TIGA

27.8K 1.9K 175
                                    

Suka dengan ceritaku? Ayo, vote! Kasih komentar-komentar, ya. Follow Vintari atau Instagram: vintariwp untuk informasi seputar cerita-ceritaku.

Happy reading!

💕💕💕

"Admin?" ulangku. "Maksud Bapak apa?" tanyaku sambil menautkan kedua alis dan memandang sinis kepada atasanku yang sudah tersenyum—mesum kalo aku boleh bilang.

Pekerjaan selalu berbanding lurus dengan penghasilan. Mau gaji besar, pasti pekerjaannya akan lebih berat. Jika ada pekerjaan ringan tetapi penghasilannya besar, sudah pasti tanggung jawab dari pekerjaan tersebut berat. Contohnya, ternak tuyul.

Aku menyukai pekerjaan dengan penghasilan tinggi. Namun, aku tahu batasan diri. Setidaknya tak mampu, ya tidak aku lakukan. Roman-romannya, kali ini Pak Jaja akan memberiku tugas yang aneh-aneh lagi.

"Begini Ju, Wadaw itu adalah media kepenulisan online ... " Pak Jaja berdiri, lalu melanjutkan, "You sit here, tho. Biar saya enak menjelaskan."

Aku beranjak dengan wajah ditekuk menghampiri pak Jaja dan duduk di kursinya. Aku memandangi laptop lalu jemariku menggeser-geser tempat mouse dengan kasar. Ini karena aku sebal. Sudah melewati jam pulang, tetapi ditahan dan sudah dipastikan akan mendapat tambahan pekerjaan.

Aku merasakan tangan kiri pak Jaja bertumpu di sandaran kursi. Tangan kanannya menangkup tangan kananku yang sedang menggeser-gerser mouse tadi. Tanganku berhenti di bawah tangan besarnya yang hangat.

"Ju," bisik pak Jaja di telinga kananku.

Aku kok merinding, ya? Perlahan aku menoleh ke arah kanan dan menemukan wajah tampan pak Jaja yang sedang memandangku. Aku deg-degan melihat mata pak jaja yang tajam seakan menembus relung hatiku. Aku diam saja saat tangan kanan pak Jaja mengangkat tanganku perlahan, lalu menjauhkan dari tempat mouse, dan meletakkan di atas meja. Mata kami saling menatap tak berkedip.

Tiba-tiba pak Jaja menggeplak tangan kananku seraya mengomel," Pelan-pelan kalo pake laptop saya! Mahal ini. Cicilannya belum lunas lagi. Kalo rusak, gajimu saya potong. Want you?!" ancam pak Jaja.

Sambil menahan sakit di tangan dan geram di hati, aku meringis dan menggeleng. "No, I don't want it happen to me, Pak."

Pak Jaja yang tampan, sekarang berubah menjadi galak seperti setan. Dia melotot dan menyuruhku memperhatikan laptop-nya lagi. Setelah aku melihat lurus ke arah laptop, pak Jaja mulai memberi instruksi tentang media kepenulisan online Wadaw dan segala serba-serbinya. Pak Jaja juga menjelaskan bahwa dia baru merambah ke media yang kebanyakan penggunanya perempuan itu baru-baru ini. Sebelumnya, pak Jaja pernah bergabung dalam forum kepenulisan lain dan menjadi maestro di forum tersebut.

"Tugas kamu sebagai admin, Ju, berpura-pura menjadi saya untuk membalas semua komentar-komentar di work saya dalam situs itu. Saya sebagai penulis, cukup upload cerita saja," jelasnya sambil berdiri dan tersenyum padaku.

Aku mengerjap dan merasa kram di leher karena tiga puluh menit berlalu hanya mendengarkan penjelasan pak Jaja untuk menggunakan Wadaw. "Pak, nanti pembaca nyariin Babak gimana?"

"Ya jangan bilang it's gonna be you, dong, Ju. Kamu itu sebagai saya—" Pak Jaja bersedekap,"—kamu 'kan tau saya sibuk. Hanya sempat menulis dan susah untuk berinteraksi dengan pembaca. Nggak ada waktu," cibirnya.

Jika tidak ada waktu, harusnya tidak usah menulis sekalian dong, pak, ujarku dalam hati.

"Oh, berarti saya nanti login pake akun Bapak." Aku mengangguk, "terus Bapak ngapain?"

"Saya dipake ibu dong," ujarnya sambil tersenyum dan menaik-turunkan alisnya.

Ih dasar bossman mesum! Nyesel aku tanya. "Maksud saya, berarti bapak enggak pake akunnya? Pakenya cuma buat upload cerita saja, gitu 'kan?" tegasku.

"Ya, iyalah, Ju. Tugas saya sudah selesai memenuhi hasrat pembaca. Tugas utama saya memenuhi hasrat Nyonya." Pak jaja terkikik geli. Sementara aku tetap cemberut karena merasa tidak lucu sama sekali!

Pak Jaja berbalik badan dan merentangkan kedua tangannya. Aku lekas berdiri, mengambil jas pak Jaja lalu memakaikannya.

Namun, baru tangan kanan yang masuk ke lengan jas, pak Jaja protes, "Eh, eh, eh! Mau ngapain kamu?"

"Mau bantuin Bapak pake jas," jawabku.

"Siapa yang nyuruh kamu?! Saya 'kan mau ngulet. Pegel ini," katanya. Kemudian pak Jaja mulet seenaknya di depanku.

Salah melulu di depan pak Jaja. Perhatian, dikata sok tahu. Didiamkan, dituduh tidak cekatan. Jika tidak mengingat bonus dari klien yang sangat besar, sudah lama aku resign.

"Ok, Ju. Saya pulang dulu. Kamu kerjakan tugas baru kamu, ya. Ingat, jawab yang ramah. Nama baik saya dipertaruhkan ini, lho." Pak Jaja berjalan menjauhiku menuju pintu.

Hem, nama baik apanya?! Penulis erotis gitu, kok.

"Oh, Ju, nanti kamu jangan pulang sendirian, ya. Sudah malam, bahaya. Kamu pulang nebeng pak Aji saja."

Penuh suka cita kumenatap pak Jaja. Akhirnya bossman terbuka hatinya dan peduli pada sesama. Aku tersanjung dengan perhatian atasanku.

"Terima kasih, ya, Pak. Bapak sudah meminta pak Aji untuk mengantar saya pulang. Tidak usah repot-repot, sebenernya. Saya bisa pulang naik taksi." Aku berbasa-basi.

Pak Jaja mengerutkan kedua alisnya. "Siapa yang nyuruh pak Aji? Kamu mau pulang bareng dia, ya sana bilang sendiri. Kenapa saya yang harus bilang?!" cibirnya.

Yalord! Baru saja dipuji, ternyata pak Jaja tidak benar-benar baik hati! Aduh gimana ini? Pak Aji dari divisi marketing itu orangnya baik dalam urusan pekerjaan. Perawakannya seperti pria ideal. Wajahnya juga tak kalah tampan. Sayangnya, dia judes banget. Dengar-dengar sih, dia pernah patah hati jadi agak menjaga jarak dengan wanita. Namun, pak Jaja jusrtu menyukai pak Aji karena pak Aji jarang terlibat office affair yang mengganggu.

"Ju, saya mau pulang ini." Pak Jaja mengulang lagi.

"Iya, Pak. Bapak mau pulang ya silakan," ujarku. Ih dasar orang tua! Memangnya aku pikun dan tuli sampai pamitnya itu harus diulang lagi? Sebal!

"Sudah tahu saya mau pulang, ya siniin jas saya!" perintah pak Jaja seraya meninggikan suaranya.

Aku terhenyak. Ternyata sejak tadi masih mendekap jas milik bossman. Aku tersenyum dan menghampiri pak Jaja lalu memberikan jas itu.

"Pakein dong, Ju ... Ju! Jadi sekretaris berapa tahun, sih? Mbokyaoh hurry up gitu lho," omelnya.

"Ya, Pak," jawabku seraya membantu pak Jaja memakai jasnya.

Yalord ... berilah hamba ketabahan dalam menghadapi insan sumber penghasilan hamba, guna membangun masa depan.

~o0o~

Humor ya, Sai. Dibaca aja, Sai. Buat hiburan, Sai. Dijamin pasti Okai ....

*lagi gesrek*

12 Mar 2017

Rahasia BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang