Pagi cerah mentari tampak bersinar. Tapi tak setiap orang mempunyai raut wajah yang bersinar seperti Mentari.
Mentari bersinar awan menggelap begitulah umpama yang sangat cocok untuk lelaki bernama lengkap Keanu Ardi Harisetiawan, karena hari ini setiap siswa dan siswi yang berjalan di koridor tertawa senang berbeda dengan hatinya.
Keanu berjalan terus dengan pandangan kosong. Banyak sekali siswi yang melintas dikoridor melihat Keanu dengan tatapan memuja terutama para adik kelasnya.
Bahkan adik kelasnya sering sekali membuat gaduh dikoridor meneriaki namanya yang membuat Keanu hanya tersenyum dan menggeleng.
'KAK KEANU ARA SUKA LOH SAMA KAKAK.'
'IH ABEL APANSI MALU MALUIN TAU GA.'Teriakan itu bersuara dari dua adik kelas yang berada disampingnya. Keanu berhenti dan menghadap kedua siswi itu yang membuat semua siswa-siswi menatap ke arah mereka, tak terkecuali laki laki yang berada beberapa meter dengan keringat yang mengalir di wajahnya.
"Kamu suka sama aku?" Pertanyaan Keanu membuat gadis bernama Ara menunduk dalam tak berani melihat matanya, begitu juga Abel temannya yang sering menyerukan nama Ara. Abel selalu berseru itu setiap pagi yang membuat Keanu tidak suka akan seruan itu.
Abel memberanikan untuk mengangkat wajahnya sejajar dengan Keanu. "Nggak kak, aku tadi cuman bercanda. Ara nggak suka kok sama kakak."
Keanu tersenyum tipis. "Kalo kamu suka sama aku juga gapapa. Tapi nggak usah teriak kayak tadi itu ganggu banget. Mending kamu lihat aku setiap pulang sekolah di lapangan basket daripada bertindak konyol kayak tadi. Ngerti kan?"
Abel mengangguk. Ara diam menunduk tak sepatah kata pun ia keluarkan. Entah karena malu atau takut. Keanu berjalan lagi tak peduli tatapam orang yang menatapnya berbeda.
Laki laki yang berada beberapa meter dibelakangnya berlari mengejar Keanu dan menepuk bahu laki laki itu.
"Ken."
Keanu berbalik dengan tatapan datar. "Eh, Devan yang nggak pernah kalah di hadapan sahabat sahabatnya." Keanu menekan kata 'Sahabat' saat menjawab sapaan Keanu.
"Nu, udahlah." Devan mendesah melihat sifat kekanakan Keanu.
"Lapangan basket hari ini pulang sekolah." Keanu menepuk bahu Devan lalu pergi meninggalkan Devan yang terdiam di tempat nya berdiri sekarang.
.....
Devan tak fokus untuk belajar hari ini karena mengingat ucapan Keanu tadi pagi yang membuat Devan tidak ingin mengikuti pelajaran hari ini.
"Kenapa sih bro." Ucapan Rio membuyarkan lamunannya.
Devan menggeleng pelan.
"Keanu ya?" Pertanyaan Rio itu membuat Devan menatap Rio.
"Dia ngajak gua tanding basket sepulang sekolah."
Pernyataan Devan membuat Rio membulatkan matanya. Kemudian, tersenyum tipis.
"Lo nggak boleh takut dari Keanu, Van. Inget nggak siapa kapten basket di SD dan SMP waktu dulu? itu elo, Van. Bahkan saat SMA lo ditunjuk jadi kapten basket tapi lo keluar dari eskul basket dan terdiam sampai sekarang.""Basket ngancurin gua. Kehidupan gua dan keheningan ini yang buat gua tenang" Devan mengingat kembali kisahnya dahulu yang bahkan tak pernah ingin untuk diingatnya kembali.
"Bukan hidup lo yang hancur, tapi...." Rio menunjuk dada Devan. "Hati lo bro."
Devan merenungkan kata kata Rio. 'Apakah bener kehidupannya tak hancur? Apakah benar hanya hatinya yang hancur? Tapi Devan yang dulu adalah Kesalahan. Apakah itu tidak benar?'

KAMU SEDANG MEMBACA
About Problem
Ficțiune adolescenți"Hidup itu sesekali butuh keheningan, Ra." - Devano Arthur Pratama. "Apa enak nya sih, Van? Gemerlap dan Keramaian itu baru yang namanya hidup." -Maura Zyara Hendrabaskara. Maura Zyara Hendrabaskara : Maura, seorang yang cinta keramaian. Maura, tak...