Farrel
Farrel memasang headsetnya, berjalan sepanjang koridor dengan tumpukan buku tulis di tangannya. Ia berdecih.
Bisa-bisanya guru bahasa menyuruhnya membawa buku tulis anak-anak XI IPA 5.
"VAN, OPER VAN!"
Suara familiar milik Fauzan sampai di telinganya, membuatnya refleks menoleh ke arah lapangan.
Ia melihat manusia dengan celana olahraga digulung selutut, dan beberapa pasang sepatu yang dilepas tengah ribut mengejar bola futsal.
Sementara di tribun ada suatu kelompok sendiri yang menbentuk lingkaran, tertawa.
"Cewek." Dengus Farrel remeh.
Matanya menangkap siluet Revan yang sedang berlari di sisi lapangan. Ia menggigit bibirnya dan berbalik, berjalan ke arah kelas XI IPA 5.
Beradaptasi dengan perbedaan itu sulit.
Menerima fakta bahwa Revan dan ia sedang melukis jarak diantara mereka itu sulit.
Tapi, entahlah, ia merasa tidak ingin berjuang.
That day, when i decided to give up.