Teka-Teki

65 25 4
                                    

🍂🍂🍂

Voka terbangun dari mimpinya, nafas nya tersengal, dada Voka tak henti naik-turun, keringat bercucuran didahi Voka.

"Ada apa nak? " Frans membuka pintu, melihat cucunya yang gusar. Dia duduk disamping Voka, meraih telapak tangan Voka lalu memijitnya pelan.

"Tenang nak, sebenarnya kamu ini kenapa? " tanya Frans lembut, seketika itu Voka merasa sangat tenang, tangan kakeknya itu membuat dia tenang.

Voka bungkam sesaat, tak mungkin dia menceritakan bahwa ia baru saja mampir dari mimpi orang lain 'kan?

"Aku mimpi buruk kek, kena jambret" jawab Voka asal, kakeknya tertawa memukul pundak Voka pelan, Voka membalas cengengesan.

Frans keluar dari kamar menggunakan tongkat, langkahnya pelan dan terlihat susah. Frans tersenyum di ambang pintu, Voka membalasnya dengan senyum tipis lalu Frans menutup pelan pintu itu.

Voka kembali menjatuhkan badan telentang menatap langit-langit abu kamarnya, dia memikirkan soal mimpinya tadi.

"Gak mungkin kalau kakek tua tadi itu bisa melihatku, aku sering ke mimpi orang lain, tapi gak ada yang tahu kehadiran ku" gumam Voka, dia terus memikirkan bagaimana caranya kakek tua tadi berbincang dalam mimpi dengan Voka.

Voka memejamkan mata, lelah menyelimuti Voka selama satu hari ini ditambah kejadian mimpi tadi, lagipula besok hari senin, dia harus berangkat sekolah dengan fisik yang kuat.

"Dengarkan aku nak! Kau tidak datang ke dalam mimpiku, namun kau datang saat aku mencarimu, ingatlah sedari dulu aku selalu mencari mu lewat mimpi ini nak"

Voka mendengar suara bergema itu,alisnya menaut dalam tidur.

"Padam engkau bila merot dari janji dalam gelap yang berubah terang" suara terakhir bergema sebanyak tiga kali, Voka terbangun, dia menyambar air putih disebelah ranjangnya lalu meneguk air putih itu habis.

"Sebenarnya siapa dia? Mengapa dia datang kedalam mimpiku sebanyak 2 kali?" Voka bertanya-tanya.

"Padam engkau bila merot dari janji dalam gelap yang berubah terang" Voka mengulangi setiap kalimat itu.

"Apa maksudnya? " Voka menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.

Ada apa dengan kalimat itu?  Voka pun belum memahaminya,dan soal kakek itu? Entah mahkluk apa.

🍁🍁🍁

Suasa sekitar sepi... Remang, cahaya tak terlalu bersinar disebuah ruangan dengan penuh benda berbentuk bulat disetiap papan yang terpaku di dinding.

"Bagaimana? Kau sudah tau? "Yeang setengah berbisik berbicara kepada peramal dihadapannya, peramal bernama Gao menggeleng, ia membuka matanya dan menatap Yeang kecewa.

"Maaf... Kemampuanku tidak bisa menemukannya" mendengar ucapan Gao, Yeang menggebrak meja dihadapannya, ia berontak namun untung ditahan oleh Aid.

Aid menyuruh Gao untuk pergi dari ruangan tersebut, tanpa disuruh dua kali Gao sudah lari terbirit-birit meninggalkan Yeang yang marah besar.

PLAKKK

Telapak tangan dengan mulus mendarat di pipi kanan Yeang, Yeang tersungkur akibat tamparan keras dari Aid, mata Aid membulat marah, segera Yeang bangkit dengan pipi yang panas.

"APA KAU TIDAK BISA BERSABAR? " Aid mengepal tangannya kuat, Yeang menunduk takut, melihat Yeang yang sekarang sudah tidak berontak lagi Aid menarik nafas dan membuangnya pelan.

"Baiklah... Kita pergi ke wanita malang itu" Aid sudah pergi terlebih dahulu disusul Yeang yang masih memegangi pipinya.

Mereka berdua sudah sampai di penjara penuh duri di dalam kegelapan, Aid menyalakan obor lantas menyodorkan obor tersebut ke depan, dia tersenyum licik saat orang yang dicari sudah ia temukan.

Aid menyuruh prajurit membuka kunci penjara berduri, sebelum itu prajurit mamasukkan sandi untuk menghilangkan duri-duri tajam yang ada di dalam penjara.

Aid melangkah masuk mendekati seorang perempuan yang terduduk tidur.

"Bangun! Kau tidur diwaktu yang salah" perempuan itu mengucek matanya lantas ia mengambil langkah mundur.

"Mengapa? Kau takut? Apa kau lebih takut kepadaku? Kau... "Aid menggantung kalimatnya.

"Ada apa? "Perempuan itu bertanya.

"Kau lebih takut kepadaku daripada kau takut kepada mertuamu yang sebentar lagi akan membunuh putramu yang terpisah dari dunia ini? "

"A... Apa? "

"Ck... Tak usah diperdulikan" karna tujuan Aid kepenjara untuk melampiaskan kemarahannya, dengan ganas Aid menampar wanita itu sampai wanita itu terkulai lemas.
Yeang tersenyum bahagia, pertunjukan didepan matanya seakan mengubah mood.

"Bagus... Lebih keras ayah...! "Pinta Yeang, dia melipat kedua tanggannya didepan dada, menikmati setiap pertunjukan.

Aid berdiri, ia mengakhiri amarahnya saat ini, ia merasa sudah cukup puas setelah bibir perempuan itu robek.

Aid memerintahkan prajurit untuk meng-aktifan duri kembali, lantas prajurit mematikan lampu dan semua keadaan gelap gulita.

Wanita itu membuka mata, tubuhnya yang nyeri oleh duri-duri kecil dan tanjam ditambah bekas tamparan yang diberikan Aid membuat ia menangis... Dadanya sangat terasa sesak.

"Joi... Apa maksud Aid tadi? Apa dia bilang Irap akan membunuh Putra kita? Tidak mungkin 'kan? "Wanita itu tersenyum getir,sangat sakit dirinya hidup ditengah teka-teki, teka-teki apakah putranya masih utuh? teka-teki apakah Joi masih hidup?


•••

Jeng jeng...!!!

Makasih ya yang udah mau Kasih Bintang sama yang udah niatin baca 😘

Maaf banget kalau ada kata-kata yang salah, jangan sungkan tegur yaaa...

Twins Two WorldsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang