Keesokan harinya.
"Selamat jalan, Pangeran! Hati-hati di jalan! Sampai jumpa!" ucap warga Desa Ravel bersahut-sahutan. Di jalan desa, mereka melepas kepergian Pangeran Vrizy.
Mini tersenyum-senyum sendiri. Masih terngiang ucapan sang pangeran sebelum meninggalkan rumahnya tadi pagi. Bahkan, tanpa ragu pangeran membelai rambut panjangnya. Mini sangat gugup. Ia pikir, cara pangeran mengucapkan kata perpisahan itu terlalu berlebihan.
"Aku sangat kagum padamu, Mini! Sayang sekali, kita harus berpisah. Aku akan mengunjungi desa lain di wilayah kerajaanku. Minggu depan di Istana Stepa ada pesta penyambutanku setelah lulus akademi.
Mini, apa kamu bersedia mengirimkan karangan bunga ke istana? Bunga-bunga kamu lebih indah daripada yang dipesan istana di kebun lain. Aku ingin pestaku dihiasi dengan bungamu. Kirimkan bunga sebanyak mungkin ya, ke Istana Stepa di ibukota! Aku tunggu," kata Pangeran Vrizy sambil menatap hangat mata Mini.
Gadis kecil terpaku. Ia hanya bisa mengangguk pelan.
"Pasti, Pangeran! Kami akan mengirim bunga minggu depan," janji Tuan Nico.
"Terima kasih sudah mempercayakan pada keluarga kami," ucap Nyonya Dita.
"Wah, Kak Mini hebat! Asyik, kita akan ke istana!" pekik Isda kegirangan.
"Iya, datanglah ke Istana Stepa! Kalian jadi tamu istimewaku." Pangeran Vrizy tersenyum sambil membelai rambut emas Mini. "Sampai jumpa semua!"
"Sampai jumpa, Pangeran!" Keluarga Vian melambaikan tangan.
Sang putra mahkota telah meninggalkan rumah Mini, juga Desa Ravel. Namun, Mini tidak bisa menghilangkan bayangan pria gagah itu. Ia sangat terpikat pada pesona pangeran.
"Ah, tentu saja! Semua wanita di Kerajaan Stepa pasti mengagumi Pangeran Vrizy! Kenapa aku terus memikirkan dia? Lebih baik, aku tekun merangkai bunga," gumam Mini lalu memulai pekerjaannya.
***
Beberapa hari kemudian.
Rangkaian bunga penuh warna—yang diawetkan dengan ramuan khusus—telah dimasukkan ke dalam kereta kuda. Keluarga Vian siap berangkat ke Istana Stepa. Mereka dilepas oleh warga Desa Ravel dengan bangga. Hati yang paling gembira, tentu saja Mini Vian. Kerja kerasnya merawat kebun bunga selama ini akhirnya membuahkan hasil. Bunga-bunga akan menjadi penghias pesta Pangeran Vrizy.
Empat kereta kuda beserta kusirnya disewa oleh Tuan Nico. Dua untuk membawa puluhan karangan bunga. Satu untuk dinaiki keluarga Vian. Satu lagi untuk mengangkut barang-barang, seperti pakaian, makanan, dan peralatan lainnya. Perjalanan dua hari dua malam ditempuh oleh Tuan Nico, Nyonya Dita, Mini, dan Isda. Mereka berempat tidak sabar ingin segera tiba di ibukota.
***
Sampai di depan gerbang Istana Stepa yang megah, Tuan Nico turun dari kereta kuda untuk menemui penjaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mini Princess (Telah Terbit)
ФэнтезиDi Desa Ravel, hiduplah Mini Vian. Gadis kecil dengan rambut berwarna emas. Wajah cantik dan tubuh mungilnya setara anak usia lima tahun. Siapa sangka, sesungguhnya ia telah berusia dua puluh tahun. Ia sangat disayangi oleh keluarga, serta dua sahab...