Dia, Bumiku - Bagian Kesatu

237 14 5
                                    

Jarinya mulai turun mengikuti alur nama – nama itu, matanya mulai mencari – cari dengan teliti, hingga lembar kedua.

"Duabelas enam.... duabelas tujuh.... duabelas..... Nah ketemu! Duabelas delapan!" Matanya mulai berbinar. "Waw! Gua baru sadar, ternyata murid disini banyak juga ya." Jarinya mulai meneliti lagi nama – nama yang ada di kelas itu. Kelas yang nanti akan ditempatinya selama setahun. Kemudian jarinya pun berhenti pada satu nama. "Ahmad Ervin Atmaja? Ervin? Si Ervin? Wah!" Gumamnya, dengan mata berbinar, berharap dia akan menemukan satu nama lagi yang dikenalnya, lalu jarinya meneliti kembali, seakan terhipnotis. Matanya terfokus. "Bumi? Bumi nolana?! Huh. Sisa kehidupan gua di sekolah ini bakalan gak tenang kayaknya." Tangannya terkulai lemas, matanya kembali sayu seakan hidupnya akan segera berakhir. Dan tiba – tiba seseorang memanggilnya dengan suara yang dapat megalahkan lumba – lumba karena oktafnya yang terlalu tinggi.

"Kejoraaaa!! Wahhhh gila udah lama gak ketemu, gua kangen banget sama lo tau!" Cewek itu, yang di panggil Kejora, langsung mengalihkan pandangannya dari nama – nama itu. Seketika dia berlari, menghampiri orang yang memanggilnya.

"Ahhh Rose! Gila lu lebay banget ternyata." Sambil melipat tangannya di depan dada, Kejora pun tersenyum sinis.

"Rose Rose, nama gua Mawar tau buka Rose!" Mawar, sang pemilik suara tadi langsung cemberut ketika Kejora memanggilnya Rose. Senyum mengembang langsung berubah di wajah Kejora.

"Yah elegan dikit lah, kalo nanti pacar lu bule terus manggilnya Mawar kan ribet. Mendingan Rose. Bagus!" Sambil mengacungkan jempolnya, Kejora meringis. Mawar sahabatnya sejak SMP ini, memang mendambakan punya pacar bule. Katanya mau memperbaiki keturunan. Padahal kalo diperhatikan wajahnya, Mawar ini mirip orang Turki. Cuman hidungnya doang yang beda, kalo orang Turki ramping besar mancung, kalo Mawar ramping kecil gak mancung.

"Halah, lu bilang nyokap gua dulu sana suruh ganti nama gua di akte!" Melihat mulut Mawar yang semakin maju kaya mulut bebek, Kejora pun langsung tertawa. "Ye ngaco lo pea!".

"Eh eh, gimana kelas lo? Seru – seru gak anak – anaknya?" tanya Mawar penasaran.

"Yah gimana ya? Yang gua tau cuman si Ervin doang. Semoga aja deh seru." Sekolah ini, setiap kenaikan kelas murid – muridnya selalu di acak. Kalo kata Pak Bambang – guru BK yang suka nongkrong di ruang akademik – biar makin akrab.

"Siapa? Ervin? Ahmad Ervin Atmaja? Ervin temen kita waktu SMP?"

"Iyalah, Emang di sekolah ini adalagi yang namanya Ervin?"

"Wah seru dong?! Yah, padahal gua berharap bisa sekelas sama kalian."

"Takdir tidak mengizinkan kita bersama honey, maafin gua yang dengan terpaksa harus menikung calon pacar lo dulu." Telak. Kata – kata barusan membuat Mawar menjadi merah. "A... apasih?! Jangan ngaco deh!" Bantah Mawar.

"Rose, gua tau elu tuh walaupun ngarep pacar bule tapi masih doyan sama yang oriental. Tenang, Ervin orang baik kok. Gua mendukung elu 100 %! Nanti gua bantuin deh biar jadi sama si Ervin."

"Halah. Daripada lo bantuin gua mending lo urus aja pacar lo si Bumi!"

"Hih. Jangan ngomongin dia deh, gua merinding. Hidup gua gak ada tenang – tenangnya kalo ada dia." Sambil memegang tengkuknya seakan bakalan ketemu sama setan. "Gua tuh mengharapkan akhir – akhir gua di sekolah tercinta ini aman, tentram, dan damai. Tapi seketika rusak sama si setan itu." Cela Kejora.

"Udah yuk ke kantin, gua laper parah nih belom sarapan." Sambil mengaitkan tangannya ke lengan Kejora, mereka pun langsung pergi ke kantin.

*****

Dia, Bumiku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang