Day 1

73 2 0
                                    

Revan

"HAH, SERIUSAN?"

Revan menoyor kepala Arkan dengan kakinya. "Nggak usah teriak bego."

Arkan mengusap kepalanya. Sakit, iya. Namun penasarannya lebih besar saat ini. "Nggak, nggak. Seriusan lu putus sama Farrel?"

"Break. Bukan putus." Koreksi Revan, matanya masih lekat ke layar TV Arkan, sementara tangannya masih sibuk bergerak di controller.

"Ya sama ae anying. Intinya lu nggak lagi pacaran kan?" Tanya Arkan. "Kenapa bego? Perasaan lu tuh sayang banget sama cewek lu. Atau jangan-jangan...."

"SELINGKUH YA? FARREL SELINGKUH YA?"

Revan menghentikan game-nya dengan kasar, menoleh cepat ke arah Arkan. "Nih bocah, kebanyakan nonton film menye lu!"

"Yah, kan nanya yak."

"Kagak, gua sama dia sepakat ae kalo kita butuh jarak." Revan menghela napas.

Gilang melepas headsetnya. "Yakin dia sepakat?"

"Ya gitulah, toh dia nge oke-in." Dengus Revan. "Ya udah lah."

"Van, nggak lu parah sih ini. Biasanya tuh lu peduli banget sama Farrel." Sahut Fauzan dari dapur. "Tapi sekarang kesannya tuh, kek ya bodo amat."

"Ya mau gimana?" Revan memutar matanya. "Dah ah, mau ngerokok dulu gua."

Revan berdiri dan berjalan ke arah balkon. Ia mengeluarkan handphone-nya dan membuka Line-nya.

Chat teratasnya masih Farrel.

Ia mengacak rambutnya dan memasukkan kembali handphone-nya. Ia menghela napas kasar.

"Udah dilakuin, mana bisa ditarik lagi."

That day, when i let my pride get in our way.

7 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang