1

38 13 3
                                    

Sorry for typo's
Sebelum baca budayakan tekan🌟✨

**NEW**
--------------------

Lorong sekolah sudah mulai sepi. Iya, ini adalah hari ku pertama kali masuk di sekolah baru, aku masuk di semester dua kelas 11.
Aku bukan terlambat, sekali lagi aku bukan TERLAMBAT.
Hanya saja tadi aku harus mengurus data diri di TU dan mengambil seragam. Tak lupa aku bertemu dengan om Yudhi, suami dari tante ku Irene. Dimana mereka adalah waliku selama aku tinggal di kota ini.

Ruang kelas satu demi satu ku lewati, tanpa adanya senyum. Berjalan dengan tatapan lurus dan.. "aww...."

"bisa gak sih jalan matanya dipake." manusia dengan perwakan tinggi itu melihat ke lantai. Bukan, tapatnya ke arah ku.

Kemudian aku bangkit dan meninggalkannya tanpa satupun kata. "gak bisa bedain apan yang di muka gue itu mata, situ kira gantungan konci?"

Langkah ku terhenti di depan kelas yang pintunya sudah tertutup, namun dapat kulihat keadaan kelas didalamnya. Dengan adanya kaca tertunya.

Ku ketuk pintu beberapa kali hingga guru muda berawakan cantik dengan rambut yang digulung kebelakang. "kanapa telat?" tanyanya dengan garang.

"maaf bu, saya murid baru di kelas 11 A1." setelah mengucapkan itu, guru yang garang itu langsung memasang senyumnya.

"Attalia Fransycia? Dari Semarang ta?" tanyanya dengan melipat kedua tangannya di depan dadanya.

Aku memberikan seulas senyum untuk menjawab. "iya bu. Panggil saya Atta."

"ayo Atta, masuk dan sesegera ikut pembelajaran saya, oh iyo ibu lali. Nama ibu bu Mona, saya yang pengampu sejarah."
(lali=lupa)

Aku mengukuti bu Mona kedalam kelas. Semua pandanga tertuju kepada ku, iya AKU.
Saat ini aku sudah ada dihadapan 24 siswa siswi kelas 11 A 1. "baik, kenalkan diri mu."

"pagi semua. Gue Attalia, panggil Atta. Dari Semarang." ucapku dengan terpaksa sedikit menampilkan senyum. Enggak iklas lohya..

"yowis, sana kamu duduk ndek bangku belakang. Temen sebangku mu paling yo telat."
(yaudah, sana kamu duduk di bangku belakang. Temen sebangku mu mungkin juga telat.)

Aku hanya mengangguk dan berjalan melewati beberapa bangku sambil menunduk, takut ada yang mengerjai seperti menjegal mungkin?

"arek-arek, jangan lupa, besok kita tugas kelompok pembahasan setiap bab, gawe satu kelompok. Tapi sisa dua nanti biar jadi satu kelompok ae yo."
(arek-arek=anak-anak , gawe=buat, ae yo= aja ya)

"paling juga gue. Moga aja sebelah gue cewek deh."

Saat bu Mona sudah mau keluar, pintu yang semula tertutup kembali terbuka dan menampakan laki-laki dengan seragam yang sama sekali tak enak untuk dipandang. Bayangin aja ini masih pagi dan kalian lihat laki-laki dengan baju yang keluar dari celana, gak pakek sabuk almamater, dasi yang tak disimpulkan, rambut yang sudah mulai panjang dan berantakan. Merusak pemandangan pagi bukan? Mau jadi apa dia sebenarnya, preman sekolah? Atau bedboy gitu. Kalo dilihat mukanya sih enggak ganteng-ganteng amat, lumayan lah kalo ukuran cowok punya muka bersih dan warna kulitnya gak terlalu gelap, ditambah dia punya kumis tipis gitu.

Aku sedikit tak suka dengan laki-laki rambut panjang. Yah semenjak itu.

"kuwe meneh to nang-nang. Arek lanang, ganteng ngene meh dadi opo kuwe? Yang bener kalo pakek seragam."
(kamu lagi ya nak-nak, anak laki, tampan gini mau jadi apa kamu?)

PRA-KATA-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang