10 YEARS

4. Voice Message

Malam itu suasana agak hujan. Dingin, membawa angan - anganku terbang bersama angin malam yang bukan karena egois tapi memang ingin kunikmati sendiri. Tempat tidur selalu menjadi teman terbaikku dan juga putaran lagu - lagu kesukaanku dari handphone yang aku dengarkan melalu headset. Lagu - lagu indie yang orang lain jarang dengarkan. Asal kau tau waktu sekolah aku agak dianggap aneh karena selera musikku.

Handphone ku bergetar. Sudah beberapa kali bergetar tapi yang mungkin hanya broadcast message atau pesan - pesan dari pelanggan, ini sudah sekitar jam 9 aku memasang waktu untuk berjualan yaitu dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore. Aku juga punya hidup selain menjadi online seller.

Akhirnya kubuka saja aplikasi pesan itu. Kedua dari pesan paling atas tentunya yang paling atas itu broadcast message. Itu bukan pesan tapi kiriman suara dari orang yang bisa kau tebak. Anak manis tadi yang beli sepatu. Riza Valdo. Yaa aku tidak tahu ini pesan suara apa, tapi otakku yang penasaran membuatku membuka pesannya.

Aku klik tombol play. Dan aku tersenyum. Itu suara dia. Sangat merdu, bernyanyi dengan baik sambil bermain gitar dengan lancar. Sepertinya dia memang suka bermain gitar. Dan yang membuat ku takjub tentu saja karena itu berisi lagu dari band indie kesukaanku. Aku rasa tidak semua orang tahu band itu. Awalnya ku kira kalaupun itu pesan suara berisi lagu, dia akan mengirimkan atau menyanyikan lagu - lagu cengeng penuh harap, cinta, patah hati dan rindu dari band - band kenamaan yang sering muncul di TV dan albumnya di jual di sebuah cafe frenchise yang kadang suka memaksa membeli paket makanan dengan hadiah CD penyanyi atau band tersebut.

Kalau boleh aku ingin memberitahu lagunya. Tapi aku fikir jangan, kau masih bisa melihatnya video klipnya di youtube. Lagunya berkisah tentang rindu tentu saja. Lagu yang membuat seperti kasur kesayanganku berubah menjadi padang bunga yang sangat indah. Memang seprai nya bermotif bunga. Tapi bukan itu maksudku. Ini perasaan yang berbunga - bunga karena tentu saja aku jarang berpacaran dan Devan bukan orang yang suka bermain musik. Lebih tepatnya tidak bisa. Dia suka olahraga, makanya kalau marah suka melempar dan nendang barang, tepat sekali dengan hobinya basket dan futsal.

Aku memutarnya berkali - kali sampai akhirnya aku sadar aku harus membalas pesan suaranya.

Denia : Gak salah kirim?

Riza Valdo : Masa iya salah mbak..

Denia : Makasi ya..

Riza Valdo : Jelek ya mbak?

Denia : Bagus ko.. Ska band itu?

Riza Valdo : Suka mba, sy srng nntn dia manggng.

Oh kau tau aku juga beberapa kali melihat band ini manggung. Kadang menjadi bintang tamu Pensi sekolah. Atau acara - acara festival musik. Tapi aku belum pernah melihat yang seperti Riza Valdo disana. Mungkin dia ada di belakang di balik banyak nya pria - pria bertato yang mengisi barisan depan. Atau dia terhimpit di antara pria - pria yang saling mengirim tendangan ke sesama penonton lainnya saat band metal menyanyikan lagunya. Entah dimana dia. Tapi dia mengaku ada disana.

Denia : mbak jg

Riza Valdo : kpn2 nntn sm sy ya mbak?

Denia : Insya Allah. Knp blm tdur bsok skolah

Riza Valdo : Kn abs nyanyiin mbak td

Denia : ya udh tdur..

Riza Valdo : ya udh bsk sy chat lg. Hehehehe. Met tdur mbak

Aku tidak membalasnya lagi, aku hanya memutar - mutar lagi pesan suaranya yang sudah aku simpan. Malah suaranya seakan lebih bagus daripada suara asli penyanyinya. Yah itu hanya pendapatku yang sedang senang. Vokalis aslinya perempuan jadi tidak bisa dibandingkan.

Aku tertidur sekitar jam 10 atau setengah 11 aku sedikit lupa. Aku sempat sedikit iseng mencari akun sosial media nya. Saat itu belum ada instagram. Kepo kalau kata anak jaman sekarang. Tidak tau juga kenapa aku punya keinginan mencari tahu saat itu. Oh seingatku aku ingin melihat foto yang di postnya. Hahahaha. Dan setauku, hanya baru sedikit tahu dari sosial media itu sepertinya dia suka sulap