Lima Belas

2.2K 118 9
                                    

Haruskah? Dari sekian banyak orang yang melintas di jalan itu haruskah ia dan Keisha yang menjadi korban kecelakaan? Bukankah baru saja mereka tertawa bersama, mengapa kebahagiaan itu harus pudar secepat itu?
Alvaro sudah cukup terpuruk dengan kehilangan Luna, kenapa ia harus kehilangan Keisha juga? Memang, memang Keisha belum meninggalkan dunia seperti hal nya Luna. Tapi, apa artinya Keisha hidup tapi tidak dapat mengingat Alvaro?

"Varo." Dewi membelai punggung anaknya menyalurkan kehangatan.

Alvaro diam. Biasanya ia akan menolak perlakuan ibunya.

"Mungkin ini udah-"

"Ma…," gumam Alvaro, "apa Tuhan gamau biarin Alvaro bahagia bentar aja? Kenapa Keisha harus amnesia, Ma? Kenapa?" Tetes demi tetes air mata kini membasahi pipinya.

Tidak ada lagi Alvaro yang kuat, sisi lemahnya kembali hadir.

Dewi memeluk anaknya dan ikut terisak. Ia tau betapa terpuruknya Alvaro sekarang. "Udah, Ro. Tuhan itu adil, kamu ga boleh ngomong gitu," ujarnya menenagkan.

"Ma, kenapa harus Keisha? Kenapa bukan Alvaro?"

Dewi menghela nafasnya. Ia tidak tahu harus menjawab apa, ia sangat kasihan pada putra tunggalnya tapi disisi lain ia bersyukur bahwa Alvaro tidak cidera parah.

"Mungkin itu takdir."

Takdir? Kenapa takdir begitu kejam? Kenapa takdir memisahkan ia dan Keisha dengan tembok ingatan. Kenapa takdir tidak mencabut saja nyawa Alvaro agar ia tidak merasakan sakit saat melihat Keisha yang tak mengingatnya sama sekali.

•••

"Ini Bunda," kata seorang wanita berkisar umur 30 tahunan kepada seorang gadis yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

Gadis itu mengangguk.

"Bunda," gumamnya.

Wanita itu tersenyum lantas memeluk gadis tersebut. "Bunda sayang Keisha. Cepet sembuh ya?" ujarnya lalu menatap gadis yang sekarang sudah tersenyum.

"Iya, Bunda."

Rosa tersenyum, ia kembali duduk dan memegangi tangan putrinya.

"Kamu beneran gak inget apa-apa?" tanya Rosa.

Keisha menggeleng. "Maafin Keisha ya, Bun. Udah lupa sama Ayah sama Bunda," katanya.

"Kamu tau Alvaro?"

Keisha terdiam nampak berfikir, sepersekian detik kemudian ia menggeleng.

"Aku gatau. Bun."

Rosa mengangguk. "Kata dokter kamu tiga hari lagi boleh pulang."

Mata Keisha berbinar. "Serius Bunda?"

Rosa mengangguk. "Kamu ga usah takut beradaptasi lagi ya? Anggep aja kamu jalanin hidup baru."

Keisha mengangguk.

"Morning, princess ayah," sapa ardi seraya menggeser pintu ruangan ia menenteng sebuah bungkusan dan tersenyum sumringah mengangkat bungkusan tersebut. "Nih, ayah bawain bubur kesukaan, Keisha," katanya lalu ikut duduk di samping Rosa.

Keisha segera menggerakkan tubuhnya perlahan untuk duduk. "Manaaa!!" teriak Keisha histeris.

Ardi memberikan bungkusan itu pada Rosa. "Bunda yang siapin."

High School PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang