Medan Perang

5.6K 383 12
                                        

Menginjak usia kandungan 5 bulan. Semua masih berjalan normal. Meski berat badan Hinata bertambah lagi. Malam itu sebelum kami beranjak tidur.

Aku tengah membaca buku sedang dia merajut. Lalu tiba-tiba dia meletakkan barangnya dan merapat padaku.

Aku yang tidak merasa terganggu hanya membuka tanganku dan membiarkannya memelukku.

Kemudian dia mulai mengecup pipiku. Lagi, lagi dan lagi. Lalu turun ke leherku.

" Hentikan Hinata "

" Hm? "

" Aku sedang membaca "

Dia diam sesaat tapi kemudian di ulangi lagi.

" Hinata kau sedang ingin? "

" Iie "

" Lalu kenapa kau.. "

" Aku suka bau mu Sasuke-san "

Deg

Ku palingkan wajahku lalu menutupnya dengan tanganku. Dengan sikapnya sekarang bagaimana bisa aku menahan diri lagi hah..

Dan kejadian dia menciumku tidak hanya terjadi sekali, tapi setiap hari. Ya, hampir setiap malam dia selalu melakukannya. Dan berhenti saat dia sudah terlelap.

Aku tidak keberatan dengan perubahannya itu, hanya saja perasaan menahan gejolak ingin mencumbunya itu yang membuatku tersiksa.

Aku tak mungkin melakukan itu padanya saat sedang mengandung seperti sekarang. Akh.. sial..

" Ohayo gozaimasu Sasuke-sama "

" Hn "

" Sasuke-sama kenapa leher anda.. "

" Ah.. ini ulah Hinata " ucapku memegang leher.

Kebiasaannya itu kini selalu meninggalkan bekas di hampir sekujur tubuhku. Terutama leher dan dada ku. Aku seperti sedang terkena penyakit cacar sekarang.

Karna semua itu, aku tak pernah sanggup menatap karyawanku di kantor. Sejak memasuki kantor hingga tiba di ruangan ku bagai melewati medan perang.

Rasanya begitu menusuk saat melihat ekspresi mereka padaku.

" Hah.. " desahku setibanya diruanganku.

Kau sungguh keterlaluan Hinata.

Tok.. tok..

" Masuk "

" Yamanaka-san sudah tiba "

" Hn "

Hari ini rekan bisnis keluarga Uchiha datang.

" Sasuke-kuuuun "

Seorang gadis berlari menghampiriku lalu memelukku.

" Hentikan Ino "

" Huu.. kau masih saja dingin padaku "

" Aku sudah menikah sekarang "

" Ha-i.. ha-i.. "

" Jadi kita langsung saja ke pokok permasalahannya "

" Kau terlalu serius Sasuke-kun "

Ino Yamanaka, teman kecilku. Ah kurasa dia tidak terhitung teman untukku, karna sejak dulu aku selalu mengabaikan kehadirannya disekitarku.

Meski nyatanya dia adalah penanam saham di perusahaan ini.

" Aku berencana membuka kantor cabang baru disini "

" Kau yakin dengan rencanamu? "

" Ya, penjualan parfum ku disini lumayan jadi kenapa tidak aku buat kantor juga disini "

" Lalu bagaimana dengan perusahaan ini? "

" Tenang saja, aku tidak akan pernah memutuskan hubungan dengan Uchiha meski sekarang aku yang pegang semua kendali perusahaan Yamanaka "

Jujur, aku agak ragu dengan pernyataannya. Karna sejak dulu kami hanya berbisnis dengan kepala keluarga alias ayahnya. Dan sekarang harus menghadapi Ino yang ceroboh dan mudah percaya dengan orang lain.

" Aku hanya ingin memastikan itu, kau bisa keluar sekarang " ucapku mengakhiri.

" He? kau mengusirku Sasuke-kun? "

" Hn "

Dia kesal dengan sikap meski begitu dia tetap pergi meninggalkan ruanganku.

Saat jam makan siang..

" Sasuke-kun, kita makan siang bersama ya "

Entah darimana datangnya, dia sudah bergelayut dilenganku.

" Hentikan Ino, kau bisa menimbulkan gosip baru disini "

" Ah biarkan saja "

" Tsk "

Aku mengajaknya makan di restoran siap saji dekat kantor.

" Nee Sasuke-kun, sebenarnya aku penasaran sejak tadi "

" Nani? "

" Ada apa dengan lehermu? "

" Nandemonai "

" Ini bukan cacar kan? " ucapnya menyentuh leherku.

" Iie "

" Ah ini bekas kecupan " serunya.

Brrtt

Semua mata tertuju pada kami berkat suara Ino yang lumayan.

" Kaeru "

" Ah Sasuke-kun.. gomen " tahannya.

Aku yang sudah bersiap pergi kembali duduk disini.

" Ha-i "

" Apa itu? "

" Untuk menyamarkan bekas itu, aku juga memakainya untuk menyamarkan noda bekas jerawat "

Untuk sesaat aku menatapnya kesal.

" Kau pikir aku pria apa memakai alat kosmetik sepert itu " batinku.

" Sasuke-kun? "

" Aku tidak akan memakainya "

" Kau mau setiap hari jadi bahan candaan karyawanmu sendiri? "

Aku diam sesaat. Apa yang dia katakan memang ada benarnya juga.

Tiba-tiba dia memakaikan krim itu ke leherku lalu memberikan cermin padaku.

" Hora "

Benar. Noda itu tampak samar. Bahkan hampir tak terlihat lagi.

" Bawalah "

" Tapi.. "

" Tidak apa-apa, aku bisa membelinya lagi nanti "

" Arigatou "

Dan berkat krim itu hidupku tertolong. Aku jadi bisa berjalan penuh percaya diri lagi didepan semua karyawanku di kantor.

~Skip~

SasuHina - My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang