Lagi-

216 22 3
                                    

VOTE.

.***

"ELLIN!!!"

Rafael berlari menghampiri Ellin yang muntah darah. Rafael langsung menekan tombol untuk memanggil dokter.

Dokter datang dan langsung mengambil baskom khusus untuk darah yang keluar dari mulut Ellin.

Rafael menelpon Aldy, Erin, Putra, dan Eris.

***

"Gimana?" tanya Erin.

Rafael menggeleng lemah. "Gue... gue baru aja dateng. Pas gue lihat, Ellin udah muntah darah. Dan gue gak tau kenapa. Dokter nyuruh gue keluar. Dan sekarang udah 2 jam kita nunggu."

"Gue kadang bingung. Kenapa Ellin bisa diganggu sama setan-setan keparat itu," ucap Putra.

Eris mendelik tak suka atas ucapan Putra. "Gak boleh ngomong gitu, kak."

Putra menoleh pada Eris yang berada di sampingnya. "Iya deh iya."

"Kita...maksudnya...itu..."

"Ngomong apa an sih lo, Rin?" tanya Putra.

"Duh! Gue bingung! Maksud gue, gimana sama bonyoknya Ellin?" ujar Erin. Mereka terdiam. Angin berhembus pelan, mereka merinding entah kenapa.

"Rafael? Lo...suka sama Ellin ya?" tanya Erin.

Rafael menaikkan sebelah alisnya. "Gak jelas lo."

"Lo yang gak jelas. Nyata-nyata gue nanya perasaan lo ke Ellin!" ucap Erin.

"Kenapa elo yang kepo? Hidup-hidup gue." Rafael tampak kesal.

"Lo kok nyolot?! Gue nanya baik-baik!" Dada Erin naik-turun saking tersulut emosinya.

Rafael menatap tajam Erin. "Lo gak usah ikut campur hidup gue! Hidup-hidup gue, bukan hidup lo! Lo gak berhak ikut campur!" Rafael meninggalkan Erin, Eris, Aldy, dan Putra.

"Udahlah. Mungkin dia lagi emosian." Aldy mencoba menenangkan Erin.

Ceklek.

Dokter keluar dan menghampiri mereka. "Ellin sudah sadar sepenuhnya. Silakan jika kalian ingin menjenguk."

Mereka langsung terbirit menuju brankar Ellin. Ellin memandang jendela kamat rumah sakit. Ia hanya diam tak bersuara.

"Lin?"

Ellin menoleh pelan pada Eris. Ellin tersenyum. Matanya mulai berkaca-kaca lalu setetes demi setetes membasahi pelipisnya karena posisinya yang sedang tiduran.

"Lo jangan nangis." Eris memeluk Ellin yang menangis sesegukan.

"Gue takut..."

Erin mengelus lengan Ellin. "Jangan takut, Lin. Kita semua ada buat lo." Ellin tersenyum dengan perkataan Erin.

"Mamah sama papah gue tau gak?" tanya Ellin. Erin dan Eris menggeleng. "Ntar mereka khawatir sama lo."

Ellin bernafas lega. "Gue...haus."

Eris mengambil gelas berisikan air putih yang berada di nakas lalu meminumkan pada Ellin. "Lo mah bikin khawatir kita semua tau."

Ellin terkekeh sejenak. "Sorry, deh, nyusahin ya guenya."

Erin menggeleng kuat. "Lo gak nyusahin, kok. Cuman ngeribetin." Ellin terkekeh lagi mendengar celotehan Erin.

Sedetik kemudian, hening melanda. Semuanya melamun memikirkan sesuatu. Hingga lamunan Ellin terbuyar sendirinya. "Eh- oh iya. Rafael mana?"

Vengeful GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang