Dia, Bumiku - Bagian Ketujuh

76 2 1
                                    

  Mungkin ini rasanya jatuh cinta. Setiap hari bagaikan berbunga, dan terkadang bagaikan petaka. Jangankan berada didekatnya, hanya melihatnya saja sudah membuat hati bahagia. Jika mengingat – ingat tentang kenangan yang dilakukan bersama, suka bikin wajah jadi berseri – seri. Pipi merona, dan mata yang penuh binar. Kata orang, tidak ada yang lebih cantik dari seorang wanita yang sedang jatuh cinta.

  Malam ini, terasa cukup panjang bagi Kejora. Cewek itu – lagi-lagi – meringkuk dibawah selimut. Fikirannya melayang. Kadang berkhayal, kadang hanya mengenang masa lalu. Hingga akhirnya dia lelah dan jatuh tertidur. Dibenaknya, ia berharap, jika ia bangun nanti dirinya terkena amnesia. Namun, hati kecilnya berkata lain, perasaan yang sungguh – sungguh diinginkannya. Dia ingin Bumi. Ingin mengulang segala kenangan, canda, tawa, entah itu perkelahian atau hanya sekedar perdebatan yang bahkan tidak layak untuk di debatkan. Perasaan yang sesungguhnya, dengan tulus, setidaknya hati kecilnya berteriak, memohon kepada Tuhan untuk mengulang segala apa yang telah terjadi.

  Seulas senyum terlukis di bibir mungilnya, namun. Apa kau tahu? Air matanya mengalir mengiringi senyum kecil itu.

*****

  Kringggg!!!

  Bel istirahat sudah berbunyi. Seperti biasa, seluruh siswa – siswi SMA Sriwijaya ini langsung berhamburan keluar kelas. Meninggalkan segala urusannya, dan mendinginkan kepala mereka akibat terkena serangan pembelajaran yang tiada hentinya. Sekarang, tempat tujuan mereka hanya satu. Yaitu, kantin sekolah.

  "Dibungkus atau makan sini neng?" Kata Bu Titin, pemilik warung makan yang ada dikantin. Makanannya selalu laris manis, hingga jika ingin makan disini, harus melewati antrian yang sangat panjang.

  "Bungkus aja Bu. Biasa ya Bu. Nasinya setengah." Jawab Kejora.

  "Segini cukup neng?" Bu Titin memperlihatkan porsi nasi yang di pesan Kejora.

  Kejora pun mengangguk, "Cukup Bu."

  "Lauknya make apa neng?" Lanjut Bu Titin.

  Mata Kejora sedang sibuk memilih lauk yang akan dia makan siang ini, "Hmm.. pake udang sama tempe orek ya bu. Terus sama jamurnya tapi di pisah."

  Tiba – tiba Delia menyundulkan kepalanya disamping Kejora, "Ra, Elu makan disini apa di kelas?"

  "Di kelas Del, anak – anak pada mau makan di kelas katanya." Kejora lalu merogoh saku bajunya, dan mengambil satu lembar duapuluh ribu, "Jadi berapa Bu?"

  "Jadi sepuluh ribu neng. " Kejora pun memberikan uang tersebut ke Bu Titin.

  Bu Titin pun memberi satu lembar sepuluh ribu kepada Kejora, "Ini neng kembaliannya."

  Kejora pun tersenyum kecil, "Oh iya, makasih ya Bu."

  "Iya neng, sama sama."

  Kejora keluar dari barisan antrian Bu Titin, "Gua mau beli minum, lu mau nitip sesuatu gak Del?" Tanya Kejora.

  "Air mineral deh satu."

  "Oke. Duitnya?" Kejora membalikan telapak tangannya.

  Delia hanya menyengir, "Gua gak ada receh Ra, talangin dulu ya ya ya?"  

  "Talangin sama elu tuh sama dengan ngebayarin elu tau!" Kejora pun memasang tampang cemberut.

  "Yailah Ra, air mineral doang. Ya ya ya?" Delia mengedipkan kedua matanya berulang kali.

  Kejora pun tersenyum, "Iya."

  Kejora meninggalkan Delia dan menuju warung Bu Lili untuk membeli minum.

Dia, Bumiku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang