Bab 6 ~ Istana Stepa

818 77 7
                                    

Keesokan harinya setelah acara pesta usai, Pangeran Vrizy menemui keluarga Vian. Mereka bersiap kembali ke Desa Ravel. Namun, satu permintaan—lebih tepatnya perintah—mengejutkan Mini.

"Tetaplah di Istana Stepa, Mini Vian! Aku ingin kamu mengurus taman bunga istana!" ucap Pangeran Vrizy didampingi Kepala Pelayan Kerajaan.

Keluarga Vian berunding sejenak.

"Bagaimana, Mini? Apa kamu bersedia? Ini kesempatan bagus!" tanya Tuan Nico.

"Tapi, Ayah ... bagaimana dengan kebun bungaku di Desa Ravel?" Mini ragu.

"Tenang saja! Di desa kita banyak warga yang bisa merawatnya. Tapi, kamu pantas bekerja di istana ini, Mini! Kamu dipercaya oleh keluarga kerajaan!" saran Nyonya Dita.

"Tapi ... aku tidak mau jauh dari kalian. Ayah, Ibu, Dik Isda." Mini sedih harus berpisah dengan keluarganya.

"Ingat, Mini ... kamu sudah dewasa! Kamu harus berani merantau sendiri. Apalagi di istana, apa yang kamu khawatirkan? Di sini sangat aman dan nyaman," kata ayah Mini merangkul pundak putrinya.

"Tidak semua orang berkesempatan kerja di istana, bahkan lulusan akademi belum tentu bisa! Kak Mini beruntung, diminta secara langsung oleh putra mahkota. Kamu akan mendapat pekerjaan yang terhormat dan disegani banyak orang, Kak!" Isda memberi semangat saudaranya.

Setelah berpikir dalam waktu singkat, Mini pun menjawab, "Baiklah! Saya bersedia kerja di istana." Ayah, ibu, dan adiknya memeluk erat Mini sebelum berpisah.

Pangeran Vrizy tersenyum senang. Ia mengantarkan keluarga Vian bersama empat kereta kudanya keluar dari gerbang istana. Mereka pulang ke desa. Tinggal Mini sendiri di halaman istana. Ia hampiri gadis kecil itu.

"Kepala Pelayan, beritahukan tugas Mini di istana ini!" perintah sang pangeran.

Mini mengikuti Pangeran Vrizy dan Kepala Pelayan menuju taman istana. Gadis kecil itu bertugas menanam, memelihara, dan merawat bunga-bunga di sana. Pelayan yang biasa melakukan tugas itu kurang memuaskan hati pangeran.

"Aku harap kamu membuat taman istana lebih indah, Mini!" ucap pangeran bermata hazel.

"Baik, Pangeran Vrizy!" Mini mengangguk.

"Aku akan pergi latihan pedang. Selamat bekerja, Mini!" Pangeran Vrizy berlalu dari hadapan gadis bermata biru.

***

Setiap hari Mini bekerja dengan giat. Hingga suatu sore, Raja Diandro dan Ratu Sezy bersantai di taman istana. Pangeran Vrizy tidak segan memperkenalkan Mini pada kedua orang tuanya.

"Taman istana semakin indah, apakah kerja pelayan semakin bagus?" tanya Ratu Sezy. Wanita cantik itu memang peka pada keadaan istana.

"Ratu Sezy benar. Taman istana kini lebih indah daripada dulu." Ayah sang pangeran menanggapi.

"Ayah, Ibu ... sebenarnya, ada pelayan baru di istana kita. Dia kuberi tugas khusus merawat taman karena dia pandai memelihara bunga-bunga. Dia seorang gadis berasal dari Desa Ravel. Sebulan yang lalu, aku mengunjungi upacara adat panen raya di sana." Sang putra mahkota bercerita.

"Oh, ya ... Ibu pernah mendengarnya. Siapa gadis itu?"

"Kenalkan pada Ayah juga ya! Sepertinya, dia istimewa."

Pangeran Vrizy pun menyuruh Kepala Pelayan agar memanggil Mini. Beberapa saat kemudian, gadis kecil hadir di hadapan raja dan ratu pemimpin negerinya. Ia membungkuk hormat pada Raja Diandro dan Ratu Sezy.

"Perkenalkan, dia bernama Mini Vian." Pangeran Vrizy merangkul pundak gadis yang ia kagumi.

"Senang berkenalan denganmu, Mini." Raja Diandro tersenyum ramah, bersikap mirip dengan putranya.

The Mini Princess (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang