Ponselku berdering. Ada panggilan masuk.
"Halo?"
"Ada acara nggak hari ini?" sahut suara sebrang telefon. Kak Willy.
"Nggak ada, Kak. Kenapa?" tumben pagi-pagi sudah telefon. Setengah enam pagi padahal. Aku saja masih berbaring malas di tempat tidur.
"Kawanin pergi" Pintanya.
"Ke?" aku patut bertanya kan?
Jujur saja kalau misal pergi jauh rasanya malas saja. ini hari sabtu. Hari dimana aku bisa menghabiskan seharian penuh selain hari minggu- tanpa memikirkan hal-hal berat, kecuali jika tugas kuliah memang sedang menumpuk.
"Gua ke kos ya sekarang" Lalu buru-buru ia matikan panggilannya.
Aku segera bangkit dari tidur, langsung menuju kamar mandi untuk bersiap cuci muka dan tak lupa gosok gigi. Setidaknya kondisi mulut harus dalam keadaan bersih meskipun badan belum tersentuh air.
Beberapa saat kemudian aku sudah selesai, dan kini sedang sibuk mengeringkan rambut yang basah karena basuhan saat cuci muka.
"Hari ini wisudanya???" aku kaget saat mendapati Kak Willy dengan setelan toga-nya di dalam kamarku.
"Iya, Zha. Mau ya kawanin. Ini undangannya" Lalu aku menerimanya. Kenapa harus aku? Padahal dia masih bisa ajak teman lain, atau pacar kalau dia punya jika opsi orangtua sebagai pendamping utama tidak dia pilih.
"Sekarang?" tanyaku. Lalu Kak Willy mengangguk.
"Aku mandi dulu ya" Aku kembali menuju kamar mandi dan membiarkan Kak Willy di dalam kamarku yang tak sempat aku rapikan. Semoga saja tak dinilai berantakan.
Karena sudah cuci muka dan gosok gigi, aku tak mengambil waktu lebih lama buat mandi, cukup membersihkan badan secukupnya, that's enough. Saat ini aku beranjak menuju kamarku sekarang, namun sedikit jengah karena keberadaan Kak Willy. Entah kenapa aku merasa kalau dia serupa denganku.
"Maaf nih, Kak. Bisa keluar sebentar?" pintaku yang masih mengenakan handuk.
"Oh, udahan mandinya? Oke, Zha" Kini aku sudah di dalam kamar. Syukurlah, tak kutemukan muka merona diwajahnya. Itu artinya dia straight.
Sepertinya mengenakan setelan kemeja biru dan celana denim cukup untuk memulai aktivitasku hari ini. Berhubung aku akan menjadi pendamping wisudawan, itu berarti aku harus tampil lebih meski menurutku perlengkapan yang ada jauh dari kata mewah.
"Ayo, Kak. Aku dah siap" Kataku saat membuka pintu kamar.
"Emmm kamu cakep banget, Zha. Baru sadar gua" Ungkapnya memuji. Aku lagi nggak mau bahas pujian-pujian para lelaki untukku, karena aku sedang tak ingin salah artikan semua itu.
"Lebih cakep Kak Willy. Serius deh. Udah ah. Ayo!" tukasku lalu mengunci kamar dan kemudian pergi keluar diikuti Kak Willy.
"Zha?"
"Ya?" jawabku sambil menghentikan langkah kaki dan segera menengok sosoknya di belakangku.
"Thanks ya" Kini senyuman itu kembali mengembang. Nice smile, dude!
"For?" aku menaikkan satu alis.
"Udah bilang gua cakep tadi. Hehehe"
Kali ini pertunjukkan deretan gigi rapinya pun dimulai. Oh God, kenapa makhluk-Mu terus menggoda imanku? Keberadaan mereka terlalu menyiksa batin ini. Apa masalahnya jika aku mengucapkan Kak Willy itu cakep? Bukankah diluar sana sudah menjadi hal umum saling memuji? Semoga saja ucapanku tadi tak membuatnya besar kepala, meski memang dari parasnya, Kak Willy tak kalah dengan Kak Devis.
![](https://img.wattpad.com/cover/103153545-288-k7117.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Untold Story "AZKAR" [COMPLETED]
Romanceberawal dari kisah cinta mahasiswa kedokteran bernama Mirzha dengan rasa tak biasanya. Ia menaruh kagum terhadap seniornya yang bernama Devis di kampus tempat mereka kuliah. hingga rasa kagumnya berubah menjadi rasa cinta yang membuat hidupnya beru...