Situs Wadaw benar-benar mempengaruhi kehidupan pak Jaja. Dia memintaku untuk tampil berdua dengannya di akun media sosial secara live, guna menjawab pertanyaan dari para readers-nya. Oh, dia ingin tetap menjaga privasinya sehingga ia duduk membelakangi kamera.
Pak Jaja juga menyuruhku untuk menjaga privasiku. Dia tidak mau aku dikejar paparazi hanya untuk bertanya kapan author JayHo—nama akun pak Jaja di Wadaw—update cerita.
Yaa ... kali dia akan setenar itu!
Aku berinisiatif memakai topeng bekas new year's party tahun kemarin.
Ketika pak Jaja melihat, dia segera menyuruhku untuk mengganti topeng lama dengan penutup wajah yang lebih kekinian—katanya.
Aku mulai menyalakan kamera yang terhubung ke media sosial milik pak Jaja.
"Halo semua, apa kabar!" sapaku.
"Seperti yang sudah author favourit kita—Bang Jay—janjikan, hari ini Bang Jay akan menjawab pertanyaan kalian secara live. Now, please welcome ... Bang JayHo!" Aku berseru lalu bertepuk tangan sendiri, heboh sendiri dan benar-benar tidak ada yang peduli.
Tap ketika aku melirik layar, banyak yang merespon. Wah, keren juga, pak Jaja banyak yang menonton.
"Halo, semuanya," sapa pak Jaja dengan suara berat yang maskulin.
Sontak saja semua memberi penilaian lewat komentar.
@HijauDaunMuda 'OMG suaranya .... Dedek lemes, Bang.'
Itu bikin u-name apa banget? Mana komentarnya lemes lagi. Siapa suruh enggak sarapan sehat.
@PenulisSandiwara 'author favourit gw nih, berwibawa.'
Berwibawa? Pemimpin kali berwibawa. Pak Jaja pemimpin apa? Pasukan cerita mesum?
@RaflessiaArnoldy 'Abang, semalem aku mimpiin Abang. Nggak nyangka hari ini denger suara Abang. Aku seneng banget. Makasih. (emot tertawa sambil menangis)'
Ini ngapain sih, si Bunga Bangke pakai mimpiin Pak Jaja segala? Padahal pak Jaja sudah menjadi mimpi burukku beberapa tahun terakhir.
@CewekBaper 'semalem katanya sakit? Istirahat aja, ngapa?! Kita bisa ngertiin Abang, kok.'
Eleh! Sosoan amat perhatian. Aku yakin, jika saja pak Jaja membatalkan janji untuk live sekarang, si Cewek Baper ini pasti bikin akun klonning buat nge-war akun Jayho.
@PangeranFantasy 'apa kabar, Bro?'
@WanitaAntiDusta 'Aku suka semua tulisan Abang. Ya tuhan, suara Abang adem, ketampanan Abang terpancar dari punggung, mukanya pasti ganteng.'
Masih banyak komentar-komentar lain yang akhirnya membuatku susah berkonsentrasi.
"Baiklah, kita segera mulai saja pertanyaan dari readers Bang Jay," tuturku. Aku menolah ke arah pak Jaja. "Bang Jay sudah siap?"
"Uh. Are you?"
"Exciting, Bang Jay!" seruku seolah-olah mengidolakan. Padahal ini demi gajian yang akan kuterima lebih awal karena tanggal satu bulan ini adalah tanggal merah. Biasanya pak Jaja akan mengundurkan jadwal transfernya lalu jika tidak ditagih malah lupa.
"Baik, pertanyaan pertama dari @AnggurMerah. Kenapa nama akunnya 'Jayho'?"
Pak Jaja berdehem dengan kerennya sebelum menjawab. "Jayho, dalam bahasa India itu artinya destiny. My destiny menjadi author Wadaw dan ketemu dengan readers keren seperti kalian," jawab pak Jaja penuh kegombalan.
Herannya, mereka yang menonton justru memberikan komentar-komentar yang seakan histeris di luar sana atau lebih tepatnya terpukau dengan jawaban sang author. Padahal aku yakin, pak Jaja asal bicara saja.
"Pertanyaan kedua dari @PutriCantikSekali. Bang Jay, aku suka banget dengan cerita Paradisy. Inspirasi dari mana, sih?"
Ada tawa kecil dari pak Jaja. "Wah, makasih banget. Itu cerita dibantuin orang sekampung," jawab pak Jaja berusaha low profile. Padahal jika diajak diskusi dalam meeting, pak Jaja sering low bat.
Iya, orang sekampung dalam satu tubuh, yaitu aku! Memang, aku tidak membantu pak Jaja menulis cerita. Tapi aku yakin di saat-saat pak Jaja sibuk dengan laptop-nya, aku mengerjakan semua tugasnya. Nah, pasti sibuknya pak Jaya itu sedang menulis cerita porno.
Aku menatap kamera. "Wow, menarik sekali ya, Temen-temen. Tadinya aku berpikir Bang Jay ini akan membanggakan keahilan menulisnya, seperti akan mengatakan bahwa dia lulusan dari universitas ternama, atau kerja kerasnya mencari riset untuk ceritanya selama satu abad terakhir, dan akan meminta kalian mencontohnya. Tapi seperti yang kalian dengar dan lihat sendiri tadi. Begitu spontannya jawaban humble Bang Jay. Tidak salah kita mengidolakannya." Aku memegang dada dengan tangan kananku dan memaksa air mata menggenang di pelupuk mata. Efek dramatis dari rasa haru ini akan membuat orang lain ikut simpati.
Aku menyeka ujung mataku dengan tissue. Sepertinya ada bulu mata yang jatuh di kelopak mata karena agak mengganjal. Ketika aku melihat layar monitor, aku terkejut karena beberapa orang mengatakan bahwa mereka menangis haru sepertiku. Too much amat.
"Bang Jay, pertanyaan dari @HoneyYangSelaluDiSakiti agak beda, nih. Bang, gimana sih bikin scene enaena yang keren?" Aku melirik ke kamera lalu berekspresi dengan dibuat-buat. "Ooohh."
"Tulis yang saja affection dari tokoh-tokohnya, instead sex scene-nya itu sendiri," sahut pak Jaja.
Itu jawaban apa, ya? Aku sendiri tidak mengerti sama sekali.
"Well, I think time is up. Kita akan live lagi di lain waktu." Aku menoleh lagi ke arah pak Jaja. "Bang Jay, ada kata-kata terakhir?" Setelah mengatakannya aku merasa aneh. Ini seperti akan mengeksekusi seseorang saja. Meski orang seperti pak Jaja memang butuh dieliminsai dari muka bumi. Tapi ... sayang juga sih. Soalnya aku belum gajian.
"Di-voment cerita aku, ya, Teman-teman. See you next life."
Aku hampir terjatuh dari kursi ketika mendengar kata-kata pak Jaja. Seharusnya dia mengucapkan 'live' bukannya 'life'. Itu seperti dia berpamitan, 'sampai bertemu lagi di kehidupan selanjutnya'. Di mana coba? Di akhirat?
"Yeah ...see you next live, Guys!" ralatku seraya berseru sebelum mematikan kamera.
Tepat setelah kamera mati, pak Jaja mendatangiku. Dia mengembalikan selembar kertas jawaban dari pertanyaan yang sudah disetting sebelum live tadi. "Nih, Ju. Besok-besok tulisannya yang bagus, dong. Jangan seperti chicken scratch begini. Jadi, saya 'kan enggak bingung bacanya,"
"Ya, Pak," sahutku sambil cemberut.
***
3 Mei 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Boss
HumorSudah dua tahun Julia Taslim bekerja menjadi sekretaris seorang pemilik perusahan pengimpor berlian di Jakarta. Wijaya Tirta--bos Julia--adalah pria dengan wajah tampan tak terkira. Namun, Wijaya selalu menekan kinerja Julia hingga wanita cantik itu...