Kalang Kabut

207 19 8
                                    

Vote.

***

RAFAEL menggenggam tangan Ellin dengan erat tanpa ada niat melepaskan amitannya. Desiran angin menyelimuti kulit, dingin yang menusuk, dan kehangatan hati.

Hangat dalam satu genggaman, tanpa bisa mengungkapkan. Nyaman dalam sikap, tanpa bisa memperlihatkan. Bahagia dalam kebersamaan, tanpa bisa memastikan. Sulit mengartikan, sulit mengeluarkan sebuah kata, sulit memperlihatkan, dan sulit menandakan.

Ellin menghela napas nyaman di samping Rafael. Sesekali menyelipkan rambut yang menutupi matanya ke belakang telinga.

"Ellin."

"Hm?"

Sejenak, Rafael mengapit bibir lalu melepasnya hingga menimbulkan suara kecipak. "Kalo gue selalu deket sama lo. Hantu hantu bakal ganggu elo nggak?"

Ellin tersenyum samar di gelapnya malam. Taman kota tampak sepi, jadi mereka dapat duduk berdua tanpa halangan-positif-. Mereka hanya ingin ketenangan sejenak.

"Nggak ganggu."

"Kenapa?"

Ellin mengedikkan bahu. "Setiap kali gue deket sama lo. Hantunya bakal nggak terliat dari mata batin gue. Mungkin, lo pelindung gue."

Rafael manggut-manggut. "Pulang, yuk. Nanti lo dicari sama Mama lo."

Ellin mengangguk lambat lantas beranjak. Begitu pula dengan Rafael.

***

"Mah..."

Mody menghentikkan aktifitas memotong wortel lalu menoleh pada anaknya. "Sini, sayang."

Ellin mendekat pada ibunya lalu memeluk dari belakang. "Kangen, Mah."

"Perasaan selalu ketemu. Kok kangen?"

Ellin mengerucut. "Nggak tau juga." Ellin melepaskan pelukan, lalu ikut membantu memotong wortel. "Mah-"

"Oh iya, besok mama sama papa mau ke Lombok."

Ellin terdiam, meresapi kata-kata Mamanya. "Terus... aku sama siapa dong Mah?"

Mody tersenyum. "Nginap tempat Eris mau?"

Pertanyaan Mody membuat Ellin tersenyun sumringah. "Mauuu."

"Yaudah, beresin barang gih. Kayaknya Papa sama Mama agak lama di Lombok."

Ellin mengangguk lalu berlari menuju kamarnya.

***

"Eris... gue bosen banget sumpah. Jalan-jalan aja yuk." Ajak Ellin seraya menatap Eris yang sibuk membereskan meja belajarnya yang berantakan.

Eris menegakkan badannya. "Boleh juga tuh. Yuk lah."

Mereka pun bersiap. Pagi tadi Papa dan Mama Ellin sudah berangkat. Oleh karena itu, Ellin langsung ke rumah Eris.

"Ke mana, ya?" tanya Eris seraya memasang seatbelt.

"Ke mall aja." Eris mengangguk kemudian menjalankan mobil.

Tiba saat dipersimpangan jalan, tiba-tiba Ellin berteriak membuat Eris mengerem mendadak.

"Kenapa, Lin?!" tanya Eris panik.

Ellin menutup matanya erat. "Lo hampir nabrak orang, Ris."

Eris bingung. "Orang mana? Gak ada orang, Lin. Coba lo liat, gak ada siapa-siapa."

Ellin membuka matanya, mengerjap-ngerjap beberapa kali. "Tadi ada..."

Eris mendengus. "Hantu lewat kali, Lin. Udah tenang aja. Gak apa apa toh." Eris kembali menjalankan mobil.

Vengeful GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang