11. Masuk perangkap

25.3K 1.3K 292
                                    

Andromeda menoleh ke jok belakang mobil yang ia kendarai, tempat di mana sepupu kecilnya terlelap seakan tidak menyadari guncangan mobil saat melintasi jalan menuju ke rumah Tina danindra, Ibu tirinya. “Aku tak percaya,” Andromeda menggeleng-gelengkan kepalanya sambil sekilas melirik Delisio. “Diantara semua kegilaan Kakak, baru kali ini dia melakukan hal yang paling gila.”

            “Setuju!” Delisio hanya mengangguk tanpa semangat.

            “Menikahi Nikita! Apa itu tidak terdengar sangat ‘sakit jiwa’?”

            Sekali lagi Delis mengangguk, “Sangat!”

            “Apa Mama harus tau ini Kak?”

            Delis mengangkat bahu tak acuh, “dan apa yang bisa di lakukan Mama pada setan bernama Felisio?”

            Andromeda menghembuskan nafas dengan lelah, “kau benar.” Mereka terdiam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing, kali berikutnya Delisio yang melongokkan kepala ke kursi belakang.

            “Dia mau membuat gadis kecil ini jadi kakak ipar kita, ya ampun!!” Delis mendengus dan berbalik lalu membenturkan kepalanya ke sandaran kepala kursi yang ia duduki.

            “Sebenarnya aku tidak keberatan,” gumam Andro pelan, dan kontan membuat Delis menatapnya dengan tatapan aneh. “Sungguh!” desah Andromeda, “Selama Kakak Felis bahagia, siapapun yang jadi istrinya tidak masalah bagiku, tapi ... ini Nikita! Anak sekecil ini bisa apa dengan segala tingkah kakak yang ... fiuuuuhhhh” sekali lagi Andro menghembuskan nafasnya dengan lesu. Keduanya kembali tenggelam dengan pikiran masing-masing. Hingga kemudian Delisio menoleh ke arah adik tirinya.

            “Kau serius rela melihat Nikita dan Felis?”

            “Ya!” Andro mengangguk tanpa ragu. “Asal kakak mau bersumpah menjaga Nikita seperti menjaga nyawanya sendiri.”

            “Kurasa Felisio bisa melakukannya, Nikita mirip bundamu, dan kita semua tahu kalau Felisio terobsesi dengan Bunda.”

            “Akupun berpikir demikian, hanya saja,”

            “Apa?”
            “Kita harus memastikan Kakak benar-benar mencintai Nikita sebelum ia memutuskan untuk menikahinya suatu hari nanti.”

            “Suatu hari yang entah kapan,” kata-kata Delisio terdengar menerawang.

            “Suatu hari yang entah kapan,” ulang Andromeda setuju. Keduanya lalu menghela nafas bersama-sama, kemudian saling melirik satu sama lain, kemudian sama-sama tersenyum licik, penuh dengan rencana.

            “Kita butuh Andreeas ada di tim kita.” Delisio mengulurkan tangan pada adiknya yang segera disambut dengan tepukan kasar oleh Andromeda.

            “Juga Nenek Kar.”

            “Ya!” Delisio setuju, “untuk berjaga-jaga, jika rencana kita gagal setidaknya kita punya seseorang untuk membuat Felis gegar otak dan hilang ingatan.” Dan keduanya tertawa bersama.

...............

Nikita menendang kerikil kecil yang menghalangi langkah, biasanya jam pulang sekolah selalu membuatnya semangat. Tapi sudah empat hari ini semangat itu seolah terampas darinya. Suara panggilan ponsel membuatnya menghentikan langkah, sambil menepi untuk duduk di salah satu bangku taman sekolah ia mengeluarkan smartphone android pemberian Andromeda dari dalam tas.

My Lovely LoliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang