Sick

5.2K 631 194
                                    

"Ranpo-san ayo bangun." Tanganmu terus menggoyang-goyangkan pria yang kini menutupi dirinya dengan selimut.

"Hm...," responnya, enggan berbalik dan malah mengeratkan selimut.

Dengan kasar, kamu menarik selimut yang di pakai Ranpo, menampakkan pria tersebut menggunakan piyama dengan motif polkadot warna-warni.

"Ranpo-san, cepat bangun. Kau harus bekerja sekarang," katamu.

"[Name]-chan aku merasa pusing," kata Ranpo, dengan kedua alis yang sedikit turun serta wajahnya yang sedikit memerah.

"Apa kau sakit?" memegang dahi Ranpo, kamu merasakan hawa panas pada dahinya.

"Kalau begitu istirahatlah, aku akan izin pada pimpinan dan membuatkanmu makanan," katamu segera keluar dari kamar dan menuju dapur.

Ranpo sedikit membuka matanya, memastikan kau sudah keluar. Lantas ia berdiri dari kasur dan tersenyum senang.

Rencanyanya berhasil.

Tidak sia-sia detektif itu belajar akting dari Dazai Osamu. Kamu bahkan benar-benar percaya jika pria itu kini sakit.

Tidak percuma ia meriasi wajahnya dengan kosmetikmu untuk membuat rona merah agar semakin meyakinkan.

Sayup-sayup terdengar suara langkah mendekat. Ranpo merebahkan tubuh dan kembali menyelimuti dirinya. Matanya terpejam erat.

Suara pintu terdengar, tampak kamu masuk dengan sebuah baskom air dingin serta sebuah kain kering. Kamu berjalan ke arah Ranpo. Meletakkan baskom itu pada laci terdekat dan memasukkan kain yang kamu bawa ke dalam air.

"Ranpo-san, sini berbalik. Biar ku kompres dahimu," katamu dengan sedikit menarik selimut Ranpo.

Ranpo memutar badannya dengan malas. Membuat posisi terlentang dan membiarkanmu meletakkan kain pada dahinya.

"Tunggu sebentar, aku akan mengambil makanan untukmu," katamu segera menarik bokong pada kursi dan berjalan keluar.

Ranpo tersenyum senang. Sudah lama kamu tidak mengurusnya—memanjakannya. Kesibukkan kalian berdua dalam agensi membuat waktu kalian semakin berkurang. Dan tentu saja hari ini Ranpo ingin kalian terus bersama. Hanya hari ini.

Tidak lama, kamu masuk. Membawa nampan berisi bubur, segelas air serta beberapa obat.

Kamu menaruhnya nampan pada meja terdekat. "Ranpo-san jangan lupa makan, aku akan pergi."

Sontak tangannya menahan lenganmu, tubuhnya terbangun membuat kain kompres pada dahinya terjatuh. "Kau mau pergi kemana?" tanya Ranpo.

"Tentu saja bekerja, aku tidak ingin pekerjaan kita menumpuk," jawabmu.

Ini tidak seperti yang Ranpo pikirkan. "Bagaimana denganku?"

"Kau sudah besar Ranpo-san, lagi pula nanti aku akan pulang saat istirahat siang untuk memastikanmu."

"[Name]-chan, aku merasa semakin pusing." Ranpo memegang dahinya, mengerutkan alisnya berusaha meyakinkanmu.

"Kalau begitu..., mau kubawa ke rumah sakit?"

"Jangan!" teriak Ranpo. Sontak kamu terkejut mendengar teriakan Ranpo.

"Kenapa?"

"Hanya... Jangan saja, aku mau [Name]-chan yang merawatku." pegangannya pada lenganmu sama sekali tidak terlepas.

"Aku tidak mau kau tambah sakit, jadi lebih baik kita membawamu ke rumah sakit," katamu.

Ranpo tertunduk, sedikit mengigit bibir bawahnya, apa ia harus katakan yang sebenarnya?

"Aku tidak sakit."

"Apa? Kenapa?"

"Ku pikir, kau akan tetap tinggal dan merawatku. Lagi pula sudah lama kita tidak.. Be-berdua," katanya, enggan melihatmu dan masih menundukkan wajahnya.

"Dan karena kau sudah tahu—"

"Kyaaa..."

Kamu dapat merasakan Ranpo menarikmu, membawa tubuh kecilmu kembali tertidur di atas kasur.

"Detektif hebat ini butuh libur sehari, biar aku yang telfon sachou." dua lengan melingkar pada pinggangmu. Membawa kehangatan pada pagi itu semakin terasa.

Ia mengecup singkat bibirmu dan mendekapkan wajahmu pada dada bidangnya.

"Ranpo-san, nanti peker—"

"Aku bisa meminta tolong pada Kunikida atau Kenji untuk menyelesaikannya," potong Ranpo.

"Ranpo-san jangan seperti itu," katamu.

"Sh.. Diamlah, atau kau mau tambah libur sehari lagi. Tentu saja gantian dengan dirimu yang sakit karena tidak bisa berjalan," kata Ranpo.

Kamu menatapnya dengan bingung, gagal paham dengan maksud detektif ini.

"Seperti ini—" Ranpo mendekatkan wajahnya, mengecup bibirmu dan memberikan french kiss yang terus berlanjut hingga kegiatan itu.

***

Author note :

Wow... Gaje sekali bukan? Judulnya bahkan gak nyambung '-' tapi biarlah... Yang penting ada sakitnya.

(d).RATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang