Dia, Bumiku - Bagian Kesembilan

47 2 1
                                    


  Gelap... loh, gue dimana? Gak mungkin alam barzah kan? Ya allah... hamba masih muda Ya Allah masih banyak dosa.... Eh tapi, kok kayaknya disebelah gue ada orang yah? Apa doi juga lagi ngantri Ya Allah? Eh.. kok ken.... loh?

  "Kejora, kamu sudah sadar nak? Apa yang kamu rasakan sekarang?" Bu Eca mendekat dan menyentuh dahi Kejora dengan punggung lengannya.

  Kejora yang belum sadar sepenuhnya masih berusaha untuk mengembalikan konsentrasi ke mode full. Dia tidak habis fikir ada orang itu disini. Matanya tidak berkedip memandangi laki – laki yang sedang bersandar di depan pintu, menyilangkan kedua lengannya di depan dada, dan memandang Kejora dengan tampang lega sekaligus nelangsa.

  Kejora mengerjapkan matanya berkali kali, setelah sadar bahwa laki – laki itu ternyata manusia nyata, bukan malaikat yang jatuh dari surga, dia pun mengangguk untuk menjawab pertanyaan Bu Eca.

  "Syukurlah kalau begitu, kamu bisa pulang sekarang." Bu Eca pun menurunkan tangannya.

  Dengan tampang bingung, Kejora mengalihkan pandangannya ke arah Bu Eca.

  "Pulang Bu? Bukannya saya masih ada pelajaran setelah ini?"

  "Kamu tidur hampir 6 jam sayang, sepertinya kamu kelelahan. Ibu tidak tega membangunkan kamu karena kamu begitu pulas. Pelajaran sudah selesai dari 30 menit yang lalu, dan sekolah pun sudah sepi. Tadinya Senja berniat memanggil taksi untuk mengantar kamu pulang, eh tapi kebetulan kamu udah sadar." Bu Eca menjelaskannya dengan senyuman yang sangat ramah dan menenangkan. Bu Eca ini umurnya sekitar 35 tahun, tidak terlalu tinggi, memakai kacamata, dan badannya sedikit berisi. Senyumnya manis, cara bicaranya sopan, gak heran kalo anak anak betah ada di UKS.

  Kejora menganggkat lengannya dan melihat jam tangan kuning yang melingkar di pergelangan tangannya yang ramping, "Pantesan.. udah jam setengah 5 ternyata."

  "Yuk pulang." Laki – laki yang sendari tadi berdiam diri seperti patung, sekarang mulai berbicara.

  "Pulang kemana?" Tanya Kejora.

  "Kerumah lah." Jawabnya ketus.

  "Rumah siapa?"

  "Rumah gue. Yuk. Mama udah nunggu." Jawabnya disertai senyuman yang bisa membuat siapapun yang melihatnya percaya bahwa dia adalah reinkarnasi dari seorang malaikat!

  "Ogah. Gak pernah gua punya sodara kayak elo."

  "Loh? Kata siapa kita ini sodara?" Tanya laki – laki itu dengan sorot mata yang bingung.

  "Terus?"

  Laki – laki itu berjalan ke arah Kejora, "Kita kan udah ijab kobul minggu lalu sayang. Masa kamu lupa?"

  Kejora hanya bisa melongo melihat temannya yang satu ini, emang suka rada sinting. Bu Eca yang melihatnya hanya bisa tertawa.

  "Lo emang gila Mi! Nyokap gua aja gak mau ngangkat lo jadi menantu!"

  "Ya jangan diangkat sayang, kan berat."

  "Dasar orang gila! Jauh – jauh lu dari gue!" Kejora mengibas – ibaskan tangannya.

  Bumi semakin memperlebar langkahnya, dan duduk di samping Kejora. Spontan Kejora merapatkan tubuhnya ke arah Bu Eca.

  "Lo ngedeket, gue tendang."

  "Ih kamu tuh cewek, jangan gitu dong."

  "Satu........"

  Bumi mulai siaga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dia, Bumiku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang