A Hug! (2)

5.3K 254 25
                                    

NaruHina Oneshot
Teen+ shot
By azama95
.
.
.
•••
(Alternate Universe)

Suasana ruang tamu di dalam apartemen itu sedikit tegang. Dua insan berbeda gender tengah saling berhadap-hadapan. Yang laki-laki sedang dalam angry mode. Dan yang perempuan setia menundukkan kepalanya serta terus bergerak gelisah.

Bagaimana dia bisa duduk dengan tenang, sedangkan laki-laki di hadapannya ini sedang menatapnya penuh amarah. Kalau boleh bisa dikatakan, menatapnya seolah ingin mencekiknya sampai mati.

Di sisi lain mata shapirenya masih menatap lurus dan tajam ke arah depan. Sedangkan obyek di depannya yaitu sang gadis terlihat meringkuk ketakutan akan ketajaman mata shapirenya.

"Jadi?!"
"Siapa KAU?!"
Suara bariton terkesan dingin menggema ke seluruh ruangan. Gadis cantik itu tersentak dan mengangkat kepalanya. Sambil memainkan jari telunjuknya di depan perutnya. Ia menjawab pelan.

"A-aku Hi-Hinata-"Sambik melirik ke depan dengan pandangan takut-takut. "-H-Hyuuga Hinata" lanjutnya sedikit gagap.

Laki-laki itu hanya mengangkat sebelah alisnya pertanda masih belum puas akan jawaban dari gadis bernama Hyuuga Hinata itu.

"Kenapa kau bisa masuk ke apartemenku?"

"I-itu a-aku tak, a-aku tak-"

"BICARA YANG JELAS!" bentakan keras dari pemuda di depannya hampir membuat Hinata jantungan. Dia bahkan sampai tersentak ke belakang karena saking kagetnya.

"A-aku tak tahu! Yang ku tahu ada orang yang memberikanku kunci dan alamat apartemen ini" Hinata menjawab dengan cepat dan sedikit bergetar. Tangannya terus meremas rok yang ia gunakan makin kuat hingga kusut. Tatapan Naruto makin menukik tajam.

"KAU BOHONG!" "Tidak!" kilah si indigo, "Ck! PENIPU!" "Bukan!" lontaran si pirang terus membuat Hinata mengilahnya, ia bukan pembohong maupun pencuri.

"Kheh, mana ada pencuri yang mau mengaku, hah?" Hinata terbelalak, ucapan si pirang memang benar adanya, jika ia diposisi Naruto ia juga akan memarahi orang yang seronoh memasuki kediamannya. Tapi jika begini terus urusannya akan semakin panjang dan ucapan Naruto akan mengikis hatinya.

"Aku akan menelepon polisi" gumam Naruto, tak ingin dibantah "JANGAN!" pekikan Hinata, hatinya resah karna ia sama sekali tak bersalah dalam hal ini.

Sergah Hinata cepat begitu tahu Naruto beranjak dan mengeluarkan ponselnya. Naruto menatapnya sinis. Meneguk ludah berulang kali, Hinata memberanikan diri untuk coba mengatakan sesuatu.

'Tidak ada cara lain. Aku harus memberitahunya. Ya, harus!' batin Hinata. Mengambil nafas perlahan guna menghilangkan kegugupannya. Mata ameyst itu menatap biru shapire di depannya penuh keyakinan. Membuat Naruto makin menatapnya geram.

"A-aku akan memberitahumu. Ja-jadi bisakah kau duduk dulu?" Pinta Hinata dengan suara yang masih bergetar antara takut dan gugup. Naruto memandangnya sengit, namun akhirnya ia menuruti Hinata.

"Katakan cepat. Atau aku akan menelepon polisi. " Ancam Naruto.

"Baiklah, jadi begini-"

•••

Naruto masih memijit pelipisnya pelan. Kepalanya terasa pusing seketika begitu tahu cerita sebenarnya dari Hinata. Dia tak habis fikir apa gerangan ibunya mengirim Hinata ke apartemennya. Apa lagi yang ibunya rencanakan kali ini.

Awalnya Naruto tak percaya begitu saja dengan cerita Hinata. Tapi, gadis ini berani bersumpah kalau ia tidak bohong. Ditambah Naruto bisa melihat pancaran kejujuran dari mata Hinata sewaktu bercerita. Dan daripada dia ragu maka dia memutuskan untuk menelepon si biang kisruh dari masalah ini.
Siapa lagi kalau bukan Nyonya Uzumaki Khusina yang tersayang.

Dan terkutuklah kau Naruto yang selalu menjahili konohamaru, membawa pergi sandal kayu milik kakek Jiraiya seenak jidat, mengintip Kakashi sensei yang sedang membaca novel erotis. Dan yang terakhir tak pernah menurut akan kata-kata dari ibumu tersayang.

Demi apapun! Sehingga tanpa rasa bersalah sedikitpun ibunya hanya mengatakan. "Oh iya. Ibu yang menyuruhnya datang ke sana. Karena ibu berhutang budi padanya. Makanya ibu ingin dia tinggal di sana untuk sementara waktu. Dan JANGAN PERNAH MEMBANTAH ATAU COBA MENGUSIRNYA!"

Yang berhutang budi siapa, yang harus membayar siapa. Ibunya ini kalau sudah punya keinginan memang suka keterlaluan. Dan sebandel-bandelnya Naruto pada ibunya, ia juga tetaplah seorang anak yang menyanyangi Ibunya. Apalagi kalau melihat atau mendengar Ibunya menangis. Habis sudah imagenya sebagai cool boy.

"Hiks hiks tolonglah Naru Ibu hanya ingin membalas kebaikan gadis itu. Dia sudah menyelamatkan belanjaan ibu yang berharga. Hiks, tolonglah hanya sementara. Karena, mansion sedang dalam renovasi saat ini. Ya?, Naru-chan?"

Hah, menghela nafas lelah. Mau tidak mau akhirnya dia menyetujui keinginan Ibunya. Tapi, dengan catatan bahwa hanya sampai kurang dari 2 minggu saja. Dan tentu saja jangan sebut Nyonya Uzumaki sebagai ratu drama. Karena setelah mendengar kata ' iya ' dari mulut sang putera, ia langsung memekik kegirangan dan memutuskan sambungan telepon.

Baiklah tak ada cara lain, dia terpaksa harus menampung gadis ini selama 2 minggu. Semoga kami-sama memberinya kesabaran extra.

Beranjak dari sofa dan masuk kamar mandi. Dia harus menjernihkan pikiran dan badannya. Rasanya semua begitu melelahkan baginya. Belum sampai dia mencapai pintu kamar mandi. Suara lembut menginterupsinya.

"A-ano emm dimana kamar yang bisa ku tempati?" tanya Hinata takut-takut. "Hah...kau bisa tempati kamar di sebelah ruang tamu" pasrah si pirang dengan wajah masam.

Brak!

Suara pintu kamar mandi ditutup keras, membuat Hinata meneguk ludah. Bagaimana dirinya bisa betah berlama-lama disini jika penghuninya begitu dingin dan tak asik.

•••

Saat Naruto selesai mandi Hinata tak menemukan keberadaan si pirang di ruang tamu ataupun di dapur. Hinata pikir Naruto sudah pergi tidur. Kemudian dia bergegas masuk kamar dan naik ke atas ranjang, serta menarik selimut sampai lehernya. Udara malam ini terasa dingin sekali. Sedetik kemudian dia pun sudah tertidur.

Well, sepertinya Hinata tak menyadari ada yang lain dengan sebelah ranjangnya. Dengan kondisi kamar yang gelap mungkin dia memang tak menyadarinya. Ingatkan Hinata kalau dia masih belum tahu di mana Naruto berada saat ini.

Khukhukhu....

Waktu menunjukkan pukul 04.00 pagi. Dalam kamar yang berisi satu ekh bukan! Dua orang manusia yang sedang tertidur satu ranjang. Menampakkan mereka tengah berpelukan saat ini. Berpelukan!?

Dengan posisi Hinata yang memeluk kepala Naruto di atas dadanya dan Naruto yang juga balik memeluk erat pinggang Hinata. Serta sama-sama terbungkus dalam satu selimut.
apalagi namanya kalau bukan tidur sambil berpelukan.

Hmm, sepertinya tanpa Naruto sadari keinginannya untuk mendapat pelukan hangat saat tidur sudah terkabul. Yah, mari kita lihat apa yang akan terjadi besok pagi saat mereka bangun.

• END •

'NaruHina Oneshot'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang