02

76 10 11
                                    


Tira bisa membaca mata Saril saat ia mengatakan itu, disana terdapat goresan yang masih terbuka lebar.
"Maafin gua Ril.. Maafin gua yang pada akhirnya bikin lu kaya gini " jawab Tira sambil memeluk dan mulai terisak.

"Ssttt... Bukan salah lu ra, memang hati gabisa dipaksa."

"Tapi kan semua kejadiannya gara-gara gua, coba kalau gua..." jawabnya terhenti karena Saril langsung memotong pembicaraan.

"Udah gak usah dibahas. Gak bosen apa bahas itu terus" jawab Saril dengan nada datarnya. Tetapi sahabatnya itu tak bodoh, dia mengetahui disorot mata Saril masih menyimpan kekecewaan kesakitan, dan ketakutan.

"Yaudah" jawab Tira sambil mengusap pipinya yang basah. "Sekarang mending kita omongin kencan lu selanjutnya" katanya dengan santai.

Sontak Saril membulatkan matanya, tak menyangka sahabatnya ini tak kapok menjodohkan dirinya dengan beraneka ragaman cowok yang ia kenal. Padahal pada akhirnya Saril tak akan menyangkutkan dirinya dengan namanya 'perasaan'. Memang sahabat yang satu ini berjiwa pantang menyerah ck!.

"Lu tau kan si Franss, itu lohh cowo yang hitz abiz. Lu kalo kencan sama dia pasti bakal beruntung kar..." ucapnya Tira terpotong lagi.

"Kalo dia hitz emang kenapa? Kalo dia hitz tapi ujung-ujung sama aja sikapnya ke semua cewek buat apa. Basi!!" Saril dengan nada bosan.

"Udah gua mau tidurr, lu udh ganggu hari terindah gua dengan adanya si Bram"

"Ih dengerin dulu sih!" Tira dengan nada cemberut

"Kalo mau nginep disini tidur cepetan, kalo kaga mending pulang"

"Ya tuhan punya temen kok beku nya gak ketulungan. Untung gua sayang coba kalo engga, gua masukin kompor panas luh biar meleleh!" Tira tau jika sudah membahas tentang cowok pasti dia langsung berubah 180 derajat, dari yang dinginnya masih normal sampai dinginnya gak ketolong.

Dia harus membujuk mati-matian agar Saril mau menurutinya seperti hari ini dia mengancam Saril jika dia tidak berkencan dengan Bram dia tak mau berbicara selama seminggu dengan dirinya. Tentu awalnya Saril mengabaikan ancaman rendahan tersebut tetapi dengan keseriusan ancaman Tira akhirnya Saril pun menyetujuinya.

*********

Minggu pagi ini dua gadis yang sengaja menghabiskan minggu pagi mereka dengan memperpanjang tidurnya sampai siang hari. Itu memang tradisi mereka berdua jika setiap minggu.

Menginap disalah satu rumah mereka dan tidur sampai siang, sore harinya hangout berdua. Menghabiskan uangnya dengan wisata kuliner. Bahagianya hidup ini jika sudah menyangkut makanan. Hahaaa..

Berbeda dengan remaja lainnya yang dihari libur mereka begadang pada malam harinya. Dan esok harinya berbelanja pakaian yang entah itu kekurangan stok bahan.

"Rill... Rill....banguunn...udh waktunya nih!!!" Teriak Tira dengan suara cemprengnya, dan mengoyahkan badan saril agar segera bangun.

"Iyaa.... Nih nihhh..udah melek nihh mata guaaa" sambil membelakkan mata dengan tangannya agar bisa sepenuhnya terbuka lebar sangking kesalnya dia dengan Tira.

Tira menyeringai puas. "Baguss..Gua tunggu bawahh. Gc luh!"

"Iya bawell!!!" jawab Sarik dengan kesal.

*******
Saril Prov

Sesampainya disalah satu mall yang sudah lama tak kita kunjungi sebelumnya. Sengaja kami memilih mall ini karena melihat berita tadi sebelum kami berangkat, ada sebuah caffe terbaru dan mempunyai menu unik. Lantas aku dan Tira langsung otw tempat tersebut.

Saat kami mengelilingi mall untuk mencari caffe tersebut. Dalam perjalanan aku mendengar adanya teriakan dari belakang yang memanggil nama kita berdua.

"Sarill, Tiraa!"

Lantas aku menoleh pada sumber suara tersebut. Betapa kagetnya aku saat mengetahui siapa yang memanggil. Seseorang yang selama ini sengaja aku acuhkan, seseorang yang selama ini meninggalkan bekas goresan yang sangat dalam disini. Langsung sajaku ubah keterkejutanku dengan memasang wajah sedatar mungkin.

Berbeda dengan Tira, aku bisa membaca rawut wajahnya yang terkesan tak enak hati dengan diriku. Aku pun langsung menjawab rawut wajah Tira dengan sebuah senyuman yang mengatakan "aku baik-baik aja".

Dia pun menghampiri kami dengan seulas senyum yang tak bisa ku lupakan. Tapi senyumnya sekarang tak lagi untuk diriku. Sudahlah, bukan urusanku sekarang. Batinku menyaut

Sekarang aku harus liat kedepan dan ku rasakan hidupku yang sekarang tanpa mengingat masa lalu.

Memang betul dia lah yang membuatku seperti ini, Untuk sekarang aku menutup hati karena masa laluku. Tapi bukan salah-menyalahkan yang ku ambil. Mungkin Tuhan memberi ku jalan untuk mendapatkan yang lebih baik dengan cara berbeda, dan untuk sementara waktu ku tutup hati ku ini.

Tapi untuk saat ini aku masih belum bisa untuk membuka hati, karena masih ada beribu macam ketakutan yang menyelimuti ku. Dan beribu macam kesakitan yang belum mengering.

"Hey. apa kabar Ril, Ra?" sapa Rega

"Hm." balas aku dengan sedingin mungkin.

"Baik kok, maaf ya Ga kita buru-buru nih. Bye" jawab Tira tersenyum sambil menarik tanganku menjauhi Rega yang hanya membalas ucupan Tira dengan senyuman.

Sesampainya di caffe, Tira langsung menanyakan kondisi ku. "Rill lu gapapa kan?" ucapnya terdengar hati-hati.

"Gapapa Ra, cuman gua harus biasain ngeliat dia dimana-dimana"

"Tapi tadi muka lu muram banget Ril"

"Gapapa Tari.... nanti juga terbiasa apalagi nanti sering liat dia sama kamu" ucapku bernada menggoda yang membuat rona merah dipipi Tira muncul.

Lantas aku tertawa dengan apa yang aku hasilkan.

"Ish becanda terus, udah ah pesen makannya gua laper banget nih" Jawabnya Tira dengan malu.

"Iyah cantik" goda ku lagi.

Sesampainya makanan kami pun mengobrol seperti biasa, dan ku bahas lagi masalah yang membuat Tira tersipu.

"Ra, mulai sekarang lu gausah malu sama gua kalau lu itu sama Rega saling cinta. Gua sekarang tuh udah ikhlasin dia sama lu. Gua kaya gini tuh bukan lagi karena Rega mencintai lu, tapi gua belum siap menghadapi rasa sakit lagi. Ketakutan gua menyelimuti diri gua untuk memulai lembaran baru. Kan kata orang-orang cinta tak jauh dari rasa Sakit, maka dari itu gua belum bisa ngebuka hati gua buat jatuh Cinta lagi ra. Jadi plis jangan salahin diri lu sendiri atas yang gua alamin" ujarku meyakinkannya

"Tapi kan Ril gua gak bisa nerima dia" jawab Tira sambil menundukan kepalanya.

"Ra jangan bohongin diri lu sendiri, nanti adanya lu sakit ,gua sakit Rega pun sama, lebih baik lu jujur sama diri lu sendiri gak usah ngurusin gua. Gua tau lu tuh saling sayang, saling cinta jadi jangan saling sakitin perasaan kalian. Jangan nambah orang yang merasakan disakiti. Gua juga tadi liat tatapan Rega ke lu, dia tuh tulus banget sama lu Ra. Beda jauh sama tatapan dia ke gua dulu"

"Ril kenapa sih lu baik bangett"

"Idih ini mah kode di traktir" jawabku sambil becanda.

"Orang serius koplak. Eh tapi boleh tuh hahaa"

"Tau dah gua mah" jawab ku dengan nada bosan.

"Tapi Ril lu harus janji sama gua kalau lu harus berusaha buat ngebuka hati lu, paham?" ucap Tira sambil tersenyum.

"Iyaaiyaa" jawab Saril.

*****************

Nah sekarang semua pasti bisa nebak kan kenapa Saril kaya es.

Jangan pada neting yah sama Tiraaa.
Itu masih belum terlalu jelas ko permasalahannya apa sama Rega

Siapa hayoo yang bisa ngebuka hati Sarilll..

Gua aja penasarannn wkwk

#jangan #lupa #vote #comen

Secret My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang