(Chapter 10) Over and Over Again

3.6K 312 23
                                    

GREBB...

BRUK!

Eunbi jatuh tersungkur tetapi tidak begitu sakit. Ia tidak merasakan hantaman di tubuhnya.

Saat ia membuka mata, ia langsung berteriak hiseteris.

"JEON JUNGKOOK!!?"

Yap, Jungkook. 

Namja itu berlari dan mendorong tubuh Eunbi. Gadis itu memang terjatuh, tetapi Jungkook terhantam motor. 

Tak jauh dari Eunbi, darah segar mengaliri aspal jalanan kota Seoul. Darah itu berasal dari kepala Jungkook yang terhantam cukup keras ke aspal dan beruling guling tidak terlalu jauh sih.

Kaki Eunbi terasa sangat sakit, sama seperti sakitnya saat pentas kemarin.

"Jeon.. Jeon Jungkook.." Lirihnya. Banyak orang mulai mengerumuni mereka berdua. Si pengendara motor sudah kabur duluan. 

Yein segera menelepon ambulans. Hoseok berlari menghampiri Eunbi setelah mencerna apa yang terjadi barusan.

"Yya, Hwang Eunbi neo gwenchanna?!" Tanya Hoseok panik. Super panik. "Mana yang sakit? Dimana? Mau ku gendong sampai rumash sakit? Aigoo, eottokhaji? No-nomer ambulans berapa?!"

"Aku sudah memanggil ambulans, mereka akan sampai sini kurang dari 5 menit." Ucap Yein. "Jungkook oppa bertahanlah!"

Eunbi bingung harus apa. Ingin sekali ia menghampiri Jungkook dan memeluk namja yang terkulai lemas di hadapannya. Namun untuk bergerak pun susah, kakinya seperti mati rasa.

Yang bisa ia lakukan saat ini hanya menangis sambil terus menatap mata Jungkook yang tertutup rapat dan belum ada tanda-tanda untuk membuka kedua kelopaknya.

"Oppa.." Isaknya. 

Hoseok yang panik setengah mati hanya bisa memeluk Eunbi berusaha menenangkan gadis itu sekaligus menenangkan dirinya. 


***


"Dimana ruangan Jungkook oppa?" Tanya Eunbi pada Hoseok. Kaki nya kini di perban dengan cukup tebal karena kata dokter ada tulang yang tergeser. Kecil kemungkinan untuknya menghindari operasi.

"Wow, Hwang Eunbi. Kau ini hebat atau bodoh aku tidak tau, yang jelas kau lebih mementingkan seorang Jungkook daripada kakimu? Daebak (hebat)." Hoseok bertepuk tangan dengan mulut terbuka lebar. 

Eunbi tidak menghiraukan perkataan Hoseok. Yang ia inginkan sekarang adalah mengetahui keadaan Jungkook. 

Eunbi bangkit dari kasur rumah sakit. Hoseok sedikit kaget dan dengan gerakkan cepat ia menahan lengan Eunbi membantu gadis itu untuk berdiri.

"Mau pakai kursi roda?" Tawar Hoseok. Tadinya Eunbi ingin menolak, tetapi saat ia merasakan sakit yang amat sangat saat ia menurunkan kaki kirinya, ia menerima tawaran Hoseok.

Hoseok mendorong kursi roda Eunbi menuju ruangan dimana Jungkook di rawat. Beberapa menit yang lalu Jungkook sudah di tangani oleh dokter, menurut informasi Jungkook tidak apa apa hanya mengalami shock saja dan luka di bagian kepala yang terbentur.

Saat ruangan terbuka, sosok Yein lah yang pertama kali dilihat Eunbi. 

Gadis itu berjalan kearah Eunbi. Ia berhenti tepat di hadapannya dan menampar pipi Eunbi. 

PLAK!

Detak jantung Eunbi berhenti sesaat. Pertama kalinya ia di tampar oleh seseorang seumur hidupnya. Sumpah, ini yang pertama.

Hoseok yang menyaksikan adegan itu menutup mulutnya yang menganga dengan kedua tangannya.

"Dasar jalang!" Umpat Yein. "Karenamu Jungkook oppa jadi seperti ini! Seharusnya kau yang berbaring disana bukan Jungkook oppa! Mati saja kau!" 

Tangan Yein terulur menyekik leher Eunbi. 

"Uhgg, Ju.. Jung..ghh.." dengan susah payah Eunbi berusaha melepaskan cengkraman tangan Yein di lehernya. Nafasnya tercekat. Tenggorokannya seperti akan patah saat itu juga. 

Hoseok yang awalnya tercengang segera tersadar dan berusaha melepaskan tangan Yein. 

Mata Yein membelalak penuh emosi, tangannya lebih kuat dari dugaan Eunbi dan Hoseok. 

"Jung Yein!" Bentak Jungkook. 

Hening.

Baik Yein maupun Eunbi dan Hoseok berhenti melakukan aktivitas. Semuanya menoleh kearah Jungkook yang baru saja siuman.

"Jeon Jungkook.." 

"Yein-ah, bisakah kau meninggalkan ruangan? Aku sudah muak dengan perbuatanmu." Ucapan Jungkook menusuk hati Yein. Tidak mau muluk muluk ia langsung pergi keluar ruangan. 

Hoseok mengerti situasi. Ia memilih untuk keluar ruangan membiarkan kedua orang ini bercengkrama.

"Mianhae.." Desah Eunbi di ambang pintu. Ia tidak berani mendekati Jungkook. 

Lelaki dengan perban yang melilit di kepala itu diam menatap Eunbi tanpa ekspersi. Eunbi menunduk, tidak ingin menatap Jungkook. Ia berusaha menahan air mata yang ingin tumpah.

"Na ttaemune (karenaku), kau berakhir seperti ini.. Seharusnya aku tidak mengikutimu berkencan hari ini. Maaf aku terlalu childish dan posesif.. Aku hanya.. Merindukanmu yang dulu.." Air mata Eunbi akhir tumpah membasahi kedua tangannya yang terkepal diatas paha. 

Tanpa Eunbi sadari, Jungkook berdiri di hadapannya. 

"Bukan, harusnya aku yang meminta maaf. Aku sudah mengasari mu, mencaci bahkan melupakanmu. Hwang Eunbi, mianhae. Aku sudah mengingat semuanya. Aku juga merindukanmu." Ucap Jungkook sembari berjongkok di hadapan Eunbi. Ia menggenggam kedua tangan Eunbi. 

"Oppa.. sudah ingat?"

Jungkook mengangguk. 

"Berapa tanggal lahirku?"

"Tanggal 2 Juni." 

"Siapa nama adikku?" 

"Hwang Eunseok." 

"Oppa."

"Hm?"

"Jeongmal saranghae."

Jungkook tersenyum mendengar pernyataan Eunbi. 

Jungkook menangkup pipi chubby Eunbi dan mengecup bibir gadis itu sekilas. 

"Don't worry, I'll love you over and over again even when I hate you." 

Jungkook mengecup kening Eunbi, kedua mata, hidung dan terakhir bibir manis Eunbi yang dirindukannya. 

Jungkook mengecup bibir mungil Eunbi secara bertubi-tubi.

"Be my last juliet, Jeon Eunbi."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Haaaai cepet ga? Lama ya wkwkw
Maaf chapet ini pendek bgt besok aku lanjutin deh kalau sempet :)) 

Jangan lupa read, vote dan comment! share juga boleeeh~

kunjungi ff sebelah ya yg judulnya PROBLEM?

Married The International Playboy [NC]Where stories live. Discover now