Dia Bumiku - Bagian Kedelapan

59 2 0
                                    


  Pelajaran 2 x 45 menit ini sangat menguras otak dan fikirannya, beberapa kali di tekan kedua pelipisnya dengan ujung pulpen berwarna peach yang dia gunakan. Sesekali digelengkan kepalanya untuk mengusir lelah dan kantuk yang mulai menggrogotinya.

  Kejora pun menyerah. Dia tidak tahan. Rasanya ingin ke kamar mandi dan membasuh wajahnya dengan air yang dingin. Akhirnya dia meletakan pulpen peach itu dan mendorong meja tempat dia mencatat. Delia yang melihat pergerakan Kejora segera melihat ke arah gadis itu.

  "Ra, mau kemana?" Tanya Delia pelan.

  Kejora pun menoleh. "Gua pusing Del, ngantuk juga. Gua mau ke kamar mandi." Dengan suara sedikit berbisik Kejora menjawab pertanyaan Delia, karena hari ini pelajaran Bahasa Indonesia sedang berlangsung.

  Delia sempat sedikit terkejut mendapati tatapan sayu yang dipancarkan kedua bola mata berwarna cokelat tua itu. Sedikit kelelahan yang bisa terbaca oleh Delia, Delia pun menyentuh dahi Kejora.

  "Ra, lo sakit? Badan lo anget gini, ke UKS aja yuk?" Pinta Delia

  Kejora pun menggeleng lemah, "Engga Del, gua cuman ngantuk sedikit kok. Makanya ini mau ke kamar mandi."

  "Mau gua temenin?" Tawar Delia dengan nada lembut.

  Kejora pun tersenyum, dia menggeleng lagi "Gak usah Del, gua bisa sendiri kok."

  Di tempat duduknya, Kejora lalu menganggkat tangan kanan, "Bu permisi, saya mau izin ke toilet Bu."

  Bu Titin, yang sedang duduk sambil memeriksa tugas yang pada awal pertemuan sudah diminta untuk di kumpulkan, kemudian melemparkan fokusnya ke arah sumber suara. Dilihat wajah anak didiknya itu. Terlihat sebelit tatapan sayu dan wajah yang bisa dikategorikan pucat.

  "Kamu mau ke kamar mandi, atau ke UKS aja?" Respon Bu Titin ini sontak mengalihakan fokus sebagian siswa yang sedang mencatat, ke arah Kejora.

  Menjadi pusat perhatian dengan keadaan hening seperti ini, jelas membuat Kejora tidak nyaman.

  Bu Titin mengerutkan dahi, "Kamu pucat nak, sepertinya kamu sakit." Lanjutnya. Bu Titin memang sudah tidak bisa diketegorikan sebagai guru muda lagi, tapi jangan salah, sewaktu remaja dia sudah menerapkan prinsip makan 4 sehat 5 sempurna hingga sekarang. Jadi ketajaman matanya pun patut diacungi jempol untuk guru - guru yang sudah berumur setengah abad ini. Dia tidak memerlukan alat bantu pengelihatan seperti kacamata dan sebagainya.

  "Iya Bu, tadi saya udah ngajak ke UKS tapi Kejora gak mau. Katanya dia cuman ngantuk doang Bu." Suara Delia kontan membuat Kejora memutarkan kepalanya 90 derajat.

  Delia yang melihat itu langsung melanjutkan kalimatnya, "Padahal enggak Bu, badannya panas. Ya walapun gak sepanas panci yang baru dipake buat bikin sayur si Bu."

  Mata Kejora melebar, "Garing banget sih lo Del." Bisiknya. Delia hanya menyengir.

  "Benar kan Ra kamu sakit, jangan coba mengelak atau penyakit kamu akan tambah parah. Sana kamu ke UKS aja." Perintah Bu Titin.

  Kejora pun menarik nafas dan menghembuskan nya perlahan, "Iya Bu."

  Saat Kejora mulai menarik mundur kursi yang ia duduki, tiba – tiba sebuah suara menghentikan geraknya, dan menghentikan segala aktifitas yang ada di ruang kelas itu.

  Dengan tangan yang masih di angkat, Bumi yang duduk di sebalah Reno mengunci perhatiannya ke arah Bu Titin. "Bu, saya juga mau izin."

  Bu Titin pun mengerutkan dahi, dan menatap Bumi dengan tatapan heran. "Ke Kamar Mandi?" Tebak Bu Tin.

Dia, Bumiku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang