~Niina Pov~

219 11 0
                                    


"ka refan,selamat malam" sapa'anya membuat refan tersenyum.

"Malem juga niin" balasnya menatap tajam mata sang adik kemudian melangkah menuju rak buku milik niina dan duduk di sampingnya.

----

Satu jam sudah refan berada di kamar sang adik.seperti biasanya tujuan refan yaitu membaca novel,majalah atau komik milik niina. Niina memang sering kali membeli novel,komik atau buku-buku yang lain untuk dibaca, tak heran jika ia sering kali mendapat juara dikelas karena hobinya itu.

"Kalo udah bacanya taro yang rapih trus tutup lagi pintunya yang rapet" ujar niina menekan pada refan sebelum akhirnya niina menguap, sepertinya ia sudah terngangap untuk tidur. Niina memang seperti itu, setelah mengerjakan tugas dari sekolah ia melakukan kegiatan yang rutin yaitu membaca, bahkan tak jarang jika ia tertidur pulas bersama buku-buku yang ia baca.

.

.

Seorang kaka yang selalu memberikan momongan pada adiknya, bahkan selalu membuatnya tertawa dalam setiap cemohanya, tetapi justru kali ini bisa berubah menjadi seorang kaka yang misterius bahkan cenderung menakutkan.

Refan kemudian mendesah lembut sambil mengelus poni niina yang cantik itu "kaka harap lu ga nyesel dengan semua ini" bisiknnya sebelum akhirnya refan menarik niina ke tempat tidur.

Refan mulai memainkan rambut adiknya itu yang indah disertai dengan desahan nafsu yang menggila. Namun selaras dengan niina, ntah dapat dari mana keberanian itu sehingga ia menerima dan membalas desahan demi desahan yang diberikan sang kaka. Refan menarik sehelai rambut yang menutupi wajah niina menuju belakang telinga wanita itu. Dengan perlahan refan mendekatkan bibirnya lalu menempelkan ke bibir niina. sungguh, jantung niina pun berhenti seolah-olah ada saupan setan yang masuk sehingga niina menikmati gerakan lembut di bibirnya itu, semakin kencang detak jantung niina semakin berani pula ia memberikan pergerakan bebas dimulutnya itu.
Keberanian niina membuat hasrat sang kaka semakin menggila dengan berpindah gerakan dari mulut menuju leher sampai dengan ke dada, tetapi apa yang terjadi dengan niina,sang adik lagi-lagi ia menikmati desahan yang diberikan sang kaka.lagi-lagi Nina yang mulai merayuhkan dan helusam tanganya di dada refan hingga menuju kebawah yang membuat nafsu refan semakin meledak kecang.

"ESsss ahh" refan semakin berhasrat ketika tangan niina mulai mengayuh mengelus dada refan berulang ulang kali dengan lembut dan menuju ke bagian bawah yang membuatnya meledak basah.ntah niina masih sadar atau tidak, belajar dari mana tentang ilmu itu, ilmu yang membuat sang kaka yang sebelumnya ragu dan berfikir keras tetapi sekarang pasrah begitu saja mengikuti kenikmatan nalurinya. Lagi dan lagi Kali ini bukan hanya niina, sang kaka pun ikut memberi jilatan, hisapan hingga gigitan kicil di seketubuh niina yang membuatnya semakin terbang ke puncak tertinggi, bukan hanya itu saja kali ini tangan refan pun ikut bekerja membuka satu persatu pakaian yang menyeluruti tubuh Niina, mereka berdua benar-benar hilaf ketika pakaian refan ikut tergeletak di samping pakaian niina yang sedang menangis dilantai.

.
.

"Awk ah..." Suara pecikan niina ketika merasakan sesuatu yang asing berusaha memasukinya di bagian yang tak pernah di lihat apa lagi di sentuh oleh siapa pun. rasa ketidak nyamanan mulai terasa beberapa saat sebelum rasa itu berganti menjadi rasa nikmat yang membuatnya semakin berani berganti posisi sexnya.

.

.

Seperti biasanya,pukul lima pagi refan sudah berada di kursi lipat miliknya untuk menenangkan diri dari tidurnya sebelum lima belas menit kemudian dia beranjak kekamar sebelah, yaitu kamar niina, sang adik untuk membangunkannya. sebenarnya kebiasaan ini bukan lah permintaan niina karena takut kesiangan, namun kebiasaan refan yang tak sengaja rutin setiap hari, bahkan niina pun slalu marah ketikan sang kaka telat membangunkan dirinya seolah-olah itu sudah menjadi kewajibannya.

"Kenapa gua harus selalu rutin bangunin niina? Dan kenapa juga gua ga pernah ada rasa bosen buat ngelakuin itu, bahkan cenderung hobi masuk ke kamar tuh cewe" perkataan dalam hati dan matanya tajam melihat sebuah jam dinding disertai dengan tanganya melipat kedagu, sebelum beberapa saat beranjak bangun.

~Krek~
"Niin,niina bangun niin udh pagi" perkataanya sambil menepuk bahu sang adik.

"A....." Matanya seperti mata kelinci yang melihat serigala dihadapanya, disertai dengan sergapan cepat menutup seketubuh badanya.

"Engga, ga mungkiiiiin" lagi-lagi teriakannya membuat sang kaka terpengkal kaget dan bingung.

Refan&MelindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang