Kunci Hati

3.5K 189 3
                                    

Bab 17

Hari ini hari keberangkatan Resya ke Swiss, dia akan menyusul kedua orang tuanya. Sekarang dia, Prilly, dan Ali sedang berada di Bandara Soekarno-Hatta.

"Jaga diri baik-baik ya kalian," ucap Resya saat pengumuman pesawat akan berangkat sebentar lagi.

Perlu kalian tahu bahwa Resya juga akan berangkat bersama kedua orang tuanya hari ini, tapi mereka memilih menunggu di Boarding pass daripada harus bertatapan dengan Prilly. Miris memang tapi mau bagaimana lagi.

"Abang jaga kesehatan ya disana." Prilly menerjang tubuh sang kakak dengan perasaan tak rela.

"Pasti. Ali gue titip Prilly sama lo ya, tolong jaga dia dan kalau gue ada salah gue minta maaf ya sama kalian. Gue pamit." Resya melepaskan pelukan Prilly dan berjalan menjauhi mereka.

Ali mengambil alih Prilly dan memeluknya, menyalurkan segala ketenangan.

"Li, aku ngerasa gak tenang. Aku ngerasa kalau ada yang akan terjadi dengan bang Resya, Mami, dan Papi," bisik Prilly lirih.

"Itu cuma perasaan kamu aja, udah ya sekarang kita pulang."

Mereka meninggalkan bandara dan setelah mereka meninggalkan bandara pesawat yang Resya tumpangi lepas landas.

°°°

Hari ini berjalan seperti hari-hari biasanya, walaupun tal ada Resya tapi Prilly tetap bersemangat.

"Pagi Li," sapa Prilly saat melihat Ali sudah siap menjemputnya.

"Pagi juga, gimana bisa tidur kan?"

"Kamu pikir aku anak kecil Li? Yakali aku gak bisa tidur Li." Prilly terkekeh pelan.

Tring...

Sebuah notifikasi masuk di ponsel Ali membuat dirinya meraih ponsel itu dan melihat apa yang masuk. Tiba-tiba tubuhnya menegang, membuat Prilly menatapnya heran.

"Li? Are you okay?" Tanya Prilly.

"Pril," lirih Ali.

"Kenapa Li?" Tanya Prilly penasaran.

"Pril, pesawat yang menuju Swiss semalam mengalami kehilangan kontak dan dikabarkan jatuh di daerah pegunungan." Tubuh Prilly langsung lemas, perasaannya semalam terbukti.

"Gak! Bang Resya gak mungkin ninggalin aku." Prilly yang histeris langsung di dekap oleh Ali.

"Okay tenang sayang, lebih baik kita ke bandara sekarang okay?" Prilly menangguk.

Mereka berdua langsung menuju bandara untuk mengetahui lebih lanjut berita kecelakaan pesawat itu. Bandara sudah ramai dengan keluarga dari pesawat yang menuju Swiss.

"Mbak boleh tahu dimana daftar nama korban?" Tanya Ali kepada salah satu penjaga bandara.

"Silahkan mas, di depan belok kiri." Perempuan itu menunjukkan arah, Ali segera membawa Prilly yang ada dalam pelukannya menuju arah yang sudah petugas itu tunjukkan.

"Kamu tunggu sini dulu ya." Ali mendudukkan Prilly di salah satu bangku.

"Gak Li! Aku mau ikut," paksa Prilly. Tanpa berkata Ali langsung menggandeng Prilly.

Mereka menelusuri daftar nama korban satu-persatu dan saat itu juga nama tiga korban berhasil membuat lutut Prilly lemas.

'Devanta Aresya Devin'

'Liliana Werns Devin'

'Willian Handgun Devin'

"Li, mereka jahat mereka ninggalin aku!" Prilly memeluk Ali dan memukul dada pemuda itu perlahan.

"Udah ya Pril tenang, jenazah mereka dikebumikan di dekat lokasi kejadian. Suatu saat kita akan kesana Pril."

°°°

Dua tahun kemudian...

"Gimana Pril udah siap? Ali bertanya dari luar kamar.

"Bentar Li, ini udah mau selesai."

"Udah yuk," ajak Prilly.

Sudah dua tahun terhitung Prilly kehilangan abang tersayangnya dan kedua orang tuanya, tepat 6 bulan lalu Ali memutuskan untuk mempersunting Prilly menjadi istrinya. Saat ini mereka akan mengunjungi kedua orang tua Prilly dan tentunya Resya.

Pesawat sudah lepas landas, Prilly masih setia mengenggam tangan Ali.

"Ada aku Pril, aku akan selalu ada buat kamu," ucap Ali mengelus tangan Prilly.

"Makasih ya Li, kamu udah mau jagain aku selama ini." Prilly tersenyum hangat.

"Itu sudah kewajiban aku sebagai suami kamu sayang. Justru aku yang seharusnya berterima kasih, coba aja dulh kamu gak ada di dalam hidupku. Mungkin kunci hati itu akan tetap ada sampai saat ini."

Mereka saling menatap penuh cinta. Ali, manusia dingin yang hatinya terkunci sudah berubah menjadi lelaki hangat tersayang Prilly. Dan Prilly gadis lugu yang dibenci kedua orang tuanya dan kehilangan kedua kakaknya, beruntung mendapatkan lelaki penyayang seperti Ali. Kisah ini tak berakhir begitu saja, mereka akan terus melukiskan cinta sampai mereka tidak bisa berdiri dengan kedua kaki mereka dan rambut mereka memutih.

Ini adalah awal kisah kehidupan mereka, kehidupan yang baik tentu saja. Mereka akan bahagia dan kisah mereka akan terlukis selalu. Hingga mereka sama-sama berada di akhirat.

-END-

°°°

Akhirnya cerita lumutan ini selesai. Maaf ya kalau akhirnya gak nyambung, aku gak ngerti lagi harus ngapain.

Makasih banget sama kalian yang udah setia nunggu dan vote cerita abal-abal ini. Gumawo semuaaaa....

Sampai ketemu di cerita selanjutnya.

-사랑해요-

Kunci Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang