Koridor utama mulai ramai. Jelas, pelajaran pertama sudah hampir berakhir, dan sekarang akan memasuki pelajaran kedua. Semua murid sedang sibuk berlalu lalang. Ada yang pergi ke kantin, ada yang pergi ke toilet, ada juga yang berlari – lari seperti siswa taman kanak – kanak di akhir pembelajaran ini. Siapa lagi kalo bukan Reno dan Naya? Naya yang dipaksa Reno untuk turun ke UKS yang ada di lantai satu, melebarkan kakinya yang tidak sepanjang Reno. Dia berusaha menyamai langkah Reno. Dia akui, Reno ini tinggi, dan kakinya juga panjang. Wajahnya gak jelek, tapi gak ganteng juga. Pas, kalo menurut Naya. Darah sunda mengalir dalam tubuhnya. Cowok ini dari Bandung, tapi sayang. Waktu ada pembagian kegantengan di Bandung, dia ada di tengah – tengah. Jadi dapetnya ya seadanya. Kayak gini.
Akhirnya, setelah susah payah Naya menyamai langkah Reno. Mereka sudah sampai di depan pintu UKS.
Di depan UKS sudah berdiri para wajah yang sangat amat di kenal Naya. Ya, setengah dari anak kelas yang semuanya berjenis kelamin laki laki, sudah berdiri disana. Dan terlihat juga Pak Muda, yang menemani mereka.
"Selamat pagi Pak." Sapa Naya sambil menundukan kepalanya sedikit. Terlihat keringat yang mengucur dari pelipis Naya, yang menandakan dia sangat amat kelelahan.
"Pagi juga. Sudah – sudah kamu istirahat dulu. Kelihatannya kamu lelah sekali." Pak Muda pun mempersilahkan Naya duduk di bangku yang ada di samping UKS.
Ketika dia ingin duduk, Cewek itu melihat seseorang yang telah mendahuluinya menempati bangku itu. Naya pun penasaran. Di perhatikannya wajah itu dengan teliti.
Dia terkejut. Mendapati Bumi, tergeletak tak sadarkan diri.
"Ya ampun, Bumi!" Naya pun mendekat ke Bumi. Tangannya memegang pergelangan tangan bumi, dan menekannya sedikit untuk mencari denyut nadinya.
"Normal. Huh.." Dengan nafas lega, dia terduduk di lantai. "Gua kira dia mati.."
"Heh sembarangan lu kalo ngomong Nay!" Dodi, yang ada di samping Bumi langsung menghampiri Naya.
"Bukan gitu Dod, gua ngeliat dia pucet gitu. Ya gimana gak kaget?" Jelas Naya, sambil berdiri dan membersihkan rok abu - abunya yang sedikit kotor.
Reno menghampiri Naya, "Engga kok, dia baik – baik aja. Cuman pingsan doang."
"Oh. Terus kenapa dia di taro disini? Kenapa gak dibawa masuk aja?" Tanya Naya penasaran.
"Jadi gini Nay, waktu kita mau bawa masuk Bumi ke dalem. Eh pintunya ke kunci." Kata Faris, yang berada di depan pintu UKS. Sambil menarik gagang pintu yang tidak bisa ia buka.
Naya mengerutkan kening, "Terus?"
"Kok terus si Nay? Kan elu ketua PMRnya. Pasti kuncinya ada di elu kan?" Lanjut Faris.
"Ohhh, jadi kalian kesini narik – narik gua cuman pengen minta kunci doang?" Naya pun memaksakan senyumnya. Dia sebal. Cewek itu mengira ada hal yang sangat penting sampai Reno menariknya dari lantai 3 sampai ke UKS yang ada di lantai 1. Tapi ternyata, yang mereka butuhkan hanya kunci PMR yang dia pegang.
Saat dia melangkah ke arah pintu, telinganya menangkap suatu yang aneh.
Seperti dengkuran.
Dia pun berhenti. Lalu menengok ke arah Dodi, dan mengerutkan keningnya.
Dodi yang melihat keraguan Naya mendadak pucat.
"Ke.. kenapa Nay?" Tanyanya gagap.
Naya, menangkap kegelisahan Dodi, lalu dia melipat tangannya dan seperti berfikir, "kuping gua yang salah denger atau emang ada su...... aw!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia, Bumiku.
Teen FictionBumi, itu Namanya. Cowok keturunan Padang dengan kulit putih dan mata cokelat itu kerap kali mengganggu dia, Kejora. Cewek manis asal kota batik ini memiliki paras yang apik, dengan kulit kecokelatan, dan rambut yang tidak dapat bergelombang. Matany...