Kamu bagaikan roti kismis.
Terlihat namun sangat kecil untuk dilihat.
Ter-rasa namun saat dirasa membuat sebuah rasa fantastis di lidah.
Namun, mudah habis.
Habis diambil orang.
EHHHHH-
...
Maura terdiam mengingat perkataan Bima tentang Devan. Ia melirik handphone yang tergeletak di nakas meja. Entah ini Maura atau bukan karena hari ini hidupnya sangat sepi, tak ada musik, televisi, radio dan perangkat keramaian hidupnya.
Bahkan pembantu rumah tangganya pun bingung dengan sikap Maura.
"Non.."Maura memandang pembantu rumah tangganya. "Eh, iya bi? Kenapa?"
"Non teh gapapa? Kunaon atuh neng? Kalo ada masalah cerita aja sama Bibi, Bi Irah siap dengerin cerita Non Maura."
Maura tersenyum tipis merasa senang dengan perkataan Bi Irah. Namun, Maura bukan orang yang mudah untuk menceritakan konflik kehidupannya kepada orang lain. Meski Bi Irah adalah pembantu rumah tangganya yang sudah lama mengurus dirinya. Tapi Maura lebih percaya kepada temannya, Milly dan Meysha.
"Mama kapan pulang ya, Bi?" Maura memandang Bi Irah dengan senyum terpaksa.
Bi Irah duduk disebelah kanan Maura memandang gadis itu yang sedang termenung sedaritadi. Bi Irah selalu berpikir keramaian, kerusuhan dan kegaduhan yang selama ini Maura lakukan dikarenakan dirinya kesepian.
Maura kesepian, Maura sedih tapi Maura selalu terlihat ceria dihadapan teman-temannya. Kecuali dihadapan Bi Irah, Milly dan Meysha.
"Udah satu bulan ya, Non?" Tanya Bi Irah, Maura menatap Bi Irah yang berada disebelahnya pikiran nya kacau, ia baru sadar Ibunya sudah satu bulan tak pulang karena ada tugas di luar kota. Sedangkan Ayahnya pulang larut malam dan berangkat dini hari, begitu terus menerus. Bahkan liburan-pun Maura tetap jarang melihat kedua orang tuanya. Seperti Hari Ini.
Maura mengangguk. Bibi yang melihat kondisi Maura berkata "Gimana kalo non Maura main aja sama Milly dan Meysha atau teman yang lainnya. Teman Non kan banyak."
Maura terdiam. Ia mengangguk dan meraih handphonennya yang berada di nakas meja, ia menulis sesuatu di aplikasi group chatnya itu.
Maura Zyara H : Maiiiiiiin yuk gengsss!
Milly Aura G : Sorry, Ra
Milly Aura G : Lagi Qtime nih sama keluarga
Meysha May G : (2)
Balasan chat Milly dan Meysha membuat Maura iri dengan kehidupan mereka.Maura sadar air matanya mulai menetes satu persatu, ia tak kuasa menahan sakit hati yang disebabkan oleh dirinya sendiri. Seberapa sibuk orang tuanya gadis ini tak pernah menyalahkan mereka meski terkadang ia sadar bahwa hidupnya sangatlah sepi.
Bi Irah menatap Maura, ia merasa kasihan dengan gadis ini. Namun, Bi Irah tak dapat melakukan apa-apa. Bi Irah meminta izin untuk melakukan kembali pekerjaannya agar Maura juga dapat berpikir jernih dan menghapus kesedihannya. Maura mengangguk.
Maura menulis sesuatu lagi di aplikasi chating zaman sekarang itu. Memberi balasan untuk kedua temannya.
Maura Zyara H : Okeii gengs noprob!

KAMU SEDANG MEMBACA
About Problem
Novela Juvenil"Hidup itu sesekali butuh keheningan, Ra." - Devano Arthur Pratama. "Apa enak nya sih, Van? Gemerlap dan Keramaian itu baru yang namanya hidup." -Maura Zyara Hendrabaskara. Maura Zyara Hendrabaskara : Maura, seorang yang cinta keramaian. Maura, tak...