Chaptie 20 [END]

7.4K 481 28
                                    

Chaptie 20 | Pahit jadi manis.

***

A U T H O R

Seanelbert : Duh duh, yang dua hari lagi hubungannya setahun, siapa ya?

Seanelbert : Amnesia gue :'v

R E N D I : Uh, ogeb lu, ogeb.

Seanelbert : Ogeb-ogeb gini tapi lu suka kan, sayang?

Seanelbert : Duwh, gemesin😍❤

R E N D I : Jijik sih, tapi kok gue terbang ya?

Seanelbert : Aciee, yang ngefly :v

Seanelbert : Inget ae bawa makanan secukupnya. Hati-hati jan sampe jatoh :v

R E N D I : Au, bodo.

Sean nyengir. Tangannya mengusap-usap hidungnya yang memerah—karena demi Dewa Neptunus, hujan yang mengguyur bumi malam itu, serta angin kencang yang membelai kulitnya, benar-benar menyiksa.

Namun, setiap respon yang dikirim Rendi lewat pesan BBM, mampu menghangatkan hatinya. Mampu membuatnya tersenyum, hingga terjungkal-jungkal. Bahkan terkadang ngefly.

Duh, sok puitis.

Sean menggeleng pelan. Terkekeh sebentar, lalu jemarinya bergerak cepat menuliskan balasan untuk pesan terakhir yang dikirim Rendi.

Seanelbert : Meski gue bodo, ogeb, odong, atau apalah sebutan elu ke gue selama ini, asal elu tau ya, Rendi, gue cinta sama elu.

Seanelbert : Unch :*

R E N D I : Lopyutuuu ^///^ ❤

"Aaaaa! Tuhan, manis banget sih, ini anak, duh!"

Bocah berambut acak-acakan itu berguling di ranjangnya, sembari berteriak bahagia. Dia bangkit secepat kilat, dan memukul-mukul ranjang king size-nya, lalu kembali berguling.

Bahagia ini gue!

Ya Tuhan..

"Dek, kenapa sih?" Kepala Agi melongok dari balik daun pintu. Cowok manis itu menghela napas, dan menghampiri Sean ke dalam kamarnya. "Teriakan kamu kedengaran sampai bawah tahu!"

Sean hanya memasang tampang polos, lalu kembali berteriak.

Hubungannya dengan Agi semakin baik setiap harinya. Beberapa kali Rendi berkunjung ke rumahnya dan berkali-kali dia dipuji oleh orang-orang di rumah Sean. Manis, baik, lucu, kata mereka. Dan berkali-kali juga Rendi menasehatinya tentang bagaimana bersikap baik pada Kakak ke Sean. Sehingga, mau tidak mau, Sean harus berbaikkan dengan Kakaknya—Agi.

Tapi, nyatanya itu tidak seburuk yang Sean kira. Dia malah semakin senang berada di rumahnya. Suasananya semakin hangat saja, ketika mereka sekeluarga berkumpul di meja makan—terkadang Rendi dan Fitri, kekasih Agi, ikut makan bersama dengan keluarganya—sembari bercengkrama.

Ya, anggap saja sedang makan bersama keluarga besar.

"Kak! Aduh, gue bahagia nih, Kak! Dua hari lagi gue bakal setahunan aja sama pacar. Kak.. duh, jantung gue, Kak! Dugeun-dugeun rasanya," aku Sean pada Agi, yang kini hanya bisa menghela napas, dan tersenyum geli melihat perilaku Adik tirinya yang terlihat seperti cacing kepanasan.

Agi mengangkat sebelah alisnya dan bertanya dengan nada menantang. "Terus, kamu mau kasih apa, pacar satu tahun kamu itu?"

Sean terdiam sebentar.

"Kalau menurut Kakak, Rendi itu cocoknya dikasih apa ya, Kak?"

Oh, lupa.

Agi sudah tahu tentang orientasi seksual Adiknya yang menyimpang. Tapi, asalkan Sean bahagia dan mau membuka pintu padanya, juga menerima dirinya sebagai seorang Kakak, Agi tidak akan mempermasalahkan itu.

[✔] Chat?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang