasrahan, Dafa semakin emosi.

"Lo tau ya! Lo nyeritain masalah ini ke kita aja butuh waktu lama. Ini Kayla loh, Zra! Lo baru kenal sama tuh cewek. Gimana bisa lo main percaya gitu aja?!"

Dafa bukannya tak terima karena merasa Kayla lebih dipercaya Ezra ketimbang dirinya, namun cowok itu tidak percaya pada Kayla. Bagaimana kalau cewek itu menyebarluaskan rahasia Ezra? Tau sendiri mulut cewek gimana.

"Daf, santai. Jangan emosi gitu," kata Arya menenangkan.

Rian menatap lekat Ezra. "Zra jangan bilang kalo ..." Ezra menoleh. " ... lo suka sama Kayla?"

Hening sejenak, semua mata menatap Ezra. Ezra menghela nafas lagi, matanya menatap lurus ke lantai yang dia pijaki. Suaranya lirih saat menjawab, "Iya. Gue suka."

***

Ezra menjejakkan kakinya malas diruangan penuh buku ini. Gara-gara tidak memperhatikan penjelasan gurunya, dia ditugaskan mencari buku pelajaran sesuai detail yang diberikan gurunya. Guru Matematika-nya itu memang selalu saja begitu. Menghukum murid yang tidak memperhatikan penjelasannya dengan tugas mencari buku pelajaran.

"Ezra?"

Tangan Ezra berhenti memegang buku-buku di rak. Tepat di rak sebelah, Kayla berdiri menatapnya lurus. Mimik gadis itu seolah menanyakan keberadaan Ezra disini.

Ezra tiba-tiba memalingkan wajahnya dan dengan langkah terburu-buru cowok itu berniat keluar dari perpustakaan.

"Zra, tunggu!" Kayla mengejar Ezra hingga cewek itu berhasil meraih tangan Ezra. "Lo kenapa sih, menghindar mulu?"

Ezra emang bodoh dari lahir, sih. Tapi entah kenapa makin lama cowok itu justru makin bodoh. Cowok itu tak bisa mengucapkan apa-apa dihadapan Kayla.

"Lo malu gara-gara semalam?" Pertanyaan Kayla itu sangat tepat sasaran. Dan Ezra hanya bisa menghela napas.

"Benar ternyata." Kayla menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Kenapa harus malu? Tiap orang punya masa lalu masing-masing. Dan gue rasa masa lalu lo wajar-wajar aja."

"Kecilin suara lo bisa gak?" Ezra menatap sekelilingnya was-was.

"Gak ada yang denger. Penjaga perpus lagi keluar beli makanan." Kayla menatap Ezra lalu cewek itu terbahak seketika.

"Kenapa lo?" Ezra mengerut bingung.

"Muka lo. Ternyata cowok bisa malu juga, ya." Cewek itu terbahak lagi.

"Biasa aja."

"Lo lucu."

"Biasa aja."

"Lo imut."

"Biasa aja."

"Lo gemesin."

"Stop! Gue ini cowok bukan cewek. Bedain ciri-ciri antara dua gender itu."

Kayla tertawa lagi. Mata gadis itu sampai terpejam kala ia tertawa.

Ezra tersenyum melihatnya. "Lo cantik kalo ketawa, Kay."

Tawa Kayla berhenti seketika. Tapi, semburat merah di kedua pipinya muncul.

"Cie, blushing." Ezra kini yang menggoda Kayla.

"Apaan sih, lo!"

"Cie Kayla blushing, cie..."

Seakan teringat sesuatu Kayla berhenti tersipu. "Anyway, sejak kapan lo berubah, Zra?"

"Hah?" Ezra bingung tak mengerti. "Maksudnya?"

"Ya sejak kapan lo berubah jadi gini? Berubah dalam artian lebih terbuka." Kayla mengutip jari telunjuk dan jari tengahnya di kata terakhir.

"Gak cuma gue, Kay." Ezra tersenyum simpul lalu melanjutkan, "lo juga jadi lebih terbuka."

Senyum Kayla hilang dari wajahnya. Cewwk itu memalingkan wajahnya dari tatapan Ezra. "Gue gak pernah terbuka sama lo."

"Maksud lo?"

"Gak ada." Kayla berdeham canggung. "Gue balik duluan, ya."

Ezra menatap kepergian Kayla bingung. Kayla, cewek itu selalu memendam sesuatu.

Summer FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang