Aku mempelajari situs Wadaw selama tiga jam lebih. Terang saja membuat mataku kunang-kunang dan perutku benar-benar kelaparan. Apalagi cerita-cerita di Wadaw tidak semuanya membahagiakan, sebagian besar malah tidak masuk akal.
Yeah ... aku memaklumi sih, cerita-cerita di Wadaw sebagian besar dibuat para remaja yang belum merasakan asam manis, rica-rica, bahkan bumbu baladonya kehidupan. Sekolah-nikah-enaena-damai. Padahal kenyataannya, Fatin yang bekerja sebagai office girl di perusahaan ini, sekolah hanya sampai SMA, terus dinikahi CEO kaya raya. Saat perusahaan suaminya bangkrut, Fatin tidak bisa menolongnya. Ijazah Fatin hanya lulusan SMA, akhirnya hanya bisa bekerja sebagai office girl. Setidaknya suami Fatin masih bertanggung jawab. Dia menjual mie pakai gerobak keliling kampung.
Cerita menarik lain di Wadaw adalah cerita yang diklaim sebagai true story. Aku membaca ceritanya di part dua puluh. Ada scene tidak alami ... dialognya dibuat-buat. Lebih menarik lagi saat kubaca komentarnya. Ada yang berkomentar bahwa si komentator mengetahui tempat kerja si tokoh, di dunia nyata.
Karena penasaran, aku membuka akun si komentator. Oh, ternyata menurut si komentator, penulis tersebut asal saja menyebut nama perusahaan tokoh yang katanya real. Tokoh yang katanya real itu tidak benar-benar nyata, karena tidak bekerja di perusahaan itu. Aku tertawa di kantor saat membaca perang mereka di dunia maya.
Tapi, dari semua hal yang tidak rasional baik di dunia nyata maupun di dunia maya, yang paling mustahil adalah manusia yang bernama Wijaya Tirta atau orang sering memanggilnya pak Jaya, sedangkan aku menyebutnya pak Jaja. Di mana-mana, orang menulis itu sebagai hobi. Ada sih yang menghasilkan uang dari menulis, tapi tidak semuanya. Umumnya para penulis Wadaw memiliki pekerjaan lain di real life.
Sedangkan pak Jaja, dia ingin mencari nafkah lewat tulisan, sementara menjadi CEO seperti saat ini adalah passion-nya saja. Kurang sangklek apalagi coba?
Aku menggeliat di kursi kerja pak Jaja. Ternyata selama ini, dia kelihatan rajin bukan mengerjakan proyek kerjasama atau semacamnya. Tetapi menulis cerita mesum. Hmmm ... aku penasaran siapa yang menjadi objek fantasy-nya.
Jika aku cek semua work pak Jaja, tidak ada cerita sekretaris yang dinakali boss-nya. Berarti bukan aku. Huhuhu. Tapi aku penasaran dengan ceritanya tentang pasangan beda agama. Mungkin itu pengalaman pribadi pak Jaja di masa lalu.
Yeah ... di mana-mana beda agama 'kan enggak bisa bersatu. Lagian ya, tema beda agama yang dibumbui adegan seksual dalam cerita pak Jaja, bagiku itu tidak sesuai sama sekali. Jika ingin menulis cerita erotis, temanya 'kan bisa penggalaman pribadi pak Jaja sendiri, yang lebih real gitu. Seperti pengalaman sunat untuk pertama kali.
Memang, terkadang realita tak jauh beda dengan novel cinta. Perbedaan justru bisa menyatukan dua insan. Seperti pak Jaja dengan istrinya itu. Mereka bukan beda agama, tetapi beda alam. Bu Helen—istri pak Jaja—yang cantiknya bagai dewi khayangan, mau-maunya menikah dengan pak Jaja yang absurd-nya melebihi makhluk jadi-jadian.
"Eh, copot ... copot!" Aku terperanjat ketika pintu kantor tiba-tiba diketuk.
Jam di monitor menunjukkan pukul sembilan malam. Kok horror, ya? Tadi 'kan aku habis mengatakan bahwa pak Jaja makhluk jadi-jadian. Jangan-jangan, makhluk astral itu mau protes karena enggak mau disamakan dengan bossman. Aduh, bagaimana ini?
"Si ... siapa?" tanyaku tersendat.
Gagang pintu diputar membuat jantungku berdebar. Ketika pintu dibuka, jatungku hampir melompat keluar. Itu bukan makhluk jadi-jadian, tetapi makhluk Tuhan paling tampan yang pantas dijadikan gebetan. Pak Aji si calon suami masa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Boss
HumorSudah dua tahun Julia Taslim bekerja menjadi sekretaris seorang pemilik perusahan pengimpor berlian di Jakarta. Wijaya Tirta--bos Julia--adalah pria dengan wajah tampan tak terkira. Namun, Wijaya selalu menekan kinerja Julia hingga wanita cantik itu...