Problem - 5

39 2 0
                                    

Seperti hari sabtu biasanya, tak ada yang berkesan tak ada yang mengesan. Hanya teman temannya yang membuat seulas senyum yang terukir dibibir manisnya.

Devan, lelaki itu terus tersenyum setiap kali mendengar banyolan yang keluar dari mulut Bima. Rio-pun juga terbahak tiap kali teman satu nya ini tak pernah malu mensuarakan suara lantangnya di penjuru pusat belanja ibukota. Keanu hanya menatap Bima malas karena yang menjadi bahan banyolannya adalah dirinya, terkadang Keanu menyesal pernah sekelas dengan Bima.

Bima dengan suara lantang dan tangannya yang terus tak terarah terus mengoceh tak ada henti.  "Gila kali ya goblok banget emang Keanu."

"Terus gimana lagi, Bim?" Keanu yang sudah kesal sedaritadi, memancing Bima agar menceritakan semua tentangnya. Bima hanya menggaruk kepalanya dengan tampang cengengesan yang membuat Keanu sangat kesal.

Keanu mengambil ancang-ancang untuk berlari kencang menjambak rambut Bima. "BIMAAA! SINI LO."

Bima berlari sekencang mungkin saat melihat Keanu terus mengejarnya. Devan tersenyum kecil dan Rio tertawa terbahak seraya menunjuk kedua temannya yang terus berlari tak tahu malu.

Devan sebenarnya malas untuk pergi ke pusat belanja ini karena begitu riuh dan ramai dengan segala bunyi yang masuk ke pendengaran Devan. Tapi Devan ingat akan tantangan Keanu pada Devan, apabila Devan menang Keanu akan memberikan buku limited edition yang Devan incar sejak lama. Tapi bila Devan kalah, Devan harus berani berteriak dikhalayak ramai bahwa Keanu tak pernah terkalahkan dan mentraktir Keanu dikantin selama satu minggu.

Devan sebenarnya tak mau tapi akibat ulah Rio yang meng-iyakan, Devan terpaksa setuju.

Devan memasuki timezone. Arena bermain yang dikunjungi oleh orang orang yang suka nongkrong dipusat belanja. Devan melangkahkan kakinya ke dalam timezone dan terduduk dibangku.

Rio mengejar Keanu dan Bima yang masih berlarian di sekitar arena. Bagi Devan temannya yang paling benar adalah Rio, teman sebangkunya. Devan bersyukur karena tak sekelas dengan dua biang onar yang termasuk sahabat karibnya.

Bima sudah terengah engah saat berjalan menghampiri Devan. Keanu terkikik geli dengan tangannya yang memegang kerah baju Bima seperti anak kucing dan Rio yang hanya menggeleng sembari tersenyum berjalan sejajar diantara mereka berdua.

"Lama lo semua." Devan membuka suara saat mereka berjalan menghampiri dirinya.

Keanu terkikik geli. "Hah, mampus lu Bim jangan main main sama seorang Kea. Ya nggak Van?"

Devan menggeleng perlahan.

"Udeh lah gua mau isi kartu dulu, 100 ribu cukup?" Perkataan Rio disambut anggukan oleh ketiganya.

Rio berjalan menuju kasir dan berbalik arah ke mereka. "Cari mainan yang seru, Jangan nunggu gua."

Rio berjalan kembali. Devan, Bima dan Keanu yang mendengar ucapan Rio mulai berjalan mengitari timezone.

Mereka bertiga akhirnya berhenti disebuah mainan basket. Devan menggeleng perlahan karena Bima dan Keanu adalah Master dalam permainan ini.

"Kita taruhan ini aja, Van? Gimana?" Devan menggeleng perlahan. Bima tampak berpikir dan ikut menggeleng.

Mereka akhirnya terus mencari sampai game mobil, motor, drum dan permainan lainnya.

Hingga mereka terhenti disalah satu permainan bowling. Rio yang sudah berkumpul dengan mereka sedaritadi tapi ia hanya terdiam karena dua temannya ini sangat sulit untuk menentukan permainan apa yang pantas menjadi bahan taruhan mereka.

About ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang