"Sahabat? Orang yang tahu dengan baik segalanya tentang dirimu. Segalanya yang bahkan tak akan dimengerti oleh oranglain."
🥀
Kayla menuruni tangga dengan cepat. Diluar sana ada orang yang terus-terusan memencet bel rumahnya tak sabaran. Setelah pintu terbuka, Kayla memasang wajah super betenya melihat siapa yang datang. Hana. Sahabatnya sejak mereka masih kecil itu tersenyum lebar, lalu langsung nyelonong masuk ke dalam rumah. Seolah-olah itu rumahnya. Memang sih Kayla gak marah. Toh, hal seperti itu memang sudah biasa dilakukan mereka.
"Kayla-ku yang cantik!!! Gue dengar-dengar katanya ada anak baru, ya, di kelas? Cogan lagi katanya. Beneran?" Hana bertanya seraya menghempaskan tubuhnya ke sofa.
"Biasa aja," jawab Kayla.
"Aduh! Lo gak bisa bohong gitu dong, Kay! Anak-anak pada ngirimin foto dia di grup kelas, loh." Hana mengambil ponselya lalu membuka chat grup kelas mereka. Setelah menemukan apa yang dicarinya, dia langsung menunjukkannya ke Kayla. "Liat, nih! Ini cogan, Kay. COGAN!"
"B aja."
"Kayla, ih. Orang pacaran sama buku mulu, sih. Jadi yang dianggep ganteng, ya, cuman buku." Tangannya sibuk memencet tombol-tombol di remote dengan kesal.
Memang, susah kalau ingin berbicara mengenai cowok dengan Kayla. Waktunya hanya habis untuk belajar. Hidupnya terlalu monoton. Menurut Hana sih begitu. Padahal, ini sudah hampir masa-masa akhir bangku sekolah mereka yang seharusnya diisi oleh hal-hal indah.
"Kay?" Kayla menjawabnya dengan gumaman.
"Ish! Itu buku tutup dulu kali. Gak pening apa kepala lo baca gituan tiap hari? Gue liat cover-nya aja udah sakit kepala." Hana menoleh ke kanannya melihat Kayla sedang sibuk membaca buku yang berjudul 'MATEMATIKA' di cover-nya. Tak lupa, ada sebuah pensil juga di genggaman tangannya.
"Kita beda."
Hana menghela nafas. Tatapannya kembali lurus ke arah televisi. "Kita yang beda atau lo yang udah berubah?"
Telak. Ucapan Hana membuat Kayla berhenti menulis. Bahkan otaknya tiba-tiba lupa tentang rumus untuk menjawab soal-soal itu.
"Lo tau sendiri kan, kalo lo banyak berubah? Bahkan beberapa teman kita yang dulu satu SMP sama kita, sadar banget kalo lo berubah. Banget. Lo bagaikan Kayla yang baru."
"People change, right?"
"Tapi gak berubah ke arah yang lebih buruk, Kayla. Lo bukan berubah menjadi lebih baik. Lo menjadi Kayla baru dengan semua sikap tertutup yang lo miliki."
Hening sejenak. Tak ada yang membuka suara selanjutnya. Kayla bahkan hanya mencoret-coret abstrak di salah satu sisi bukunya. Ia merasa terpojok dengan kata-kata Hana. Semuanya benar, tidak ada cara untuk mengelak lagi.
"Ini udah berapa tahun, Kay? Life must go on. Jangan biarin diri lo nge-stuck di satu titik dimana itu bisa bikin lo hancur sehancur-hancurnya."
"Gue capek, mau istirahat. Pokoknya besok lo harus duduk sebangku sama gue lagi. Gak mau tau suruh pindah aja itu si anak baru." Usai mengatakan itu, Kayla langsung bergegas naik menuju kamarnya.
Sesak. Dadanya sesak mendengar semua kalimat yang diucapkan Hana. Semakin sesak karena tau bahwa apa yang sahabatnya ucapkan itu benar.
🥀
"Kenapa lo masih disini?" tanya Kayla.
Kayla saat ini berdiri disamping meja si anak baru—dia menyebutnya begitu karena gak tau namanya, atau mungkin memang gak peduli? Entahlah. Yang jelas, kini si anak baru harus merasakan tajamnya mata Kayla yang bisa-bisa menusuk jantung orang-orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Flower
Teen FictionKamu datang ke hidupku, lalu mengajarkanku apa itu jatuh cinta. Kemudian kamu yang menumbuhkan perasaan ini hingga ia menjadi semakin besar hari demi hari. Lalu, kenapa kamu pergi? Mengapa kamu menghancurkan rasa yang sudah tumbuh sebesar ini? Menga...