Day 7

83 1 1
                                    

Revan memainkan pulpen di tangannya, memutarnya di antara jari-jarinya. Ia berdiri setelah beberapa saat dan meraih handphone-nya.

"Mau ke mana, Van?"

"Kelasnya Farrel."

Fauzan mengernyit dan memperhatikan punggung Revan yang menjauh. Ia mengangakat bahu setelah beberapa saat dan berjalan ke mejanya.

Ia makin mengernyit saat melihat orang-orang yang duduk di deretannya sedang menulis panik.

"Lah ada apaan dah? Emang ada pr?"

"Sejarah minat, 3 halaman LKS." Jawab entah siapa di baris belakang.

Fauzan menepuk dahinya. "Mampus! Gua beloman! Alig, nyontek dong!"

******
"Ada Farrel nya nggak?"

Farrel samar-samar mendengar suara Revan dan mendongak, melihat Revan di ambang pintu kelasnya.

Mata mereka bertemu dan Farrel sadar, itu sinyal untuknya agar berdiri dan menghampiri Revan.

Farrel berjalan ke arah Revan dalam diam.

Dan sudah entah berapa menit mereka berdiri di koridor, berdiri bersampingan dengan wajah menghadap lapangan, tanpa sepatah kata apapun terucap.

"Apa kabar?"

Revan meruntuki dirinya sendiri setelah satu pertanyaan bodoh terucap.

"Baik." Jawab Farrel sekenanya. "...kamu?"

"Baik juga."

Hening. Lagi. Entah untuk berapa menit.

"Van."

"Hm?" Revan menoleh.

"Keknya kita nggak bisa lanjut kek gini." Farrel berkata cepat.

Satu kalimat itu membangkitkan semua ketakutan Revan. "Maksudnya?"

"Nggak jelas. Nggak pacaran, nggak putus." Farrel menggigit bibirnya.

"Jadi maksudnya apa, Rel?"

Farrel menghela napas berat sebelum menatap Revan. "Aku mau putus."

Semua terasa kosong.

Revan tidak kaget. Dengan perasaan yang tidak jelas di antara mereka, wajar saja jika dalam waktu yang tidak begitu lama, Farrel akan meminta untuk berakhir.

".....oke, kalo kamu maunya gitu." Revan memaksakan tersenyum, mengelus rambut Farrel. "Aku nggak maksa."

Perlakuan Revan membuat mata Farrel perlahan-lahan berair.

"Maaf." Bisikan keluar dari bibir Farrel sebelum mundur beberapa langkah. "Maafin gua."

Dari aku menjadi gua, Revan paham bahwa apapun yang ada di antara mereka sudah berakhir.

"Nggak apa-apa. Bukan salah lu, Rel." Revan tertawa kecil, yang dalam hati ia runtuki sendiri karena suaranya yang terdengar sangat palsu dan menyedihkan. "Gua ada pr sejarah, balik dulu ya. Belom ngerjain nih."

Farrel mengangguk, menatap Revan yang menjauh sebelum berlari ke dalam kelasnya.

Apa yang ia lakukan?

That day, when everything is over.

7 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang