5. Elegi Malam Minggu

1.1K 32 0
                                    

Suamiku tiba - tiba terbangun.

"Kok enggak bobo?"

"Enggak bisa yang." Jawabku lembut. Setiap suamiku terbangun aku tau kalau aku semakin bersyukur karena dipertemukan dengab dia, dia masih ada di Bumi yang sama denganku dan aku masih bisa melihat senyum terhebatnya setiap aku terbangun di sampingnya.

"Sholat yuk.." Dia datang kepadaku dengan senyum manisnya, senyum yang selalu berhasil membuatku jatuh cinta. Dia menarik tanganku untuk mengambil air wudhu.

Aku sholat malam berjamaah dengan dia suamiku yang selalu mengingatku dan terutama Tuhan nya, itu sekitar pukul 01.30. Aku banyak berdoa untuk kami, aku dan dia dan untuk anak yang mungkin saja Allah titipkan segera utuk Kita. Denia dan Riza. Amiiin.

Aku kembali ke depan laptopku, pangeran Valdo ku sudah kembali ke kasurnya dia minta di bangunkan nanti saat subuh. Kuselimuti dan kuciumi keningnya. Aku melanjutkan menulis dilaptopku. Kisah tentang aku dan Dia yang paling kucinta. Yang Allah titipkan untuk aku sayangi dan aku rasakan kasih sayangnya.

****

Itu sudah seminggu sejak aku pertama kali tahu di Dunia ada Riza Valdo, dia manusia, laki - laki yang hidup di bumi. Dia anak kelas 1 SMA saat itu dan dia sudah berani memberi perhatian padaku yang kuliah ini. Dia tidak tau malu karena dengan seenaknya mendekatiku atau aku yang tidak malu kalau terus menjawab perhatian anak SMA. Walaupun memang dia tampan sangat tampan. Dia tipeku, sangat. Tapi aku tau lima tahun itu terlalu jauh. Baiklah dia mungkin datang untuk membantuku melupakan Devan. Sebagai teman, yah mungkin adik ku.

Malam minggu ini Riza mengajakku ke taman yang memang biasa dijadikan tempat nongkrong. Taman yang sepi dan asri di siang hari dan dimalam hari akan berubah 180 derajat. Kesepian yang seakan hanya mimpi dan malam yang ramai adalah realita nya. Taman di malam hari dipenuhi dengan pedagang makanan dadakan, tempat latihan dance, tempat latihan basket, tempat pacaran, tempat duduk - duduk, tempat nongkrong, tempat saling bertemu, yaa mungkin seperti aku dan Riza. Penuh dengan lampu beragam warna, dengan beragam manusia. Kalau kamu masih merasa sepi jangan salahkan kondisinya. Itu hati kamu yang salah. Tadinya Riza menawarkan jemputan tapi aku tidak mau, tentu saja. Aku mau dijemput oleh orang yang memang aku yakin dan sudah kenal. Aku tidak ingin berprasangka buruk, hanya menjaga diri. Aku wanita yang sadar diri.

Malam yang cukup dingin, tapi tak mengurangi keramaian taman kota ini. Tadi sore memang sehabis hujan, hujan yang menurutku saat itu menjadi pemutar film, film kenangan aku dengan Devan, walaupun yang lebih sering kami lakukan hanya berkelahi di bawah hujan dan aku menangis kemudian dia memelukku. rencana nya aku tadi mau batalin janji, kenapa juga ketemuan di taman kayak gini, bukannya makan di Mall. Aku duduk disebuah ayunan. Ayunan yang terbuat dari besi. Yang dingin dan sedikit lembab, karena hujan.

Seseorang tiba - tiba menutup mataku dari belakang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seseorang tiba - tiba menutup mataku dari belakang. Oh, Tuhan siapa ini, ditempat ramai dan cukup asing seperti ini, orang ini bisa siapa saja. Bagaimana bila dia berniat jahat, ingin menyakitiku atau merampok. Aku coba raba tangannya. Tangannya hangat dan besar.

10 YEARSWhere stories live. Discover now