Revan
Revan membaca chat lamanya dengan Farrel. Ini baru tiga hari sejak chat terakhir mereka, namun ia sudah merasa seaneh ini.
"Chat elah, kalo kangen mah." Celetuk Fauzan.
"Lagi break, nanti gua ganggu." Kata Revan pendek, meletakkan handphone-nya dengan posisi layar di bawah.
Revan menghela napas kasar dan menyangga kepalanya dengan tangannya. "Apa gua salah ya minta break?" Gumamnya.
"Hah apaan Van?"
Revan sontak langsung mendongak. "Kagak, eh pesenin gua kopi dong."
"Mau kopi apaan?"
"Black coffee."
******
"Revan, udah makan siang?" Aira bertanya anak laki-laki sulungnya. Revan menggeleng, membuka kulkas dan mengambil sebotol air dingin."Mau makan apa? Beli aja deh, Mama nggak masak hari ini."
"Nyeh, ngapain nanya kalo gitu." Revan memutar mata. "Duitnya, Ma."
Aira mendengus gemas. "Ya udah, ambil di dompet mama. Jangan lupa beliin buat adek kamu juga."
Tidak ada jawaban, hanya langkah Revan di tangga.
"REVAN, DENGER NGGAK?!"
"IYA MAMA, REVAN PUNYA KUPING!"
Entah kenapa, tiba-tiba pikirannya melayang ke Farrel.
Karena seingatnya, Farrel paling malas jika disuruh makan siang.
Ia ingat saat Farrel bilang ia sudah makan saat istirahat 1 hanya karena ia malas makan pada istirahat siang, yang berujung pada Revan tau bahwa Farrel berbohong.
Revan mengerjap dan menggelengkan kepalanya.
"Apaan sih gua, anjir."
That day, when all the memories came back, it haunted me.