Aku baru saja bertengkar hebat dengan pacarku saat itu. Namanya Devan. Alasanya dia terlalu over protektif kepadaku. Setiap hari dia selalu memeriksa telepon genggam ku, siapa saja yang aku kirimi pesan, telpon, ataupun sosial media ku. Semuanya. Bahkan pesan yang sudah aku hapus dia bisa lihat kembali di chat history.
Aku mulai kesal. Itu pasti apalagi dia menuduhku yang bukan - bukan. Sungguh aku tidak pernah berniat menyembunyikan apa - apa darinya apalagi selingkuh. Aku tidak suka berbohong, karena aku juga tidak mau dibohongi.
"Ini siapa!!?" Devan bertanya dengan suara tinggi dengan muka curiga seperti biasa.
Sunggu itu bukan siapa - siapa, saat itu aku berjualan sepatu online untuk laki - laki dan wanita. Yah fikirku menambah uang jajan, karena saat itu aku sudah semester 3 kuliah. Ingin sedikit mandiri.
"Yang mana lagi?!" Jawabku juga dengan nada tinggi.
"Masih aja kamu chating sama cowok lain?!"
"Ya Allah. Itu dia mau belanja nanyain sepatu."
Sungguh aku sudah lelah dengan pertanyaan sama dan dengan jawaban yang sama pula. Setiap hari.
"Udah sini HP nya." Kataku sambil berusaha meraih telpon genggam ku.
"Aku masih mau lihat!" Katanya sambil menghempaskan tanganku yang memegang lengannya, dengan cukup keras.
"Udah dong! Tiap hari kamu kayak gini. Aku kan emang jualan. Dari sebelum sama kamu juga aku udah jualan online. Wajar ada yang chat aku. Harus berapa kali aku jelasin??? Devan please.."
Aku tidak tau apa yang ada di fikiran Devan. Mungkin dia sayang, Dia egois atau ntahlah apa yang pasti aku tidak suka dengan dia yang seperti itu. Katanya dia senang aku bisa usaha sendiri. Tapi nyatanya dia seperti ini setiap hari.
"Nih..!" Devan melempar telpon genggamku sehingga jatuh ke lantai.
Aku memungutnya, aku mengecek nya kemudian dengan mata yang sudah tak sanggup sebenarnya menahan air yang akan mengucur.
"Devan?? Kontak aku dan chat pelanggan aku kamu hapus semua??"
"Iya.. Kenapa??? Yang cowok aku block semua."
Devan benar - benar menghapus semua kontak di telpon genggamku. Bahkan nomor telepon keluargaku. Aku lupa pesanan apa saja yang belum aku siapkan dan siapa saja yang sudah mentransfer uang tapi belum ku buka pesannya tadi pagi.
Aku sangat bingung saat itu. Aku menangis dan mulai melempar barang di sekitarku ke lantai. Kesal. Kecewa. Devan melihatku dengan wajah puas. Tak ada penyesalan dan itu membuatku semakin kesal.
"Puas kamu?!" Tanyaku sambil menangis.
"Cuma gitu doang ngamuk? Lebay." Jawab Devan seperti tidak peduli.
"KITA PUTUS!!" Kataku kemudian. Aku saat itu benar - benar emosi. Baiklah Devan memang baik, sangat royal, tapi sifat over protektifnya benar - benar membuatku tertekan. Sudah berbulan - bulan lamanya.
YOU ARE READING
10 YEARS
Romance"Umur kamu 32 tahun. Benar kataku dulu, kita akan menikah saat umurmu 32 tahun." kata Riza. Aku hanya menangis saat itu. Saat dia melamarku. Saat aku sudah menghabiskan beberapa tahun dalam siksaan batin yang dalam. Dia datang lagi, sesuai rama...