Di Desa Ravel, hiduplah Mini Vian. Gadis kecil dengan rambut berwarna emas. Wajah cantik dan tubuh mungilnya setara anak usia lima tahun. Siapa sangka, sesungguhnya ia telah berusia dua puluh tahun. Ia sangat disayangi oleh keluarga, serta dua sahab...
"Alma ...! Kamu jadi tabib di sini?" pekik Mini sambil memeluk sahabatnya. Kebahagiaan gadis itu bertambah sejak ia bertemu si cerdas di istana. Setelah lulus akademi dan melalui serangkaian tes yang tidak mudah, Alma menjadi tabib Istana Stepa.
Tidak ada lagi pelayan yang berani menghina Mini. Bahkan mereka lebih menghormatinya. Dengan keberadaan dua sahabat, ia sudah aman sekarang. Meski hanya tukang kebun, ia memiliki sahabat pengawal dan tabib.
'Kenapa mereka hanya melihat seseorang dari jenis pekerjaannya? Toh, selama ini aku juga bekerja dengan baik!' keluh hati Mini.
Ternyata masalah hidup belum berakhir, justru baru dimulai. Sejak adanya Arga yang sangat akrab dengan Mini, sikap Pangeran Vrizy berubah. Ia lebih sering marah.
"Pengawal itu siapa, Mini? Bagaimana kamu bisa mengenalnya?" tanya Pangeran Vrizy di taman istana.
"Maaf, Pangeran. Dia bernama Arga. Saya mengenalnya sejak kecil di Sekolah Tingkat 1. Begitu juga dengan Alma, seorang tabib istana. Kami sudah lama bersahabat," jelas Mini.
Setiap kali melatih para pengawal, Pangeran Vrizy selalu mengawasi gerak-gerik Arga. Ia mencurigai lelaki bermata abu-abu itu. 'Jelas sekali terlihat, Arga menyayangi Mini!' batin sang pangeran geram.
***
'Mini, apa kamu merasa Pangeran Vrizy menyayangimu?' pikir Arga dalam lamunannya.
"Hei! Kamu ngelamun apa, Arga?" tegur Mini mengagetkan sahabat lelakinya.
Saat itu, Mini dan Arga sedang berdua di taman. Mereka melihat Pangeran Vrizy dari kejauhan sedang menjamu tamu kerajaan di teras istana.
"Oh, ng-nggak! Ehm, Mini ... aku mau bicara tentang isi suratku waktu itu!"
"Iya, kenapa Arga?"
"Saat kita sedang berdua seperti inilah ... aku melihatmu dalam wujud dewasa, Mini!"
"Arga ... kamu nggak bercanda kan?"
"Aku serius, Mini! Sejak Sekolah Tingkat 3 hal ini kualami. Sekarang, waktunya sudah tepat! Aku harus bilang bahwa ... aku sayang kamu!" ucap Arga tanpa ragu. Ia bertekad bicara. Ia tidak ingin Pangeran Vrizy atau siapa pun merebut Mini darinya.
Mini tersentak. Hanya satu yang teringat, yaitu Alma.
Belum sempat Mini menjawab sepatah kata, para pengawal memanggil Arga. Mereka bertugas mendampingi Pangeran Vrizy mengantar pulang tamunya. Setelah Arga pergi, tinggal Mini duduk sendiri. Tanpa ia sadari, sejak tadi Alma sang tabib istana mendengarkan dari balik sebatang pohon. Air mengalir dari sepasang matanya yang kehijauan.
Tadi, Alma berniat menghampiri dua sahabatnya. Ia ingin ikut berbincang dengan Mini dan Arga. Namun, ia urungkan niatnya. Ia mendengar percakapan dua orang itu. Betapa hancur hati Alma. Sudah begitu lama, ia menyayangi Arga sepenuh hati. Tetapi, lelaki itu malah menyayangi perempuan lain. Tidak lain sahabatnya sendiri, Mini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.