7

11 3 0
                                    

Hujan dengan teganya menghantam permukaan bumi dengan deras, disertai angin kencang dan geluduk. Hawa yang sudah dingin semakin terasa dingin. Selimut saja masih dapat ditembus oleh dinginnya malam hari ini.

Sedari pagi memang kota Malang sudah diterpa hujan ringan dan baru deras saat sore menjelang. Setelah kepergian Akka dari rumah ku tepatnya.

Kalau dipikir-pikir kedekatan ku dengan Akka memanglah semakin baik dari hari-kehari. Dengan Akka yang membantu ku belajar dan beberapa kali menolongku saat ulangan kimia, fisika dan metematika.
Memang ku kira dia tidak ada pintar-pintarnya. Apalagi saat pertemuan pertama kami kala itu yang sangat tidak dapat dikatakan bagus.. Ohh tidak, tepatnya pertemuan pertama yang memberi kesan buruk bagi ku.

Aku hanya diam di single shofa sambil meluruskan kaki kedepan. Tubuh ku bungkus dengan selimut tebal. Pendingin ruangan sudah mati sejak tadi, namun untuk sirkulasi udara, aku sengaja membuka pintu dorong yang langsung terhubung dengan kolam. Berlahan percikan air berkumpul membentuk genangan air. Dan itu sedang menjadi pusat perhatian ku. Hujan didepan masih belum reda, justru angin seamkin kencang dan terasa dingin.

Ponselku memang sengajaku matikan, aku tak ingin malam ini ada yang mengganggu, termasuk Akka yang sering mengechatku. Memang aku jarang membalasnya, tapi apa yang diketik Akka mampu membuatku tertawa sehingga mampu mengurangi rasa sepi dan menghiburku sejenak.

Aku dengan segera bangkit kala mendengar klakson mobil terus menerus tanpa hanti. Dan itu terdengar tepat di depan rumahku.

Dan benar mobil itu memang berhenti didepan rumahku, itu mobil Akka. Buat apa dia kerumah? Pertanyaan itu langsung terlintas dikepala.

Aku berjalan mengambil payung dan berjalan keluar untuk membuka pagar. "lama amat sih?" gerutunya sambil keluar dari dalam mobil.
"ngapain?"

"ada tamu tu ya disuruh masuk dulu, ditanyain mau minum apa, bukan malah di hadang sambil bilang ngapain? Enggak ada senyum-senyumnya lagi." Akka berjalan masuk tak menghiraukanku sama sekali. Yang dimana akulah pemilik rumah ini.

Aku melihat dia langsung menuju dapur, dan aku baru sadar kalau dia membawa bungkusan plastik hitam. "sini enggak usah berdiri aja. Anggap aja rumah sendiri."

Tuhkan kalian tau bagaimana sikap Akka? Ya begitulah. Ini rumah gue Akka. Kalo bisa gue pengen nyelupin lo di kolam renang, pingsan aja sekalian. Tak mungkin kata-kata barusan ku ucapkan secara langsung ke Akka. Dan aku masih nekat berjalan kearah Akka.

"makan buruan. Gue beliin bubur ayam terenak. Jarangkan makan bubur ayam malem begini. Bubur ayam ini paling enak kalo dimakan pas malem sambil hujan.. Behhh.. Enakk deh pokoknya."

Bubur ayam hanya ku aduk-aduk hingga menyatu dengan kuah dan beberapa lauk seperi kerupuk yang sejak awal aku biarkan tercampur. Saat ini benar-benar tak ingin satu orangpun yang menggangu. Apalagi Akka yang datang disaat-saat seperti ini.

Pandanganku hanya tertuju kepada gelas kaca berisi air yang ditempeli oleh gelembung dan mengembun pada dinding luar gelas kaca.

Dalam hati ada sesuatu yang ingin ku ucapkan, ku keluarkan segalanya. Agar beban dan perasaanku dapat berkurang. Rasanya benar-benar penuh. Namun kepada siapa aku akan bercerita. Akankah orang itu dapat menerima segalanya yang aku ceritakan. Akankah dia menjaga segalanya, atau dapatkah dia membantuku keluar dari masalah ku saat ini.

PRA-KATA-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang