Chapter 2 - Beside Me

157 10 1
                                        

Previous
"Aku terus memukul tubuhnya, mengungkapkan rasa sakit di seluruh tubuhku, juga hatiku yang tidak bisa kuberi tau dengan kata-kata"

.
.
.

Dari hari aku membuka mataku sampai sekarang, mungkin sudah lima hari aku hidup seperti mayat.

Aku hanya tidur juga minum segelas air. Mungkin kalian fikir aku tidak ingin makan, tapi laki-laki itu memang tidak memberikan aku makan.

Ya.. Darrel dia hanya memberikan aku segelas air. Aku sungguh tidak mengenalnya.
Terkadang dia bersikap sangat baik padaku. Juga bersikap seperti ingin aku mati.

Apa aku harus pergi dari tempat ini dan minta pertolongan orang lain. Atau lebih baik aku bunuh diri. Seharusnya aku berterima kasih pada laki-laki itu telah menolongku dan tetap membiarkan aku hidup.

Bukankan ini lebih baik daripada hidup bersama ayah?

"Kamu sudah bangun? Bagaimana perasaanmu? Apa lebih baik?" tanya Darrel

Tidak menjawab pertanyaannya, aku langsung memeluk tubuhnya. Sungguh hangat. Aku memang ingin pergi dari sini, tapi hidup seperti ini tak masalah bagiku.

Entah mengapa saat Darrel datang dan setelah aku memeluk tubuhnya. Rasa ingin pergi dari tempat ini sirna begitu saja.

Setiap malam saat Darrel kembali setelah bekerja, aku mencium aroma tubuhnya yang sangat familiar. Aroma vanila yang menempel di tubuhnya itu membuatku ingin terus berada di dekapannya.

Aku sangat menyukainya dari pertama kali dia memeluk tubuhku. Aku jatuh cinta pada pelukannya. Ah tidak! aku jatuh cinta padanya.

"Kamu lapar?"tanya Darrel sembari mengelus rambutku

"Tidak, aku ingin memelukmu saja. Itu cukup"jawabku sembari terus memeluk tubuhnya erat.

Dia mendorong tubuhku lalu menamparku pipiku dengan keras.

"Dasar bodoh! aku ini bukan ibumu. Kamu sangat rewel seperti seorang bayi"teriaknya padaku

"Aku memang bodoh, jadi jangan perdulikan aku. Biarkan saja aku memelukmu"pintaku

Dia pergi lalu mengunci ku di dalam kamar. Aku duduk terdiam di atas kasur tidak tau apa yang harus ku lakukan.

Sekarang, aku bertahan hidup hanya dengan bernafas, minum dan melihatnya. Apa perlu aku sebut, memeluknya?

~

Aku merindukannya, aroma tubuhnya aku ingin memeluknya lagi. Sudah berapa lama aku dikurung di dalam kamar.

Aku ingin keluar dari sini! Aku berjalan ke arah pintu dan terus memukul pintunya berharap dia datang dan membukakan pintu itu untukku.

Tak lama aku mencium aroma vanila yang datang ke arah pintu.

"Ah Darrel akan datang" aku berdiri di depan pintu dan tersenyum sangat senang.

Dia akan datang menemuiku? Tak lama Darrel membuka pintu dan aku langsung memeluk tubuhnya erat.

"Akhirnya kau menyerah juga. Aku senang kau memohon padaku"ucapnya lalu membalas pelukanku.

Aku terlarut dalam pelukannya, aku penasaran seperti apa wajahnya. Aku meraba wajahnya perlahan, bibirnya kenyal, hidung nya mancung, alisnya tebal, rambutnya halus.

Akh aku sungguh seperti bayi yang membutuhkan ibunya. Sekarang dia segalanya bagiku. Aku sangat menyukainya.

"Apa harus menunggu 3 hari sampai kau memohon supaya aku datang dan membuka kan pintunya. Kau sudah sangat merindukan ku? Ah sepertinya iya. Kau begitu mencintai ku, sampai kau tidak henti-hentinya tersenyum sekarang. Apa kau tidak takut? Aku sudah menguncimu begitu lama"tanyanya padaku

"Untuk apa aku takut padamu? Kamu sama sekali tidak menakutkan. Kamu lupa? Aku hidup selama belasan tahun dengan ayahku. Kamu jauh lebih baik darinya"jawabku

Aku terus tersenyum padanya. Entah apa senyumku itu cantik untuk di pandang? Bahkan aku hampir lupa wajahku sendiri.

"Sepertinya kamu sudah gila, untuk apa menyukai laki-laki sepertiku yang bahkan kau tidak tau wajahnya"

Darrel menggendong tubuhku, sepertinya dia berjalan ke arah kasur. Dia meletakkan tubuhku disana.

"Kamu ingin pergi lagi? Aku masih ingin bersama mu"ucapku sedikit memohon

Dia duduk di sampingku. Memberikan tangannya untuk menjadi bantalan kepalaku.

"Aku tidak akan pergi, aku akan disini bersamamu"ucapnya lembut

Dia berada di sampingku sekarang. Ini benar-benar menyenangkan.

"Kau tadi bertanya kenapa aku menyukai mu kan? Hm.. mungkin karena aku seperti anak ayam yang baru saja menetas. Saat pertama kali aku sadar kamu yang ada di hadapanku dan memeluk tubuhku. Aku tidak takut apapun asal bersamamu. Itu yang biasanya anak kecil katakan kepada ibunya"

Aku memegang telapak tangannya. Dia mengelus pipi juga kepalaku lembut. Ini pertama kalinya dia memperlakukan ku seperti benar-benar aku manusia yang hidup.

Aku menutup mataku sembari terus memeluk tubuhnya erat. Aku terlelap di dekapannya.

Jika kalian hidup seperti ini apa kalian masih berfikir aku harus pergi?

~TBC/END~

White NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang