Sebuah Mutiara Yang Akan Hilang Sementara

182 23 1
                                    

VOTE.

"Ellin... Ellin bangun, udah pagi. Katanya kita mau cari Eris," ucap Rafael sambil mengguncang-guncang bahu Ellin.

"Ngh..." Ellin menggeliatkan badannya lalu duduk, "Ellin mandi dulu, kak." Ellin beranjak dari ranjang lalu masuk ke kamar mandi.

Rafael pun keluar dari kamar Ellin dan menyusul sohibnya yang sudah berada di ruang tamu seraya mengemil.

"Udah?" tanya Felix dan direspon dengan anggukan.

"Btw, kita bakal cari Eris di deket kebun naga itu?" tanya Aldy.

"Iyalah, masa di hotel."

"Menurut lo pada, mungkin gak sih, tu hantu minta tumbal?" ujar Eman.

"Kok?" heran Aldy.

"Bege lo ah. Nyata-nyata Eris di sekap sama tu hantu, apa lo gak nyadar dia ngode mau minta tumbal? Duuh, ayang gue jangan sampe kenapa-kenapa Ya Tuhan..." ujar Putra.

"Pfftt, kelamaan jomblo lo makanya tau kode-kodean, sampe tau kode-kodenya hantu," ejek Aldy.

"Yeee... rese, lo!" elak Putra.

"Hahahahaha—"

"Aaaaaa!!!!!!!!!!!!!" Lengkingan suara Ellin terdengar tiba-tiba.

Rafael, Aldy, Eman, Felix, dan Putra refleks menoleh ke sumber suara. Kamar Ellin. Rafael langsung berlari menaiki tangga diikuti lainnya. Sedangkan Naila, Erin, dan Rasya yang baru saja mandi langsung ngibrit keluar kamar dan mengikuti Rafael serta lainnya yang baru saja melewati kamar mereka.

Rafael melihat sekeliling lalu ke kamar mandi. Dilihatnya Ellin berdiri menutupi wajahnya.

"Aaakh... hiks...hiks. Kaaakk!!!" Ellin menangis ketakutan sambil menutupi wajahnya.

Rafael mendekat. "Ellin l-lo kenapa? Kenapa sama muka lo?"

Ellin menarik tangan dari wajahnya. Mereka memekik melihat wajah Ellin. Penuh cairan merah kental, amis. Darah.

"Hiks... kaakk, tolongiinn... periih."

Erin dengan sigap mengambil handuk putih yang berada di dalam lemari lalu segera membantu membersihkan cairan yang ada di wajah Ellin hingga bersih. "Kok bisa kek gini?"

"Hiks... Gak tau, kak. Tapi, tapi pas Ellin udah selesai mandi trus cuci tangan diwastafelnya, ada darah muncrat gitu, kak. Hiks... hiks... Iiih pediiih."

Rafael mengerang, "Setan sialan." Rafael keluar dari kamar mandi lalu ke kamarnya mengambil kunci mobil. Setelah itu ia kembali ke kamar Ellin. "Kita harus cepet nemuin Eris, siapa tau ada apa-apa sama dia. Cepet." Rafael menggandeng Ellin lalu keluar menuju mobil. Yang lainnya pun langsung bergegas.

Di tengah perjalana, ponsel Rafael berdering. "Ellin tolong angkatin."

"Iya, kak." Ellin meraih ponsel Rafael lalu mengangkat telepon. "Halo?"

"Halo. Raf, nih temen lo kenapa dateng ke rumah gue? Dia ngaku temen—eh sahabat lo sama Ellin," terdengar suara Tengku menyerocos.

"Hah? Maksudnya, kak?" tanya Ellin karena tidak mengerti apa yang dibicarakan Tengku.

"Loh? Ini pacarnya Rafael, toh? Gue kira Rafael. Mana Rafaelnya?" tanya Tengku.

Ellin tak mengubris sebutan 'pacar Rafael' untuknya, entah dari mana asal-muasal Tengku menyebut kata itu. "Kak Rafael nyetir. Maksud kakak tadi apa, ya?"

"Gini lhooh, ni ada cewek dateng ke rumah gue. Dia ngakunya temen—eh salah, maksud gue sahabat, katanya sahabat Rafael, elo sama yang lainnya. Cepetan deh elo nyuruh pacar lo ke rumah gue, muka tu cewek serem juga, datar mulu," jelas Tengku.

Vengeful GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang