Dia, Bumiku - Bagian Ketiga

105 5 2
                                    

  Jam sudah menunjukkan pukul setengah enam tapi Kejora masih meringkuk di dalam selimut Winnie The Pooh miliknya. Setelah bangun kurang lebih satu jam yang lalu, otaknya masih berfikir keras. Seperti kaset kusut yang coba di putar ulang, cewek itu masih mengingat – ingat kejadian kemarin. Dia masih menebak – nebak, sebenarnya apa yang terjadi dengan Bumi? Gak biasanya di ngelakuin hal yang mungkin, menurut Kejora terlalu berani kayak gitu. Matanya mulai terpejam lagi karena kelelahan berfikir, namun tidak jadi karena suara sang mama yang terlanjur menyadarkannya duluan.

  "Kejora, jam berapa ini nak? Kamu mau berangkat jam berapa kalo bangun jam segini?" Saut mamanya dari ruang makan.

  "Iya mahhh, ini udah bangun lagi beresin kamarrr." Kejora bangun, dan duduk bersila di atas kasur. Mukanya kusut dengan iler yang masih menempel di sudut bibirnya. Dia menggaruk – garuk kepala, lalu melihat keluar jendela. "Masih gelap." Gumamnya. Dia mengambil jam beker kuning miliknya yang ada di meja belajar.

  Jam setengah enam!

  "Mampus gua telat!"

  Dengan sigap dia menyingkirkan selimutnya dan langsung turun menghampiri mamanya di dapur.

  "Mah, kok mama gak bangunin Rara sih? Rara telat tau." Ucap Kejora kesal karena merasa mamanya tidak membangunkannya.

  "Mama udah bangunin kamu dari jam lima, tapi kamunya gak nyaut nyaut. Mama sampe capek, suara mama sampe abis nih gara – gara kamu Ra."

  "Jam lima mah? Kok Rara gak denger sih?" Kejora heran, dia sadar dia sudah bangun dari jam setengah lima. Tapi tidak mendengar suara mama yang membangunkannya.

  "Kamu ngelamun kali Ra? Makanya mama sautin kamu gak jawab." Tebak mamanya. Seketika, seperti ada sirine di kepalanya, Kejora teringat. Dia memikirkan kejadian kemarin hingga dia lupa waktu!

  "Anjir! Gua mikirin apaansih?!" Kejora membatin. Cewek itu langsung melesat masuk ke kamar mandi.

  "Jangan lari – lari Ra, licin. Nanti kamu kepeleset."

  "Iya mah!"

  Ini adalah mandi tercepat yang dia lakukan. Hanya memakan waktu 10 menit! Lalu dia kembali ke kamarnya dan memakai seragam putih abu – abu miliknya. Rambutnya di biarkan tergerai dengan bandana kuning miliknya. Tidak lupa dia memakai lipgloss di bibirnya agar tidak terlihat pucat. Setelah merasa siap, dia langsung turun ke meja makan dan mencomot satu buah roti serta segelas susu cokelat untuk sarapan.

  "Udah ya Mah, Pah, Rara berangkat. Assalamualaikum."

  "Waalaikumsalam."

  Setelah mencium tangan dan pipi orang tuanya, cewek itu langsung melejit keluar.

*****

  Lima menit sebelum bel membuat jantung Delia berdegup kencang. Teman sebangkunya ini belum juga datang. Dia terus – terusan memandangi jam tangan merah jambu yang melingkar di pergelangan tangannya. Berulang kali pula cewek itu mengecek hp miliknya, tapi sayang, tidak ada satupun pesan masuk dari Kejora. Dia sangat khawatir. Bukannya apa, hari ini memang tidak ada upacara, karena jelas hari ini bukan hari senin. Tidak ada pr juga yang harus diselesaikan di sekolah. Tapi hari ini, adalah hari pengadilan bagi siapa saja mereka yang telat. Karena, hari ini pelajaran Pak Muda ada di pelajaran pertama!

  Pak Muda itu ajaib. Dia bisa menyihir semua murid seperti berada disuasana film horror. Kelam dan mencekam. Beliau juga bisa membuat murid – muridnya berkeringat dingin dan pucat pasi seperti mayat hidup! Apalagi dengan sensasi kumis tebal miliknya yang selalu dia mainkan ketika sedang mengadili para tersangka yang terlambat atau sengaja menerlambatkan diri dipelajarannya. Pak Muda ini, walaupun usianya sudah hampir memasuki kepala lima, tapi jiwa muda seperti namanya, selalu membara! Bisa dilihat dari perutnya yang makmur. Murid - murid di sekolah ini suka prihatin jika melihat Pak Muda mengenakan kemeja dinas. Kancing – kancing di daerah perutnya seakan meminta pertolongan untuk di lepas.

Dia, Bumiku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang