[Bonus] : Hyerin

2K 309 67
                                    

🐦 Happy Reading 🐦

Beware!
Readers if you still be silences, I wish you never meet your bias.

So give your vote and comment please.

I'll respect all of you without exception if you could be a GOOD READERS😀😁😉.

[Writer's POV]

Jam kuliah sudah berakhir sekitar 30 menit yang lalu.

Terlihat seorang yeoja berpakaian merah muda, disertai short pants berwarna putih dan sepatu heels hitam sedang berdiri di depan lobby kampus.

Wanita itu, Yoon Hyerin.

Berdiri dengan perasaan gelisah.

Menatap layar iPhonenya dengan guratan penuh tanya.

Kemana perginya pria itu.

 Orang yang ia tunggu belum juga datang. 

Berkali-kali ia terlihat mengecek ponselnya, mungkin ada pesan masuk atau kakao talk misalnya, tapi nyatanya nihil. Akhirnya ia berinisiatif untuk menelpon orang yang menjadi sumber kegelisahannya.

Sayang sekali nomor yang dituju sedang tak aktif.

[Yoon Hyerin's POV]

"Dasar namja pendek! Sudah 30 menit aku menunggu disini seperti orang gila, belum muncul juga batang hidungnya. Janjinya mau menjemput sepulang kuliah, Cih janji palsu!"

Ku dengar suara wanita memanggilku dari belakang, aku pun berbalik dan menemukan teman sekelasku sedang bersama laki-laki, yang ku tahu itu adalah kekasihnya.

"Sedang menunggu siapa?"

Hyura muncul bersama Jung Hoseok.

"Eh, Hyura.. Menunggu Jimin?" Kali ini Hoseok yang bertanya.

Aku mengangguk, "Ne Oppa, sampai sekarang ia belum datang."

"Mungkin dia sedang ada urusan. Bersabar saja Hyerin."

"Tapi dia berjanji akan menjemputku setelah kuliah ku selesai." ku hembuskan nafas kasar.

"Lalu? Sudah kau telpon belum?"
Hyura memastikan apakah aku sudah menghubunginya atau belum.

"Sudah, tapi tidak aktif."
Jawabku seadanya karena itu memang kenyataannya.

Benar-benar menjengkelkan Jimin ini, tidak biasanya terlambat, aku tahu benar dia seperti apa. Dia adalah orang yang tepat waktu dalam setiap hal, apapun itu.

"Bersabarlah, mungkin dia datang sebentar lagi. Maaf Hyerin, kami duluan ya.. Bye Bye!"
Hoseok dan Hyura pamit untuk pulang.

"Ne , hati-hati di jalan!"
Kataku seraya melambaikan tangan

Hyura dan Hoseok pergi meninggalkan ku sampai sosok keduanya benar-benar tak terlihat lagi.

Kemudian terlihat mobil Lamborghini berwarna putih datang menghampiriku.

Kaca mobilnya di buka, tampak lah wajah seseorang yang membuatku frustrasi karena kelamaan menunggu, siapa lagi kalau bukan Jimin Bantet.
"Hai, Hyerin sayang!" Sapanya dari dalam mobil.

"Hhhmm puas membuat kekasihmu ini lumutan?" Sungutku sambil membuka pintu mobil, masuk kedalamnya dan duduk disebelah Jimin.

"Aigoo.. maafkan aku. Ada urusan mendadak yang harus ku selesaikan." Tangan mungil Jimin mengusap puncak kepalaku.

"Alasan! Untung sayang, kalau tidak aku sudah membunuhmu. Dan satu lagi mengapa nomormu tidak aktif?"

"Eih.. kau bilang apa barusan Hyerin? Kalau yang satu itu karena ponselku lowbatt, maaf Hyerin, maaf sekali lagi."

"Huh, cepat jalan!"

"Baiklah Nona Yoon, ayolah Sayang jangan marah, Eoh.. Maafkan aku."

"Huuuftt.. Iya Park Jimin." Jawabku.

"Nah begitu dong, eh tapi senyumlah! Jangan cemberut begitu." Ia mengelus pipiku.

"Sudah?", ku paksakan sebuah senyuman untuknya, jujur aku masih bete. Hahaha! biarkan saja , supaya dia kapok melihatku marah begini.

"Kan bagus kalau senyum semakin cantik Park Hyerin." ia mencium pipiku.

Oh My Gosh , pipiku panaass..!!!

"Jangan ubah margaku!" Alih-alih bersikap ketus supaya salting ini tak terlihat olehnya.

"Aku tahu kau malu kan, lihat tuh pipimu merah" godanya padaku, jari-jari kecilnya menggelitiki pipiku.

Ia kembali berujar, "Bersikap manislah pada namjachingu-mu yang cute ini, sedikit saja, eoh! Kau adalah wanita yang begitu beruntung karena mendapatku dengan mudah, sulit untuk menaklukkan hati namja sepertiku."

Halah tebar pesona dia, tapi memang benar sih! Aku beruntung sekali mendapatkan Park Jimin 😘. Kalau kalian bagaimana? Sudah mendapatkan hati Oppa belum? Kalau aku sih sudah, jangan iri ya! Apalagi mengambil Jimin dariku 😡😛😎😜.

"Iya saja deeehhh, biar kau senang."
Pandanganku beralih menghadap lurus ke depan. Dan satu lagi, kedua tangan ku lipat.

"Hihihi.." Jimin malah cekikikan.

"Baiklah sayang, jadi kita mau jalan-jalan kemana?" tanyanya mengendalikan gagang setir, seraya menegok ke arahku.

"Terserah kau saja." jawabku singkat.













To Be Continued...



🍣🍣🍣

𝐢 𝐥𝐨𝐯𝐞 𝐲𝐨𝐮 | 𝑴.𝒚𝒈 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang