Pregnant

10.1K 528 27
                                    

Hari demi hari berlalu kehidupan rumah tangga ini semakin berjalan selayaknya rumah tangga yang normal pada umumnya.

" Sasuke-san "

" Hn "

Dia berjalan menghampiriku yang tengah di sibukkan dengan tumpukan berkas di meja kerjaku.

" Nani? "

Dia berdiri disampingku dengan sikap yang aneh. Ini jelas ada yang dia inginkan.

" Sasuke-san.. "

" Hn "

" Aku.. "

" Hn? "

" Aku.. ingin... "

Seolah bisa membaca pikirannya akupun lantas membuka laci kerjaku.

" Ambillah " ucapku memberikan sebuah kartu kredit padanya.

" Apa ini? "

" Pastikan kau pergi bersama Shisui "

" Hm? "

" Apalagi? limitnya 1 juta dollar jadi kau tak perlu khawatir "

Aku kembali memeriksa beberapa berkas tanpa melihatnya.

" Baka "

Aku membatu di posisiku. Aku tidak salah dengar kan? Dia menyebut baka.. untukku?

Saat aku menoleh dia sudah pergi dan meninggalkan kartu kredit itu di meja. Kenapa lagi sekarang..

Aku menyusulnya ke kamar.

Cklek

Dia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

" Kenapa lagi? " tanyaku.

" Baka.. baka.. baka... " serunya dari balik selimut.

Ini membuatku semakin kesal. Ku tarik selimut itu. Dia mengusap wajahnya lalu menyembunyikannya dibalik bantal. Dia menangis.

Ku dekati dia perlahan.

" Kemari "

Dia semakin erat memegang bantal itu. Aku jelas harus menahan emosiku sekarang.

Ku singkirkan bantal itu lalu memeluknya.

" Katakan padaku apa yang terjadi? "

Dia membalas pelukku. Ku biarkan sebentar dia hingga sedikit lebih tenang.

" Jadi kenapa kau menangis? "

" A-aku.. "

" Hn? "

" A-aku.. ingin.. mempunyai.. anak "

Deg

" Anak? "

Dia mengangguk. Ku tatap wajahnya yang bersemu saat mengatakan hal itu.

" Kau tidak ingin menundanya lagi? " tanyaku memastikan.

Dia menggeleng.

" Tapi kita baru benar-benar bersama satu bulan ini "

" Tapi aku ingin.. "

Aku diam sesaat. Mencoba memahami keinginannya meski menurutku terlalu terburu-buru.

" Kalau begitu berhenti menangis saat aku melakukan banyak hal padamu "

" Hm " angguknya.

Aku cukup terkejut dengan jawabannya yang begitu cepat. Tak ingin membuang kesempatan, akupun langsung melahapnya malam itu.

Dan seperti yang dia katakan, dia tak pernah lagi menangis saat aku mecumbunya. Ini membuatku semakin nyaman bahkan lupa dengan keinginannya untuk memiliki seorang anak.

Waktu terus berlalu sudah 3 bulan sejak dia menyatakan keinginannya padaku. Dan hampir setiap bulan dia merajuk dan menangis padaku.

" Gagal lagi " ucapnya sambil menangis.

" Sudahlah jangan terlalu dipikirkan.. mungkin memang belum waktunya "

Bulan berikutnya.

" Negatif " keluhnya menahan tangis.

" Tidak apa-apa "

Ku pikir kata-kataku yang sama bisa menenangkannya setiap kali dia memeriksa diri dengan alat tes kehamilan. Tapi nyatanya kesabarannya tak seperti dugaanku.

" Kita harus ke dokter "

" Ha? "

" Aku ingin memastikan bahwa rahim ku baik-baik saja "

" Hinata kau itu gadis baik-baik, tak pernah minum alkohol juga merokok bahkan menggunakan obat-obatan.. kenapa kau begitu takut? "

" Aku ingin ke dokter " rengeknya.

" Hentikan Hinata.. aku lelah meladenimu.. kalau memang belum ya belum tak perlu kau paksakan "

Dia mulai menangis saat aku menggertaknya. Ku tinggalkan dia dan pergi ke kantor.

Meski aku mengatakan hal itu padanya. Nyatanya aku sendiri mulai ragu dengan diriku.

Berkat kata-katamu pagi tadi aku jadi tidak fokus dengan pekerjaanku di kantor.

Haruskah kita memeriksakan diri ke dokter? Atau hanya melakukan kegiatan seperti biasa saja?

" Gah " kesalku.

" Sasuke-sama? "

" Nandemonai.. lanjutkan meetingnya "

Saat aku sudah kembali ke rumah. Ku lihat dia masih merajuk di kamar. Aku paling anti melihat wajah kusutnya.

" Bersiaplah "

" Hm? "

" Kau ingin memeriksa rahim mu kan? "

Dia melompat dari tempatnya lalu mengecup pipiku.

" Arigatou Sasuke-san "

" Baka "

Aku lantas turun ke bawah menutupi wajahku yang merona karna ulahnya.

" Kalau ku lihat.. tak ada yang aneh dengan rahim mu.. semua baik-baik saja "

" Tapi Sensei.. kenapa aku belum juga hamil hingga saat ini? " serang Hinata.

" Mungkin memang belum waktunya saja " senyum dokter itu.

Dia menunduk kecewa. Aku dan dokter itu saling pandang sesaat.

" Bagaimana kalau kau minum vitamin " saran dokter itu.

" Vitamin? "

" Ya dan suplemen lainnya "

" Wakatta "

Dan kesepakatan diantara mereka pun terjalin. Aku hanya diam melihat mereka bicara dan saling tersenyum.

Beberapa hari setelahnya dia mulai rajin mencari makanan yang bisa membuatnya cepat hamil. Sebenarnya aku agak khawatir dengannya, dia terkesan seperti memaksakan kehendaknya.

Tapi disaat yang sama diapun bahagia menjalani serangkaian rutinitas baru demi datangnya sang buah hati.

Yah semoga saja Kamisama mengabulkan keinginanmu.

Pagi itu.. iie.. masih jam 4 ketika tiba-tiba Hinata menjerit dan melompat lalu duduk tepat diatas perutku.

" Uhuk..uhuk.. Hinata kau ingin membunuhku ha? " kesalku.

" Sasuke-san.. Sasuke-san.. mite.. "

" Nani? "

Dia memberikan sebuah alat tes kehamilan padaku. Kuperhatikan dengan seksama alat itu dan tampak dua buah garis sangat jelas disana.

" Hinata.. ini.. "

Dia mengangguk senang lalu memelukku.

" Akhirnya aku hamil... Arigatou Sasuke-san.. Arigatou... "

" Hn.. omedeto Hinata " bisikku membalas peluknya.

~Skip~

SasuHina - My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang