"Alma, maafkan aku! Sungguh, aku nggak berharap semua ini terjadi!" Air mata Mini mengalir ke pipinya.
"Pergilah, Mini! Jangan hiraukan aku lagi!" Alma menahan tangis. Ia tidak mau memandang ke arah Mini sedikit pun.
"Kami pergi dulu. Semoga kamu bisa menerima keputusan ini. Maaf, Alma!" Arga angkat bicara untuk terakhir kali. Ia menggandeng tangan Mini. Mereka pergi meninggalkan Alma, tabib muda Istana Stepa.
Di halaman istana, Pangeran Vrizy siap melepas kepergian Mini dan Arga. Bahkan ia mengizinkan dua orang itu membawa kereta kuda milik pengawal kerajaan.
"Bawalah kereta kuda ini agar perjalanan kalian lebih lancar!"
"Terima kasih, Pangeran. Sungguh Pangeran Vrizy seorang putra mahkota yang bijaksana," puji Arga.
Ya, tampak kebaikan hati Pangeran Vrizy bagi rakyatnya. Tetapi tidak bagi Mini.
'Lalu, apa artinya kemesraan Pangeran denganku selama dua tahun ini? Apa gunanya perhatian Pangeran padaku selama aku bekerja di sini? Atau, seorang pangeran begitu mudah mempermainkan perempuan? Hanya bersenang-senang tanpa mau berjuang mendapatkanku? Ah, bodoh! Mungkin aku yang terlalu berharap! Siapa aku ini, sampai mengharapkan pangeran untuk kumiliki?' jerit batin Mini.
"Selamat jalan, Arga dan Mini!" ucap Pangeran Vrizy sebelum ia pergi memasuki bangunan istana.
Mini membisu dan menunduk pilu.
"Terima kasih banyak, Pangeran! Ayo, Mini! Kita berangkat sekarang!" Arga membantu gadis kecil menaiki kereta kuda. Para pengawal melambaikan tangan pada mereka.
Arga menjadi kusir. Mengendalikan laju kuda agar keluar dari halaman istana. Mini masih terus terdiam. Hingga kereta kuda yang mereka naiki melewati gerbang istana. Semakin jauh, mereka menempuh perjalanan menuju Desa Ravel—kampung halaman Mini.
***
"Mini, kenapa kamu diam saja? Apa kamu tidak bahagia?" Arga memeluk Mini. Mereka sedang berhenti di tepi hutan ketika malam menjelang.
"Arga, banyak sekali yang aku pikirkan."
"Jangan pikirkan apa pun lagi! Percayalah padaku, Mini!"
"Tapi, apa kamu sendiri yakin padaku?"
"Tentu saja! Aku sangat yakin sampai berniat melamar dan menikahimu, Mini. Karena aku cinta padamu."
Hati Mini terenyuh mendengar perkataan Arga. Ini adalah impiannya sejak lama. Namun, bukan begini caranya! Bukan dengan menyakiti Alma dan melupakan Pangeran Vrizy. Ini terlalu sulit diterima, terlalu pedih dirasakan. Ia mengira Arga hanya akan jadi sahabat selamanya. Bukan menjadi pasangan hidupnya.
"Bagaimana dengan anggapan orang-orang? Kamu akan menikahi manusia tidak normal sepertiku?"
"Ssttt ...! Mini, aku tulus mencintaimu. Ingat kan kata orang tuamu, kelak kamu bisa tumbuh dewasa jika ada lelaki yang menikahimu! Aku yang akan melakukannya."
Mini menatap mata Arga. Dunia seolah kelabu seperti mata itu. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan selain pasrah. Rela menerima takdir ini.
"Iya, Arga. Semoga itu benar!" harap Mini.
"Aamiin. Sudah, tenang ya. Sekarang tidurlah!" Arga mengecup kening Mini. Ia terpejam sembari memeluk gadis itu di dalam kereta kuda.
***
Pagi telah datang. Mini membangunkan Arga yang masih terpejam. Rambut emasnya yang basah menetes ke wajah lelaki itu. Mata abu-abu terbuka. Ia tersenyum menatap kecantikan gadis yang segar setelah mandi.
![](https://img.wattpad.com/cover/102091496-288-k658378.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mini Princess (Telah Terbit)
ФэнтезиDi Desa Ravel, hiduplah Mini Vian. Gadis kecil dengan rambut berwarna emas. Wajah cantik dan tubuh mungilnya setara anak usia lima tahun. Siapa sangka, sesungguhnya ia telah berusia dua puluh tahun. Ia sangat disayangi oleh keluarga, serta dua sahab...