Part 11

1.8K 212 32
                                    


Perempuan yang sedang berjalan disebelah Galih saat ini terlihat serius saat bicara soal musisi favoritnya yang baru saja mengeluarkan album terbaru. Dari dulu memang selalu begini, gadis ini akan membicarakan semua hal yang ia sedang pikirkan dan rasakan pada Galih. Semuanya, apapun dan tanpa ada rasa canggung. Dari mulai aktor dan aktris favoritnya, musisi, film, game bahkan brand kosmetik dan perawatan wajahnya pun Galih hafal diluar kepala.

Galih memperhatikan Thya, caranya bicara, caranya menatap sesuatu, caranya berjalan bahkan sampai caranya menguncir rambutpun masih sama. Thya sama sekali tidak berubah, masih sama seperti terakhir kali Galih melihatnya.

"Gal, nyokap apa kabar?" tanya Thya saat mereka selesai memesan makanan di sebuah restoran yang sedang hits di daerah Jakarta Pusat.

"Baik, Thy. Nyokap lo apa kabar?"

"Sama, baik-baik juga. Eh iya, Gia sama Gema gimana? Gia udah lulus ya?"

"Lagi skripsi, Thy. Gema juga bentar lagi mau UAN."

"Kangen deh sama mereka, Gal! Sama kamu juga."

Galih sudah terlalu mengenal Thya dan segala kata-katanya yang terlalu jujur begini. Jadi Galih sudah tidak asing dengan cara Thya mengungkapkan perasaannya dengan cara blak-blakan seperti ini. Kalau dulu Galih mungkin bisa langsung menimpali perkataan Thya, tapi sekarang ia harus berhati-hati karena ia tidak mau salah langkah. Percakapan singkatnya dengan Gia semalam membuat pikiran Galih sedikit terbuka. Karena jujur Galih merasa sedikit teralihkan saat Thya mendadak masuk kembali ke kehidupannya.

"Thya tuh emang kalau bisa dibilang udah kayak soulmate lo, kalian punya banyak persamaan. Tapi, setelah empat tahun lo bisa tanpa Thya dan lo ketemu Asta, orang yang lo bilang nggak lo cari tapi lo temukan itu. Apa iya, orang dengan cap spesial kayak Asta gitu mau lo lepasin karena lo ketemu sama orang yang udah lama lo lupain? Tapi ya balik lagi, semua keputusan sih ada di tangan lo. Lo pasti tau mana yang terbaik buat diri lo sendiri, Mas."

"Eh iya, makasih udah nemenin aku nyari buku ini ya. Udah lama kita nggak muter-muter toko buku begini ya? Tiga? Empat tahun? Idih, kamu udah tua tau, Gal!"

"Hahaha lo juga, Thy!"

Thya terbahak melihat ekspresi tidak terima di wajah Galih. Thya merindukan Galih, sangat!

"Gal, kalo kita nggak terhalang perbedaan gitu... Kita udah pacaran kan ya waktu itu? Terus sekarang udah ngerencanain nikah kayak temen-temen kuliah kita kali ya?" ucap Thya sambil membayangkan hal indah yang tidak pernah terjadi diantara mereka.

Galih berdeham.

"Nggak tahu, Thy." hanya itu yang bisa keluar dari mulut Galih.

Thya menatap Galih sesaat lalu mengalihkan pandangannya. Ada sedikit rasa kecewa di hatinya.

"Eh iya, kamu suka makanan Korea gitu nggak, Gal?" Thya mengalihkan pembicaraan sebelum ia semakin sedih. Karena jujur, bahkan setelah empat tahun berpisah dengan Galih, hatinya tetap memilih lelaki itu.

"Lumayan. Gia suka ngajak makan yang aneh-aneh soalnya."

"Sekarang temenin aku ya! Aku traktir!"

===============================

Dua minggu ini Asta membuat Galih seperti kehilangan arah. Entah sudah berapa telfonnya yang tidak dijawab oleh Asta. Entah sudah berapa juga pesannya melalui whatsapp dan sms yang tidak dibalas bahkan mungkin tidak dibaca oleh Asta. Berkali-kali juga gadis itu menolak ajakan Galih untuk pulang bareng, makan siang, makan malam, kulineran atau sekedar mengobrol sebentar saat Asta istirahat. Galih sudah kehabisan cara untuk mengajak Asta bicara.

Falling In Love At a Coffee ShopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang