CHAPTER 4 ^ALKA^

29.2K 1.3K 36
                                    

"Memilikimu merupakan sebuah penghargaan terbesar bagiku."

Suara Adzan yang berkumandang, membangunkan seorang gadis yang sedang asyik dengan mimpi tidurnya. Ia melenguh dan merenggangkan tubuhnya. Matanya mulai terbuka, "Udah Subuh," gumamnya.

Ia bangun dan bergegas mengambil air wudhu. Setelah selesai berwudhu, ia keluar kamar, berniat membangunkan suaminya. Saat pintu kamar telah sepenuhnya terbuka, terlihat sosok suaminya berdiri berhadapan dengannya, mengenakan baju koko dan sarung.

"Kirain belum bangun," celetuk Kanya.

"Udah, ayo." Ajak Fath dengan mencoba menggandeng tangan Kanya. Namun, Kanya menolak.

"Mau ke mana?" ujar Kanya penuh tanya.

"Ke kamar gue," jelas Fath.

"Ngapain ke kamar lu? Kita kan mau sholat," tanya Kanya lagi.

"Kita ke kamar gue juga mau sholat kali Ka, kita sholat berjamaah," lanjut Fath menjelaskan.

"Nggak mau lah." Mendengar ucapan Kanya, Fath menaikkan sebelah alisnya.

"Kok?"

"Gue nggak akan bangga punya suami yang selalu sholat bareng sama gue, tapi gue akan sangat bangga apabila, gue memiliki suami yang selalu sholat berjamaah di masjid, sesibuk apapun dia."

Ucapan Kanya menohok hati Fath. Ia sangat malu mendengar penuturan Kanya. Harusnya ia tahu tentang hal ini, namun keegoiisan dirinya mampu menguasai Fath untuk melupakan sebuah kewajiban seorang laki-laki, yaitu sholat di masjid.

"Ini menjadi hal yang sering dilupakan, padahal ini wajib Al. Bagi wanita, hal kecil yang sering dilupakan padahal ini adalah kewajiban, yaitu mengenakan hijab. Sedangkan untuk laki-laki, yaitu sholat berjamaah di masjid," lanjut Kanya menjelaskan.

Sekali lagi Fath dibuat malu dengan perkataan Kanya. Apa yang dikatakan Kanya sangat benar. Dan ia merasa gagal menjadi seorang imam, bisa-bisanya ia melupakan kewajibannya, hanya karena terlalu besar keinginannya untuk sholat bersama sang bidadari.

"Astaghfirullah. Maafin gue Ka. Makasih udah ngingetin gue tentang hal ini," ucap Fath tulus.

"Sama-sama Al, kita kan harus saling mengingatkan." Kanya tersenyum ke arah Fath sembari menggerakan tangan, sebagai isyarat agar Fath segera pergi ke masjid.

"Gue pergi dulu, Assalamualaikum," Fath menyodorkan tangannya, kemudian Kanya mencium punggung tangan Fath.

"Waalaikumussalam."

Setelah kepergian Fath, Kanya masuk kamar lagi, kemudian melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Selesai menunaikan sholat Subuh dan membaca Al-Quran beberapa lembar, Kanya memutuskan untuk segera mandi.

***

Sepulang dari masjid, Fath melanjutkan kegiatannya dengan ritual mandi seperti biasa. Selesai mandi, Fath keluar kamar dan melihat Kanya yang sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Fath menuruni anak tangga, jarak Fath dan Kanya semakin menipis. Semakin dekat dengan Kanya membuat jantung Fath berdetak melebihi ritme biasa. Senyum manis tak pernah pudar dari bibirnya, saat ia ingat bahwa sekarang gadis yang berada di dekatnya adalah miliknya.

"Kanya always be mine," batin Fath posesif.

Kanya yang menyadari kehadiran Fath, bingung dengan sikap Fath yang senyum-senyum sambil menuruni tangga. "Kenapa senyum-senyum?" tegur Kanya tegas saat Fath telah berada tepat di depannya.

"Seneng aja, ada yang perhatian ke gue," tutur Fath jujur. Namun, dibalas Kanya dengan ucapan singkat, "B aja." Kanya melanjutkan aktivitasnya, tanpa menghiraukan kehadiran Fath di dekatnya.

ALKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang