Daesang menutup ponselnya ketika ranjangnya melesak. Chanyeol merengkuh pinggangnya seraya memberikan kecupan dalam disetiap inci tubuh sang gadis.
"Kau pulang cepat hari ini,"
Pria itu mengangguk, menarik selimut sebatas dada meski kemeja putih yang membalutnya enggan terlepas dari tubuh pria berperawakan tinggi itu. Satu detik, pandangannya tertutup oleh kelopak mata tebal miliknya yang sempurna, namun setelahnya, pria itu kembali membuka mata. Menyampingkan tubuh sambil memeluk Daesang yang masih bersandar nyaman pada kepala ranjang.
"Daesang, tolong cium aku sekarang," tembak sang pria sembari memajukan bibirnya menggoda, belum lagi tampang bodoh Chanyeol yang tanpa enggan membuat Daesang memukul mulutnya.
Apa-apaan suaminya ini? Oke, ini bukanlah pria yang Daesang kenal. Yang memiliki otak yang isinya hanya 'ciumciumciumcium'.
"Kau mengalahkan Jay, sungguh." Daesang bergerak tak nyaman tatkala Chanyeol mendaratkan tangannya disekitar punggung gadis itu, menariknya sedikit kuat sebelum berhambur dalam aroma mawar yang akhir-akhir ini sering Daesang gunakan sebagai treatment tubuhnya setiap mandi.
Chanyeol memaksa untuk melesak lebih dalam pada rengkuhan Daesang. Menghirup aroma yang super memabukkan meskipun itu hanya sekedar body lotion atau apapun itu yang menyangkut tentang sang istri.
Pikirannya kacau, relung pernafasannya perlu diberikan sedikit terapi menenangkan yang mampu membakar penuh semua kekacauan yang tengah ia alami.
"Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?" Chanyeol menyeletuk, namun nihil untuk merelakan dekapan Daesang yang amat teramat sangat nyaman.
Daesang kembali bergerak tak nyaman. Bagai tikus tertangkap basah, ia mengendurkan pelukannya sembari menatap Chanyeol yang melayangkan tatapan intimidasi. "Kau ini bicara apa?"
"Jangan berpura-pura. Aku baru saja bertemu si pemilik majalah lama itu." Chanyeol bangkit, melepas kemejanya, sedikit membongkar isi lemari sebelum akhirnya mengenakan kaus abu-abu yang terlihat pas pada tubuh proporsionalnya.
Sebelum suaminya melanjutkan runtutan kalimat, Daesang lebih dulu menyelak. Pembicaraan malam kali ini sedikit menegangkan. Daesang yang tergugu dan terduduk ditempat tidur sementara Chanyeol berkacak pinggang seraya menatap Daesang heran.
"Maksudmu, Yoon Hanseol?" Daesang menghela nafas, pikirnya, ini terlalu cepat. Gadis itu belum sampai hati untuk merangkai kata guna menjelaskan pada Chanyeol yang kini berbalik menyerang dengan tatapan tajamnya.
Chanyeol menggedikan bahu acuh, "Siapa lagi kalau bukan dia?"
Langkah pria itu tertuju pada ponsel Daesang yang mendetingkan nada pesan masuk. Layarnya bercahaya, dengan nama 'Hanseol' sebagai pelanjut obrolan keduanya yang sempat terhenti dipukul 20.50 malam.
"Tolong jawab, Daesang. Kau ingin bekerja kembali dengannya?"
Daesang mengangguk ragu. "Ya, aku rasa." Sebelum Chanyeol sempat melanjutkan kata-katanya, gadis itu kembali menyela. "Baru-baru ini, aku membaca disebuah artikel. Wanita jaman sekarang perlu bekerja. Disamping meringankan beban suaminya, aku juga ingin... eum... bagaimana aku mengatakan yang satu ini?"
"Maksudmu jika saja sang istri bercerai dengan suaminya, maka sang istri masih memiliki pegangan? Seperti itu?" Chanyeol memijat pelipisnya, sedikit membanting ponsel Daesang diatas nakas kayu. "Lalu bagaimana dengan Jay? Kau memberikannya pada pengurus anak? Begitu?"
Daesang menggeleng. Demi Tuhan, pikirannya tidak pernah menjerumus kesana! "Aku tahu, Chanyeol. Aku tidak akan menjadi model dari majalah itu, maksudku, posisi ku menjadi manager disana. Aku akan bekerja dalam ruangan dan tetap membawa Jay dalam pengawasanku."
"Kau tahu apa tujuanku melarangmu bekerja?"
"Chan, pelankan suaramu. Jay sedang tidur,"
"Aku tahu!" Nafas pria itu tersengal. Gadis satu ini entah mengapa mengambil keputusan bodoh yang mencelakakan fondasi rumah tangga mereka. "Sekarang dengarkan aku." Chanyeol membawa bahu Daesang, membiarkan tatapan keduanya bertumbuk seiring netra Daesang yang mulai membentuk genangan. "Pertama, Jay adalah prioritas utama kita. Aku sering mengatakan ini padamu, bahkan sebelum kita menikah. Aku tidak akan membiarkan anakku maupun istriku kesusahan. Aku rasa ingatanmu masih sehat, Daesang--"
"--Tetapi sekarang, kau yang membuat ketakutanku muncul. Ingat, meskipun kau mengurus Jay dikantor nanti, aku tetap tidak akan setuju."
Daesang menyelak kembali, kali ini air matanya meluncur bebas membentuk garis lurus kedua pipinya. "Aku bosan dirumah, Chanyeol! Kau tidak tahu bagaimana rasanya terkurung dirumah selama 24 jam? Bahkan itu terus berjalan setiap harinya!"
"Lalu apa bedanya dengan kau bekerja dikantor, Daesang!? Kau tidak tahu betapa sulitnya dan betapa frustasinya kau didalam ruangan segi empat tanpa hiburan!? Kau harus bersyukur, setidaknya waktu luangmu masih mampu kau habiskan dengan Jay."
Chanyeol terduduk tepat disebelah Daesang, memunggungi gadis yang telah bercucuran air mata sambil merenggut rambutnya frustasi. Belum lagi tangisan Jay yang menggema membuat Daesang dengan kewalahan beranjak turun dari ranjang sebelum akhirnya meraih Jay yang gelisah didalam rengkuhannya.
Keluarganya berada diambang kehancuran. Daesang bukanlah tipe wanita yang mudah mencari solusi dari permasalahan mereka. Gadis itu masih terlalu awam. Pertengkarannya kali ini adalah satu dari sekian pertengkaran yang membuat hatinya sesak. Penyeselan, gundah, resah, seakan bermunculan seketika.
Belum lagi Chanyeol yang menenggelamkan seluruh wajahnya pada kedua telapak tangannya yang tertumpu diatas paha.
"Selama aku masih bisa membiayai keluargaku, kenapa kau mempunyai pikiran seperti itu?--"
"--Kalau kau memang tidak siap dengan pertimbangan yang ku berikan sebelum kita menikah, kenapa tidak dari awal kau tolak pernikahan kita? Hal ini tidak akan terjadi."
"Chanyeol! Ada apa denganmu!? Hentikan pikiranmu itu!"
Chanyeol bangkit, berjalan cepat ke arah lain, meraih kunci mobil sebelum mensejajarkan tempat ia berpijak dengan Daesang yang tengah merengkuh Jay sembari menepuk-nepuk bokongnya lembut.
"Kau menerima pernikahan kita, artinya kau sudah siap menerima konsekuen yang telah ku buat. Aku mensetujui persyaratanmu untuk bekerja selama kau belum mengandung. Tapi kau lihat? Siapa yang berada dalam rengkuhanmu sekarang? Artinya persyaratanku yang seharusnya kau jalani sekarang."
Chanyeol menggeleng tak percaya. Daesang benar-benar keterlaluan, menurutnya. "Sekarang kau yang memilih. Aku tidak akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu ketika kau bekerja nanti."
Setelahnya, Chanyeol pergi meninggalkan Daesang yang menangis dibalik dekapannya terhadap Jay, putra semata wayangnya.
Tbc
Sebenernya aku ngasih pandangan real life orang-orang tentang 'bagus ga sih cewek itu kerja?'
Menurut aku sih bagus. Bener juga apa yang Daesang sama Chanyeol bilang tadi. Tapi beberapa laki-laki yang sudah menikah mempunyai alasan tertentu. Begitu juga dengan si perempuan. Kalau alasannya kayak Chanyeol tadi, bisa logis. Dia khawatir, dan ga mau kalau Daesang kesusahan.
Next chapter akan aku update!❣❣
KAMU SEDANG MEMBACA
I Won't Share This
RomansaPemandangan ini hanya aku saja yang boleh melihatnya. Pemandangan ini, hanya boleh kau bagi dengan ku seorang.