Memasuki usia kandungan 9 bulan. Kali ini tinggal menunggu waktu.
" Bagaimana? "
" Kandungannya bagus, menurut perhitunganku mungkin sekitar 5 atau 7 hari dari sekarang "
Aku diam, membisu di posisiku.
Sudah tinggal satu minggu lagi hingga kelahiran anakku. Aku mulai gugup sendiri.
" -san.. Sasuke-san.. "
" Ah "
Dan berakhir melamun. Setiap kali aku memikirkan hal itu selalu membuatku gugup. Aku tak tau apa aku senang, bersemangat atau justru sebaliknya.
Hinata mulai sibuk menyiapkan kamar baru bersama Shisui dan yang lainnya. Sedang aku hanya diam. Sebenarnya ada perasaan cemas yang kurasakan. Dan membuatku tidak tenang sama sekali.
Semakin dekat menuju hari persalinan, aku semakin tidak tenang. Hinata sudah mulai menginap di Rumah Sakit. Begitu juga denganku yang ikut menginap di Rumah Sakit, meninggalkan semua pekerjaanku.
" Lelah? " tanyaku.
" Sedikit "
" Istirahat dulu "
Ku bantu dia duduk di sofa. Menjelang persalinan, dokter menyarankan untuk sering berjalan dan bergerak. Bukan hanya dia, akupun ikut lelah juga lemas melihatnya.
" Aku ingin berbaring "
" Hn "
Ku papah dia menuju tempatnya dan membaringkannya. Tak berapa lama kemudian dia tertidur.
" Aku akan memijat anda "
" Ah.. arigatou Shisui "
Aku terkapar di sofa. Entah kenapa tubuhku benar-benar tak ada daya sama sekali. Seperti tak bertulang, lemas.
" Sasuke-san "
Deg
Aku bangkit dari tempatku dan bergegas menghampirinya.
" Aku disini " ucapku.
" Pe-perutku.. "
" Kenapa? Ada apa dengan perutmu? " tanyaku cemas.
" Sa-sakit.. "
" Shisui.. Shisui.. " teriakku histeris.
" Ha-i Sasuke-sama "
" Panggil dokter sekarang " seruku.
Aku mulai panik sendiri. Aku ingin membantunya tapi aku tidak berani melayangkan tanganku ketubuhnya karna dia slalu mengeluh sakit.
" Ah.. sstt.. sakit.. "
" Shisui.. Shisui.. "
Bruk
Pintu itu terbuka dengan keras. Shisui datang membawa dokter juga beberapa perawat. Setelah memeriksanya, Hinata lantas dibawa ke ruangan lain.
" Anda tunggu diluar saja " ucap perawat itu menahanku.
" Tsk "
Diluar aku tak tenang sama sekali. Tidak sedetikpun. Aku bahkan terus memukul dinding disini setiap kali ku dengar suara Hinata dari sini.
" Sebenarnya apa yang mereka lakukan didalam? kenapa dia masih merasa sakit " batinku menahan kesal.
Bruk
" Sasuke-sama.. tenanglah "
Plak
" Seolah aku bisa tenang " seruku.
" Sasuke-sama.. "
" Aku bahkan tidak tau apa yang mereka lakukan pada Hinata sekarang "
" Bersabarlah Sasuke-sama.. Hinata-sama ditangani oleh para ahli "
" Sial.. sial.. "
Aku kembali memukul dinding disini tuk meredam amarah juga perasaan cemas yang bergelayut dihatiku.
Ditengah kegalauanku, orang tuaku datang bersama keluarga Hinata.
" Sasuke bagaimana keadaan Hinata? "
" Jangan menanyakan pertanyaan bodoh padaku " batinku.
Aku hanya menyeringai melihat mereka lalu larut dalam perasaanku sendiri. Melihatku seperti itu Shisui lantas membawa mereka semua dan menjelaskan yang terjadi.
" Yang mana suami Hinata-san? "
Seorang perawat keluar mencariku.
" Aku "
" Masuklah "
" Apa yang terjadi padanya? "
" Istri anda butuh dukungan dari anda agar persalinanya berjalan lancar "
Meski tak begitu mengerti aku tetap mengikutinya.
" Sasuke-kun " tahan ibu Hinata.
Aku berbalik sebelum benar-benar memasuki ruang operasi itu.
" Kami mengerti perasaanmu tapi perasaan cemas yang berlebihan akan berimbas buruk padanya, maka dari itu cobalah untuk lebih tenang dihadapannya "
" Hn " anggukku.
Perawat lantas memakaikan baju steril padaku lalu mengajakku menemui Hinata.
" Sasuke-san.. Sasuke-san... "
" Aku disini "
Ku genggam erat jemarinya, berdiri disampingnya.
" Kita lanjutkan lagi.. Hu..hu.. ha.. " ucap dokter itu yang diikuti olehnya.
Ingin menangis rasanya melihat keadaannya saat ini. Wajahnya pucat, keringat dan air matanya bercampur. Tapi kemudian aku teringat kata-kata ibu Hinata tadi.
" Ayo Hinata.. kau pasti bisa " ucapku memberi semangat padanya.
Ku coba menepis semua perasaan dihatiku dan memberi semangat juga energi positif padanya. Dan setelah hampir satu jam berlalu.
" Selamat ya.. bayi mu laki-laki " ucap dokter itu.
Aku dan Hinata saling tatap sesaat lalu tersenyum.
" Arigatou Hinata " bisikku memeluknya.
Dan diapun menangis dalam pelukku.
" Kau akan memberinya nama apa? " tanyaku.
" Terserah padamu "
Aku berpikir sesaat. Jujur, aku sendiri belum menyiapkan nama apapun untuk putraku. Aku melihat keluar jendela, salju pertama turun bertepatan dengan kelahirannya.
" Bagaimana kalau Yuki "
" Yuki? "
" Lihatlah "
Hinata lantas ikut melihat jendela kaca.
" Yuki "
" Hn "
" Daisuki " senyumnya.
Seorang perawat datang lalu membawanya keruangan lain. Sedang aku keluar menemui keluargaku.
" Bagaimana? "
Semua menyerbuku dengan pertanyaan yang sama.
" Laki-laki " ucapku.
" Yokatta " ucap mereka.
Lega. Itulah yang tergambar pada raut wajah mereka.
Beberapa saat kemudian Hinata sudah bisa dijenguk. Aku berjalan perlahan mendekat padanya. Dia berbaring di tempat tidur bersama dengan seorang bayi laki-laki disampingnya.
" Itu papa mu " ucap Hinata.
Kupandangi wajah mungil pria kecil itu. Aku tidak menyangka bahwa ada saat dimana aku dipanggil papa. Semua perasaan yang kurasakan sebelumnya hilang. Berganti kebahagiaan yang bahkan tak bisa ku ungkapkan dengan kata-kata.
" Selamat datang.. Yuki Uchiha "
~Fin~

KAMU SEDANG MEMBACA
SasuHina - My Baby
FanfictionIni lanjutan dari By my side ya.. Berhubung banyak yang minta dibikin sequel lanjutan :D Happy reading ya.. semoga menghibur ^^