3

22 13 1
                                    

Semoga yang ini berhasil..

--New--

Langkah ku mulai tak beraturan, kesana kemari menata buku, mengunakan kaos kaki, menyisir rambut ok, biarin digerai.

Jam sudah menunjukan anka 06:35 artinya tidak ada 30 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup.
Bagaimana ini. Belum genap sekolah satu minggu sudah hampir telat. Dan kalian harus tau, kota malang sangatlah macet. Ok sangat.

Kaki ku berlari untuk mengambil roti tawar yang tersedia di meja dan berlalu pergi, tak lupa ku menguncinya. Di depen gerbang rumah sudah ada gojek yang menunggu kehadiran ku. "ayo pak ngebut."

"ini mbak dipakek dulu." ujar Si bapak gojek menyeragkan helem.

Sambil memakai helem, berlahan motor mulai berjalan. Keluar dari perumahan dan kalian tau apa yang membuat ku mengeluarkan nafas berat? Macet-nya udah panjang.
Sedangkan jarah dari perumahan ini hingga sekolah membutuhkan waktu 45 menit. Ku lirik jam tangan ku. Sial 15 menit lagi...

"mbak, maaf. Ini jalannya emang lagi macet-macetnya, kalo embak telat nanti gimana?"

"yah pak, enggak ada jalan tikus." ok, ini bukan Semarang yang punya banyak jalan alternarif.

"enggak ada mbak, kalopun ada tambah jauh soalnya muter-nuter."

Ku menghela mafas berat sekali lagi. Hingga suara klakson motor membuat ku menoleh kearah sumber suara.

"turun deh lo mendingan dari situ. Buruan naik, keburu telat."

"lo?"

"iya gue, Akka. Masih inget kan. Gak amnesia. Buruan turun, 10 menit lagi ini gerbang ditutup."

Mau tak mau dengan sigao aku turun. Tak lupa membayar si gojek walau tak penuh. "pegangan Ta."

Belum sempat mengerti apa maksudnya, karena suara Akka yang terdengar samar-samar di telinga ku. Motor itu melaju dengan brutalnya. Bentar-bentar kenceng dan mengeren dadakan. "dasar. Modus lo!!" teriaku dengan kencang. Entahlah dia dengar atau tidak. Dan pelukan ku semakin erat karena Akka langsung menarik pedal gasnya secara brutal.

✌✌✌

"untung. Nyawa gue." setelah sampai di parkiran sekolah. Aku turum dari motor sport Akka dengan gemetar, pasalnya bentukan Akka yang mengendarai motor tak manusiawi sama sekali.

"kalo tadi gue enggak ngebut, kita udah kejemur di gerbang, surung mungut sampah lagi. Lo mau?" tutur Akka langsung ku jawab dengan tatapan tajam

"tapi ya enggak kaya tadi juga."

"lah, namanya juga kepepet. Kalo gue mah ogah suruh mungut samapah ato nata buku di perpus, apa lagi suruh nyapu. Kagak."

"bodo." dengan kesal ku tinggalkan Akka begitu saja. Manusia itu terlalu membuat ku jengekel, pagi-pagi tadi udah kalang kabut dan masih diaja ngegila di jalan. Manusia macam apa dia itu sebenarnya.

Saat ku sudah sampai kelas, semua terlihat sibuk kesana kemari dan setiap meja ada leptop tanpa terkecuali. Untung gue tadi inget bawa leptop.

PRA-KATA-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang